Mohon tunggu...
Akhsa Monica
Akhsa Monica Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional

Suka sekali membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang Berkepanjangan Israel vs Hamas: Melihat dari Sudut Pandang Realisme

10 Oktober 2023   07:59 Diperbarui: 10 Oktober 2023   10:40 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Melihat dari perang terbaru Israel vs Hamas tidak pernah kunjung berakhir damai. Pada Sabtu (07/10/2023) Hamas melakukan gencatan senjata besar besaran secara mendadak ke wilayah Israel yang disebut dengan Operation Al-Aqsa. 

Setelah perang yang terjadi, pada Minggu (08/10/2023) Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyampaikan dalam pidatonya di dalam siaran TV setempat akan membalas dendam dan mengerahkan pasukan, pasukan cadangan hingga titik darah penghabisan karena telah menyerang secara mendadak. 

Setelah menyatakan deklarasi perang, dari pihak Israel maupun Hamas melancarkan perang secara besar besaran dengan pihak Israel meluncurkan Operation Iron Swords untuk membalas serangan Hamas di jalur Gaza. Hingga pada Senin (09/10/2023) sudah lebih dari 1.000 jiwa tewas akibat serangan dan 2.000 lebih mengalami luka luka dari pihak Israel maupun Palestina. 

Dilihat dari motifnya, konflik ini merupakan respon Hamas terhadap kekejaman yang telah dilakukan oleh Israel kepada warga Palestina. 

Dari perang yang baru saja terjadi, ini bukanlah perang awal mula dimana Israel vs Hamas berperang. Namun hal ini sudah sejak lama. Dimulai dengan Perang Dunia I saat Inggris sebagai pemenang memberikan wilayah kekuasaan pada bangsa Yahudi melalui Deklarasi Balfour pada 1917, dan adanya pertentangan dari masyarakat Islam di Palestina menentang hal ini. Hingga konflik ini berlanjut hingga perang Dunia II hingga akhirnya pada tahun 1947 PBB setuju untuk merencanakan pembagian wilayah bagi orang Israel dan Palestina. 

Beberapa kali perjanjian damai telah dilakukan, seperti Perjanjian Oslo I tahun 1993, KTT Camp David tahun 2000, Road Map Kuartet Perdamaian Timur Tengah tahun 2003, dan Rencana Perdamaian Trump tahun 2020. Namun usaha itu hanyalah sebagai penenang kedua belah pihak. 

Diliat dari konflik yang baru memanas sabtu kemarin(07/10/2023) hingga flashback ke era Perang Dunia dapat disimpulkan bahwa Israel maupun Hamas hanya mengandalkan power . Maka bisa disimpulkan beberapa point yang menjadi kunci dari sebuah realisme : 

1. Adanya Anarki Internasional 

Yaitu tidak adanya otoritas pusat yang mengatur interaksi sebuah negara, para negara juga akan mengatur dan bertindak untuk melindungi kepentingan nasional masing masing. 

2. Keamanan dan Keuntungan Nasional 

Setelah PD II, Israel menjadi sebuah negara yang dalam masa itu juga sudah berkonflik dengan Palestina maka fokus Israel akan pada keamanan dan perlindungan negara nya pada sebuah ancaman yang sejarah yang terjadi. Begitu juga sebaliknya dengan Palestina yang akan mementingkan perlindungan dan keamanannya. 

3. Persaingan Kekuasaan

Ini menjadi kunci bagaimana kita bisa melihat sebuah sudut pandang di dalam realisme. Karena realisme menekankan power, kita bisa melihat Israel dengan Hamas memiliki power yang kuat untuk saling memiliki negara di tanah yang sama. Power ini juga bisa diliat dari adanya dukungan di masing masing pihak, dengan Israel selalu di dukung oleh Amerika, dan Hamas di dukung oleh negara Arab. Belum lagi adanya dukungan dari negara negara di dunia yang ingin bersekutu di kedua pihak, dimana setiap negara di dunia memilki power yang besar dan berpengaruh bagi dunia membuat kedua belah pihak, Israel vs Hamas merasa tak pernah takut melawan musuhnya. 

4. Adanya Ketegangan Sumber Daya

Ini berpengaruh dalam sudut pandang realisme karena adanya akses lokasi strategis yang dapat dilalui oleh kedua belah pihak. Pada saat itu juga adanya jalur Internasional, yaitu Betlehem - Yerusalem sehingga Palestina yang memiliki akses ke perairan Laut Tengah. Saat ini jalur Gaza yang menjadi jalur perang ketika kedua belah pihak memulai perang. 

Dapat disimpulkan bahwa dalam realisme perlu adanya beberapa faktor yang mendukung, yang paling penting adalah power, karena realisme menekankan egoisme dan power sebagai pusatnya. Karena perjanjian yang digunakan tak pernah berakhir perang dan tak pernah kunjung damai. Hingga saat ini, perang Israel vs Hamas hanya akan mengarah pada power dan egoisme masing masing pihak hingga salah satu dari pihak akan kalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun