Pembangunan terminal tipe A Bobotsari sangat dibutuhkan  pengguna jasa angkutan darat. Terminal yang seharusnya menyatukan moda darat, kondisinya saat ini  memisahkan bus AKAP,  AKDP, Angkot dan Angkudes ke berbagai jurusan.
Pengelola terminal saat ini mengatur dan  menempatkan Angkudes tujuan Rembang di jalur Prapatan Bobotsari-hingga prapatan lampu merah Majapura. Dishub membuat jalan ini menjadi satu arah, kendaraan hanya boleh dari arah Prapatan Bobotsari ke timur.
Lalu untuk Angkudes tujuan Tlahab, Karangreja, Golaga dan Karang Jambu ditempatkan dari depan Masjid Bobotsari hingga ke depan Puskesmas. Hanya Angkutan tujuan Purbalingga masuk dan mengawali dari Terminal, selebihnya terpencar di berbagai tempat, termasuk Angkudes ke Tangkisan, Cipaku, Serayu, Pengalusan, ditempat di depan Toko Kembar Jaya. Sementara terminal kosong melompong hanya untuk parkir bus-bus besar.
Masyarakat Purbalingga makin cerdas, makin kritis. Sejumlah proyek mangkrak tentu aib bagi pemerintah sebelumnya. Petahana yang merasa bertanggung jawab, siap akan  "Melanjutkan?"
Sejak awal Agustus desa-desa di Purbalingga diberikan  proyek-proyek kecil, dan  mulai dibangun. Proyek saluran air minum desa. Jalan desa diperbaiki sebagai simbol keberhasilan petahana membangun Purbalingga. Padahal itu hanya alat untuk menunjukkan kami membangun?
Kenapa sih Bu, proyek-proyek yang sudah lama harus tunggu momen Pilkada? Waktu 2  tahun seharusnya  cukup untuk  menyelesaikan proyek mangkrak. "Itu kan tinggalan Pak Tasdi," kata pendukung Bu Tiwi sedikit ngegas di rumah penulis yang ditanggapi, "santai baen." lalu kami tertawa bertiga. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H