Seperti yang telah banyak diketahui, pasar tanah abang merupakan pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara. Pasar ini telah dibangun bahkan sebelum Indonesia Merdeka, yaitu sejak masa Hindia-Belanda.Â
Pasar dengan bangunan yang luas dan megah ini pada masa itu telah mampu menarik minat Masyarakat untuk berkunjung membeli kebutuhan disana. Pasar tanah abang mampu berinovasi menjadi pasar yang modern dengan fasilitas yang memadai sehingga kawasannya menjadi ramai oleh pengunjung hingga bertahun-tahun kemudian.
Selayaknya dunia yang tidak abadi, pasar tanah abang juga mengalami kemerosotan pengunjung sejak munculnya wabah covid-19. Kondisi yang telah mengkhawatirkan di berbagai negara sebelum Indonesia, membuat pemerintah mengambil langkah tegas dengan me-lock down seluruh wilayah dan menggunakan system work from home.Â
Keputusan ini diambil guna mempertahankan dan melindungi Masyarakat sebagai bentuk pengendalian pemerintah dalam penanganan wabah covid-19. Adanya peraturan pemerintah ini jelas berat bagi Masyarakat dan pelaku UMKM di tanah abang, Masyarakat harus beradaptasi dan bertahan di kondisi yang mengalami perubahan.
Kondisi yang "pertama" ini menjadikan Masyarakat resah dan meningkatkan kewaspadaan dalam mengambil tindakan. Kasus harian covid-19 yang terus meningkat menekan pemerintah untuk membuat kebijakan dan pemberitahuan baru seperti penggunaan masker dan menjaga jarak satu sama lain.Â
Pasar tanah abang tidak mampu beroperasi bebas seperti sebelumnya dalam kondisi ini, banyak toko-toko yang tutup akibat dari sepi pengunjung. Banyak Masyarakat tidak berani mengambil resiko melawan pandemi covid-19, belum lagi adanya wilayah-wilayah yang di tutup akibat lock down.
Lantas bagaimana Masyarakat memenuhi kebutuhannya? Di waktu inilah Masyarakat lebih memanfaatkan penggunakan e-commerce yang ada. Walaupun berpotensi sama akan penyebaran covid-19 melalui paket yang dikirim, Masyarakat tetap lebih mempercayai dan melakukan pemesanan secara online supaya tidak berdesakan atau kontak fisik secara langsung dengan orang banyak.Â
Muncul inovasi-inovasi baru yang membagikan tips bagaimana bisa aman untuk menerima paket dari kurir yang di pesan melalui e-commerce. Saat itulah e-commerce lebih diandalkan Masyarakat hingga periode saat ini, bahkan setelah wabah covid-19 berakhir. Di gadang-gadang e-commerce menjadi alasan mengapa tanah abang tetap sepi pengunjung pada saat ini.
Minat Masyarakat mengalami perubahan, mereka cenderung mencari sesuatu yang lebih sederhana akan ke efisienan suatu hal. Covid-19 mampu merubah perilaku Masyarakat dengan penawaran inovasi baru yang telah terancang untuk menghadapi pandemi sebelumnya.Â
E-commerce mengalami kemajuan dalam sistem penjualan dan jenis produk yang jauh lebih berkualitas dengan model yang bervariatif. Harganya yang cenderung terjangkau dengan model yang menyesuaikan tren Masyarakat saat ini menjadikannya lebih dilirik.Â
Proses pemesanan yang mudah dan cocok bagi mereka yang malas untuk berbelanja secara langsung akibat dari pengaruh covid-19 yang selalu dirumah, amat sangat cocok sekali, karena hanya perlu ketik, scroll, pesan, barang di antar, lalu sampai kepada penerima.
Berubahnya tingkat peminat yang berhaluan dari tanah abang atau belanja offline ke e-commerce, berdampak pada berkurangnya jumlah pengunjung di tanah abang saat ini. Kondisi yang dulunya padat oleh pembeli kini tampak lenggang tanpa pengunjung.Â
Beberapa pelaku UMKM mengatakan bahwa tanah abang tidak seramai dahulu kala, mereka mengatakan bahwa omset yang didapatkan juga mengalami penurunah.Â
Mereka awalnya beranggapan bahwa kondisi ini terjadi akibat pasca covid-19, namun hingga saat ini kondisinya tetap sepi pengunjung. E-commerce seperti Tiktok telah ditutup setelah desakan yang ada untuk kembali mendukung kemajuan dari pasar tanah abang sebagai pasar regional.
Pengaruh dari ditutupnya akses belanja di tiktok adalah adanya peningkatan pengunjung yang sedikit lebih ramai dari sebelumnya di tanah abang. Namun apakah tetap dapat menyaingi e-commerce yang kini jauh lebih unggul?Â
Orang yang berada jauh dari tanah abang akan tetap mampu memenuhi kebutuhannya melalui pasar online tanpa harus jauh-jauh berangkat ke tanah abang. Namun bagaimana nasib dari UMKM di tanah abang? Bahkan sudah ada beberapa UMKM disana yang ikut tergabung dalam e-commerce untuk mempromosikan produknya kepada Masyarakat, tetapi keketatan persaingan yang pada akhirnya membuat beberapa toko tetap kurang diminati.
E-commerce banyak memberikan promosi kepada Masyarakat, seperti gratis ongkir, potongan harga, dan lain sebagainya. Hal ini jelas menjadi ancaman bagi pelaku UMKM di Indonesia jika Masyarakat lebih bergantung pada dunia belanja online.Â
Bersamaan dengan ditutupnya tiktok, pemerintah juga melarang adanya pengiriman produk dari luar negeri di beberapa platform untuk menyokong jalannya usaha UMKM di Indonesia tetap berjalan.Â
Pada beberapa waktu silam, Menteri koperasi dan usaha kecil dan menengah (Menkop UKM), Tenten Masduki mengusulkan agar e-commerce seperti shopee hingga Tokopedia dilarang membakar uang untuk menciptakan harga barang lebih murah.
Hingga hari ini e-commerce masih tetap berjaya dan tinggi peminat yang mendapatkan kepercayaan oleh Masyarakat. Namun apakah e-commerce juga akan bertahan? Sampai mana e-commerce akan menguasai pasar? Semua itu mungkin bergantung pada waktu dan strategi yang digunakan.Â
Saat ini e-commerce masih unggul dengan segala kelebihan dan efisiensinya, belum lagi Masyarakat Indonesia yang sangat konsumtif sehingga e-commerce menjadi tempat yang mudah untuk di jangkau aksesnya untuk membeli sebuah produk.
Tanah abang dan pelaku UMKM bisa berkembang dengan memanfaatkan e-commerce yang ada, pemerintah dapat memberikan akses serta adanya batasan-batasan produk luar negeri yang beredar di Indonesia guna menyeimbangkan produk dalam negeri dengan produk luar negeri. E-commerce memanfaatkan produk yang beredar di tanah abang dan tanah abang memanfaatkan e-commerce sebagai wadah untuk menjual produk yang ada.
Sebaiknya, kita sebagai konsumen tetaplah bijak dalam membeli kebutuhan. Tetap gunakan produk lokal untuk memajukan UMKM di Indonesia. Walau dengan adanya e-commerce kita dapat mengakses dengan mudah, hal ini mampu mejadi boomerang bagi kita apabila terlalu konsumtif dalam berbelanja.Â
Bisa dikatakan produk lokal memang sepi peminat dibanding dengan produk luar negeri yang kualitasnya lebih baik, namun bukan berarti produk lokal Indonesia tidak ada yang berkualitas, hanya saja branding yang dibangun oleh produk dari luar negeri sudah pada tahap yang tinggi kepercayaan oleh Masyarakat. Bukankah produk lokal Indonesia juga banyak ditemukan di luar negeri, hal itu menandakan bahwa Indonesia juga memiliki kualitas produk yang baik.
Pelaku UMKM tanah abang dapat menerapkan sistem promosi dan siap antar barang jarak jauh sebagai salah satu solusi untuk memajukan usahanya kembali. Melakukan riset pasar dengan menyesuaikan minat masyarakat zaman sekarang.Â
Pemerintah juga harus bekerjasama dengan pelaku UMKM dalam memberikan regulasi insentif bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan pusat grosir. Pemerintah juga dapat ikut berperan dalam mempromosikan pusat grosir sebagai tempat destinasi wisata bagi warga lokal maupun warga asing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H