Mohon tunggu...
Akhyar Muftiyuddin
Akhyar Muftiyuddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1-Universitas Pendidikan Indonesia- Kampus UPI Cibiru

Saya Akhyar Muftiyuddin Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Kampus UPI Cibiru. Anda tidak harus hebat untuk memulai, tapi anda harus memulai untuk menjadi orang hebat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Pancasila sebagai solusi mengatasi krisis jati diri di kalangan generasi muda

24 Desember 2024   10:35 Diperbarui: 24 Desember 2024   15:59 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penulis: Akhyar Muftiyuddin_2408433 (penulis ke 1), Dr. Dinie Anggraeini Dewi M.Pd., M.H  (penulis ke 2)

   Generasi muda adalah aset yang sangat berpengaruh bagi kemajuan bangsa, dengan adanya generasi muda, mereka akan bisa melanjutkan perjuangan dan berperan penting untuk masa depan Bangsa Indonesia tercinta ini. Namun, dengan adanya era globalisasi dan perkembangan teknologi ini membawa tantangan tersendiri bagi generasi muda, terutama banyaknya yang mengalami krisis jati diri atau krisis identitas, mengapa hal itu bisa terjadi? Karena terdapat beberapa indikasi yang sangat berpengaruh yaitu diantaranya: lunturnya nilai dan budaya lokal, meningkatnya individualisme, serta kebingungan moral dan spiritual yang melanda sebagian generasi muda. Selain itu, ketergantungan pada teknologi dan sikap apatis terhadap  isu kebangsaan juga memperparah kondisi ini.

Jika dibiarkan, krisis ini dapat mengancam persatuan dan integritas bangsa di masa depan. Oleh karena itu, diperlukan upaya konkret untuk mengatasi permasalahan ini, salah satunya melalui Pendidikan Pancasila yang memiliki peran strategis dalam membentuk karakter dan jati diri bangsa.

Krisis Identitas di Era Modern

            Krisis identitas adalah kondisi dimana seseorang khususnya generasi muda mengalami kebingungan atau ketidakpastian mengenai siapa dirinya, apa nilai-nilai yang diyakini, bagaimana perannya di masyarakat, terutama terombang-ambing antara nilai-nilai tradisional dan pengaruh budaya baru yang datang dari globalisasi. Adapun masalah krisis identitas yang sering dialami oleh generasi muda diantaranya sebagai berikut:

  • Lunturnya Nilai dan Budaya Lokal

Saat ini banyak generasi muda yang mulai meninggalkan nilai-nilai tradisional dan budaya lokal, mereka lebih mengenal dan mengganti gaya hidup mereka dengan budaya populer seperti K-pop, budaya barat, dan tren global lainnya dibandingkan adat atau tradisi daerah sendiri. Hal ini disebabkan informasi dan budaya asing mudah diakses melalui internet dan media sosial, kurangnya penanaman nilai-nilai kebangsaan di lingkungan pendidikan dan keluarga, serta tidak adanya rasa bangga terhadap budaya lokal sehingga mereka menganggap  bahwa budaya lokal itu kuno dan tidak relevan.

  • Kebingungan Identitas Agama dan Moral

Banyak generasi muda mengalami kebingungan terkait nilai-nilai agama dan moral. Beberapa dari mereka terjebak perilaku hedonisme, pergaulan bebas, dan konsumsi konten negatif di internet. Beberapa penyebab yang mengakibatkan hal tersebut adalah kurangnya pendidikan agama yang mendalam sehingga jadi minim pemahaman nilai spiritual, eskposur terhadap konten yang tidak sesuai dengan norma dan moral. Serta krisis panutan yang mencerminkan nilai moral dan spiritual.

  • Ketergantungan Pada Media Sosial dan Teknologi

Generasi muda cenderung lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya dibandingkan berinteraksi langsung dengan orang lain. Ini memicu masalah seperti kecanduan internet, ketidakmampuan membangun hubungan sosial yang sehat, dan kesulitan mengelola emosi. Kehadiran smarthphone dan media sosial menjadi penyebab akan terjadinya hal tersebut sehingga membuat generasi muda lebih nyaman di dunia virtual. Penyebab lainnya adalah ketidakmampuan untuk membatasi waktu penggunaan teknologi, dan adanya tekanan untuk selalu mengikuti tren terbaru di media sosial.

  • Sikap Apatis Terhadap Isu Kebangsaan

Generasi muda semakin tidak peduli terhadap isu-isu kebangsaan seperti politik, ekonomi, dan lingkungan. Mereka merasa hal-hal tersebut tidak relevan dengan kehidupan pribadi mereka. Beberapa penyebabnya antara lain kurangnya kurikulum pendidikan yang menanamkan kesadaran tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, pengaruh konten hiburan yang lebih menarik dibandingkan isu serius yang mempengaruhi masa depan bangsa, serta ketidakpercayaan terhadap pemerintah atau pemimpin yang dianggap korup atau tidak mewakili aspirasi rakyat.

Krisis identitas yang dialami generasi muda saat ini merupakan hasil dari berbagai faktor seperti pengaruh globalisasi, kemajuan teknologi, lemahnya pendidikan karakter, dan minimnya peran keluarga serta lingkungan. Dengan segala keterbatasan yang ada, kita dituntut untuk siap untuk menghadapi segala tantangan dan ancaman yang ada yang berusaha mematahkan ideologi dan identitas Indonesia (Alfiana & Najicha, 2022).  Oleh karena itu, Pendidikan Pancasila memegang peranan penting dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan, moralitas, dan jati diri yang kuat untuk menghadapi tantangan ini.

Relevansi Pendidikan Pancasila

Pendidikan Pancasila memiliki peran yang sangat penting dalam menghadapi krisis identitas yang melanda generasi muda di era modern ini. Sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa, Pancasila tidak hanya menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi juga sebagai sumber nilai moral dan etika yang membentuk karakter individu. Melalui Pendidikan Pancasila, generasi muda diajak untuk memahami dan menghayati nilai-nilai kebangsaan yang mampu memperkuat jati diri mereka di tengah arus globalisasi dan modernisasi.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, seperti Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, serta persatuan Indonesia, menjadi panduan dalam membangun karakter yang kuat dan berakhlak. Pendidikan ini juga menanamkan sikap saling menghormati dan toleransi di tengah keberagaman suku, agama, dan budaya, yang sangat relevan untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan di era globalisasi. Dengan demikian, Pendidikan Pancasila mampu menjawab tantangan individualisme yang semakin berkembang dan membangun rasa kebersamaan serta gotong royong di kalangan generasi muda.

Lebih dari sekadar teori, Pendidikan Pancasila mendorong generasi muda untuk mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Program seperti bakti sosial, diskusi kebangsaan, dan kegiatan budaya menjadi sarana praktis untuk menanamkan prinsip-prinsip Pancasila. Melalui keterlibatan dalam kegiatan ini, generasi muda tidak hanya memahami teori, tetapi juga merasakan langsung bagaimana nilai-nilai Pancasila membentuk karakter yang berakar pada jati diri bangsa. Dengan pendekatan ini, Pendidikan Pancasila menjadi lebih relevan dalam menjawab krisis identitas yang dihadapi generasi muda, membimbing mereka agar tetap berintegritas di tengah arus perubahan zaman. Oleh karena itu, memperkuat Pendidikan Pancasila merupakan langkah strategis dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan berintegritas sebagai warga negara Indonesia.

Implementasi Pendidikan Pancasila di Sekolah dan Perguruan Tinggi

Pendidikan Pancasila di sekolah dan perguruan tinggi tidak hanya diajarkan sebagai mata pelajaran atau mata kuliah, tetapi juga diimplementasikan melalui berbagai kegiatan yang menanamkan nilai-nilai Pancasila secara langsung. Dengan pendekatan ini, siswa dan mahasiswa yang menjadi generasi muda diharapkan mampu memahami dan mengamalkan prinsip-prinsip Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan akademik maupun di masyarakat.

Salah satu contoh nyata implementasi Pendidikan Pancasila adalah kegiatan upacara bendera yang rutin dilaksanakan di sekolah. Kegiatan ini mengajarkan nilai nasionalisme, disiplin, dan penghormatan terhadap simbol negara. Selain itu, program karya bakti sosial atau pengabdian kepada masyarakat di perguruan tinggi juga menjadi sarana efektif untuk menumbuhkan rasa kemanusiaan dan gotong royong. Melalui kegiatan ini, generasi muda diajarkan untuk peduli terhadap sesama dan terlibat aktif dalam menyelesaikan masalah sosial di lingkungan sekitar. Di sisi lain, diskusi kebangsaan, seminar Pancasila, dan lomba pidato bertema kebangsaan menjadi bagian dari penguatan Pendidikan Pancasila yang menekankan kemampuan berpikir kritis dan berwawasan kebangsaan. Kegiatan seperti ini memperkuat pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara yang demokratis, sekaligus membangun kesadaran akan pentingnya persatuan dan keadilan sosial.

 Implementasi ini semakin diperkuat dengan pemanfaatan teknologi digital yang relevan dengan kebutuhan generasi muda. Platform pembelajaran daring dan media sosial dapat dimanfaatkan untuk menyebarluaskan konten edukatif tentang pancasila, sehingga pendidikan ini tidak hanya bersifat formal di kelas, tetapi juga dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Dengan kombinasi pendekatan formal, praktis, dan digital, Pendidikan Pancasila mampu membentuk generasi muda yang memahami nilai-nilai kebangsaan, tetapi juga mampu menerapkannya dalam berbagai aspek kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun