Mohon tunggu...
ahmad shafiqulumam
ahmad shafiqulumam Mohon Tunggu... Guru - seorang mahasiswa di uin khs jember

penulis cungkring bertubuh mungil

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pengaruh Ulama dalam Berbagai Bidang

30 Juni 2022   19:17 Diperbarui: 30 Juni 2022   19:25 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ulama dalam jalannya merupakan seorang yang memiliki kredibilitas tinggi dalam menyampaikan ceramahnya, dia(ulama) merupakan seseorang yang telah di pilih oleh tuhannya menjadi seseorang yang memiliki pengaruh tinggi di dalam masyarakat, seorang ulama akan mengajar kan apa yang di yakininya untuk kemudian di salurkan ke masyarakat. 

Dari situlah masyarakat kemudian memberikan sebuah apresiasi sendiri kepada ulama karna mereka telah di ajarkan sesuatu yang sebelumnya mereka belum ketahui.melihat seberapa besarnya pengaruh ulama di masyarakat lantas kemudian banyak dari golongan partai yang ingin menjalin hubungan dengan nya, hal ini terjadi bukan hanya karna ajaran dakwah yang di ajarkannya tetapi karna pengaruh nya yang besar di dalam masyarakat, yang kemudian nanti ketika partai tersebut telah berhubungan dengan seorang ulama, maka persepsi masyarakat dalam memilih sebuah partai akan lebih menonjol ke partai tersebut.

Dalam ranah sosial kemasyarakatan tentu sangat lah benar bahwa ulama dapat memberi pengaruh terhadap masyarakat, akan tetapi "apakah ulama bisa memberikan pengaruh juga terhadap sebuah partai? 

".Tentu dalam sebuah partai sendiri memiliki visi misi dan dan juga struktur keanggotaan di dalamnya, yang kemudian ketika seorang ulama ingin bisa memberikan pengaruhnya ke dalam partai maka harus lah mengisi posisi yang yang tinggi dalam sebuah partai tersebut. Ketika seorang ulama sudah di posisi yang tinggi semisal dalam sebuah partai tersebut tentu saja tidak semudah itu memberikan pengaruhnya, karna kader partai sendiri tidak hanya di isi oleh simpatisan partai tetapi juga di isi oleh beberapa orang yang memiliki latar agama yang berbeda dengan ulama tadi.

Sebuah partai juga memiliki visi misi yang visi misi tersebut di lahirkan dari pencetus partai tersebut, dengan demikian latar belakang terbentuknya sebuah partai karna adanya visi misi yang telah di cetuskan tadi. Hal ini yang kemudian sangat lah sulit bagi seorang ulama untuk bisa memberikan pengaruh yang signifikan di dalamnya.

Sangatlah susah bagi seorang ulama untuk memberikan pengaruh dalam sebuah partai, tentunya tidak menolak kemungkinan bahwa seorang ulama tadi kemungkinan bisa memberikan pengaruh terhadap partai tadi,tetapi ketika pendapat ulama barusan sesuai dengan apa yang telah menjadi visi misi, dan orang orang di dalam partai tersebut juga memiliki latar yang sama yang kemudian nantinya bisa di diskusikan kembali dengan pengurus partai.

Dari sini bisa di simpulkan bahwasanya sebenarnya bukan ulama yang mempengaruhi partai tetapi ulama itu sendiri yang di pengaruhi oleh partai, di sini apakah sudah sesuai dengan apa yang telah menjadi persepsi di masyarakat, tentunya tidak karna itu tadi,seorang ulama di tuntut untuk mematuhi sistem partai, ulama ketika masuk kedalam partai bukan lagi sebagai ulama tetapi sudah menjadi kader anggota partai.

Lantas apa yang menjadi tujuan utama partai mengambil kader kader dari golongan ulama, sebenarnya di sini ulama jika kita persepsikan hanya merupakan kendaraan bagi jalannya sebuah partai agar di trima di dalam masyarakat, dan nantinya partai bisa di pilih dan menjadi partai yang berkuasa di dalam sebuah negara, ulama sebagai manifestasi dari sebuah agama sebenernya di sini bukan ulama yang di jadikan alat tetapi lebih ke agama, mengapa demikian karna ulama bukan hanya sebagai pelaku agama Tetapi sebagai pemuka agama.

 Munculnya partai partai Islam belakangan ini menyebabkan perdebatan sendiri, dalam pandangan golongan tertentu ini merupakan perwujudan dari hadirnya kembali politik Islam. Penilaian pertama dengan munculnya politik Islam bernada positif, Karena seperti agama lain Islam tidak dapat di pisahkan dengan politik. 

Sedangkan penilaian kedua,lebih bernada negatif. Istilah politisasi terhadap apa saja selalu merupakan bagian dari rekayasa yang bersifat Munculnya partai partai Islam belakangan ini menimbulkan perdebatan sendiri, dalam pandangan kelompok tertentu ini merupakan perwujudan dari hadirnya kembali politik Islam . 

Penilaian pertama dengan munculnya bernada positif, Karena seperti agama lain Islam tidak dapat di pisahkan dengan politik. Sedangkan penilaian kedua, Intonasinya adalah negatif. Istilah politisasi terhadap apa saja selalu merupakan bagian dari rekayasa yang bersifat manipulatif. Bisa dibayangkan apa jadinya bila hal tersebut dikenakan pada sesuatu yang mempunyai sifat ilahiah seperti agama, dalam hal ini adalah Islam.

Tidak diketahui secara persis apa yang dimaksud oleh sementara pihak yang melihat maraknya kehidupan politik Islam dewasa ini sebagai sesuatu fenomena yang dapat diberi label repolitisasi Islam. 

Meskipun demikian, kalau menilik indikator utama yang digunakan sebagai dasar penilaian itu adalah munculnya sejumlah partai yang menggunakan simbol dan asas Islam atau yang mendukung utama komunitas Islam,maka tidak terlalu salah untuk mengatakan bahwa yang dimaksud adalah munculnya kembali kekuatan politik Islam. 

Hal yang demikian itu, di dalam Satu tahun yang lalu saat pemilihan kepala daerah dilakukan secara serentak tampak sekali pasangan calon, anggota partai, organisasiorganisasi masyarakat maupun organisasi keagamaan mempersiapkan diri. agama menjadi hal yang paling sering diperbincangkan, terutama ketika agama disandingkan dengan isu-isu politik.

Umumnya pada masyarakat-masyarakat beragama, partai politik menjadi salah satu kendaraan kelompok-kelompok agama untuk mencapai tujuan dan kepentingan tertentu. Orang sering memperdebatkan ungkapan apakah "agama untuk politik", atau "politik untuk agama". Yang pertama, menurut sebagian orang, cenderung merendahkan posisi agama, karena politik dijadikan sebagai tujuan, sedangkan agama dijadikan alat. Yang kedua "politik untuk agama", Seolah tampak lebih pantas, karena mereka menganggap agama tetap luhur, Sementara politiklah yang merupakan alat.
.Bisa dibayangkan apa jadinya bila hal tersebut dikenakan pada sesuatu yang mempunyai sifat ilahiah seperti agama, dalam hal ini adalah Islam.

Tidak diketahui secara persis apa yang dimaksud oleh sementara pihak yang melihat maraknya kehidupan politik Islam dewasa ini sebagai sesuatu fenomena yang dapat diberi label politik Islam. Meskipun demikian, kalau menilik indikator utama yang digunakan sebagai dasar penilaian itu adalah munculnya sejumlah partai yang menggunakan simbol dan asas Islam atau yang mendukung utama komunitas Islam,maka tidak terlalu salah untuk mengatakan bahwa yang dimaksud adalah munculnya kembali kekuatan politik Islam. Hal yang demikian itu, di dalam

Satu tahun yang lalu saat pemilihan kepala daerah dilakukan secara serentak tampak sekali pasangan calon, anggota partai, organisasiorganisasi masyarakat maupun organisasi keagamaan menyiapkan diri. agama menjadi hal yang paling sering diperbincangkan, terutama ketika agama disandingkan dengan isu-isu politik.

Umumnya pada masyarakat-masyarakat beragama, partai politik menjadi salah satu kendaraan kelompok-kelompok agama untuk mencapai tujuan dan kepentingan tertentu. Orang sering memperdebatkan ungkapan apakah "agama untuk politik", atau "politik untuk agama". Yang pertama, menurut sebagian orang, cenderung merendahkan posisi agama, karena politik dijadikan sebagai tujuan, sedangkan agama dijadikan alat. Yang kedua "politik untuk agama", Seolah tampak lebih pantas, karena mereka menganggap agama tetap luhur, Sementara politiklah yang merupakan alat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun