Soal Budaya, Agama dan Kepercayaan.
Sedikit banyak mengerti tentang Baduy Luar dari gadis pintar ini. Sari gadis kecil 10 tahun berkenan untuk ditanya-tanyai seputar Baduy Luar. Gadis kecil ini cukup percaya diri saat ditanya apakah bisa membaca atau tidak. "Aku bisa baca kak, diajakan kaka-kaka yang suka menginap disini. Aku juga pinter berhitung, tapi gak bisa yang susah-susah karena disini tidak boleh ada sekolah". Saat ditanya kenapa tidak boleh sekolah dan siapa yang tidak memperbolehkan Sari hanya menjawab "Tidak dibolehkan sama Pu'un kak, tetua Baduy yang tinggal di Baduy Dalam.
Suku Baduy tidak memiliki agama, tidak menjalankan ibadah ataupun kepercayaan spiritualisme terhadap Tuhan. "Disini aku dan yang lain gak punya agama, disini itu cuma ada kepercayaan Sunda Wiwitan. Ibadah juga gak ada, sholat kayak kakak-kakak itu disini enggak ngelakuin itu. Kalo ada acara adat aja kita semua kumpul ke dalam (Baduy Dalam) untuk acara syukur ke hutan".
Sore itu di warung yang sedang dijaga, Sari juga menjelaskan Baduy Luar tidak sepenuhnya terisolasi dari masyarakat luar. "Nanti boleh tolong kirim fotonya ke bapak? Itu dibanner ada nomornya kak". Pemanfaatan teknologi yang sudah diterapkan, penerimaan dan toleransi adat, budaya, kepercayaan dan keberadaan masyarakat luar sudah disambut dan diterima dengan baik bagi Suku Baduy Luar.
Hal Menarik Dari POV Mahasiswi.
Banyak hal menarik yang sangat membekas saat berkunjung ke Baduy Luar, salah satunya kebiasaan sehat berjalan kaki. Jarak 5-7 km, dengan waktu 2-3 jam mungkin biasa saat berjalan diarea taman kota atau area GBK, tetapi jauh berbeda untuk rute dan tracking area Baduy Luar. "Kalo sampe Baduy Dalam kita nambah 6 jam" kata Aa' tour guide saat itu. Semakin masuk, semakin tidak ada sinyal internet yang tersambung sehingga memaksa orang yang datang menikmati budaya dan alam sekitar.
Diantar hiruk pikuknya dunia terlebih negara ini, Baduy masih menjadi salah satu yang paling damai. Kepentingan yang tidak terlalu berarti, ketika semua manusia mengejar kepentingan pribadi. Kehidupan slow-living masyarakatnya atas rasa syukur kehidupan dan keadaan yang bersinergi dengan menjaga dan melestarikan alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H