Mas Ojiii....Mas Ojiiii   Wis wayahe dadi bupati
Mas Ojiiii...Mas Ojiiii    Insya Allah dadi bupati
Mas Ojiiii...Mas Ojiii    Wis wahaye dadi bupati
Mas Ojiii....Mas Ojiii    Insya Allah dadi bupati
Penggalan lagu "Mas Oji Dadi  Bupati" karya Sigit Blewuk baru selesai mengiringi senam para anggota Emmoji (emak-emak  militan pendukung Oji-Zaini)  di lapangan rumput komplek wisata Golaga (Gua Lawa Purbalingga) Minggu (2/8) pagi.
Peserta senam dipandu tim senam emak-emak  Desa Talagening, Bobotsari yang tampil  di atas panggung. Delapan orang pesenam dari Talagening memberikan contoh gerakan seiring musik. Tim kerudung hijau di atas panggung memberikan semangat kepada emak-emak untuk terus menggerakkan badan. Lekak lekuk emak-emak yang sudah setengah tua ini juga diikuti Mas Oji-Kang Zaini bersama istri.
Dari tembang karya Sigit Blewuk semua emak-emak bisa bergerak. Penciptaan lagu sebagai sarana menularkan, mengenalkan Mas Oji berhasil memikat emosi pendengarnya.
Orang yang normal akan terngiang dengan mendengar lagu Mas Oji Dadi Bupati. Siapa pun mereka, kawan atau lawan  akan terusik dan ikut nyanyi lagu Mas Oji Dadi Bupati, meskipun dibatin. Coba putar dan putar terus dilingkungan anda, tetangga juga akan hafal semua.
Suasana makin hangat, Tim pandu senam belum turun dari panggung, namun Mak Astrid, wanita berkerudung hijau  dari Bobotsari terus berjoged, padahal music sudah stop. "Mak-mak...jangan keterusen," kata Lulu tim emak Bobotsari yang bercelana hijau.
Ditertawain banyak emak-emak peserta Dolan Bareng Mas Oji-Kang Zaini, Mak Astrid berhenti mematung, lalu meminta mik. Dalam hitungan menit kemudian, Â Mak Astrid memekikkan yel-yel "Mas Oji-Kang Zaini....." dengan suara keras, serak hingga terhenti.
Teriakan Mak Astrid memekikkan yel-yel Mas Oji-Kang Zaini disambut hadirin dengan jawaban serentak "Lakone Anyar, Kabeh Gemebyar".
"Sekali lagi!!!" ajak  Mak Astrid.
Mas Oji-Kang Zaini....."Lakone Anyar Kabeh Gemebyar".
Baliho Mas Oji-Kang Zaini
Selanjutnya desain baliho sebagai sarana komunikasi massa. Â Baliho yang dipasang tim Oji-Zaini cukup sederhana. Tanpa banyak tulisan visi misi, bibit, Â bobot, pengalaman dan keberhasilan, serta seabreg prestasi. Â Baliho Oji-Zaeini lebih komunikatif, sehingga mudah dicerna, Â mudah dipahami semua orang.
Baliho hingga saat ini masih  menjadi kekuatan dalam komunikasi massa, khusunya pada saat Pilkada, baliho merupakan papan reklame cukup murah untuk memperkenalkan orang atau produk. Baliho yang sederhana dan mudah dipahami akan memikat orang dibanding baliho penuh tulisan.
Baliho Calon Bupati Purbalingga
Mari kita perhatikan baliho Mas Oji-Kang Zaini dengan baliho Ibu Tiwi-Pak Sudono. Â Pada pemasangan baliho pertama Mas Oji cukup memperkenalkan diri "Mohon Doa Restu."
Sementara baliho petahana yang sama-sama tampil sendirian memuat banyak tulisan.
Kedua balon bupati telah memasang baliho bergambar seorang diri  jauh hari. Mas Oji  ketika  itu baru mendapat dukungan dari sedikit orang dan belum mendapat pasangan yang pasti. Sementara saat itu Bu Tiwi juga belum dipasangkan dengan Pak Sudono.
Situasi terus  berkembang. Mas  Oji dipasangkan dengan Zaini  oleh para kyai, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Untuk menyampaikan pesan kepada khalayak, pasangan Mas Oji-Kang Zaini tampil bersama-sama dalam satu baliho. Balihonya sederhana "Mas Oji-Kang Zaeni" Lakone Anyar Kabeh Gemebyar ditulis dipojok kiri atas. Â
Dari baliho sederhana "Mas Oji-Kang Zaini Lakone Anyar Kabeh Gemebyar" orang akan mudah  mengenal.  Mudah tertarik. Lalu ingin ketemu, kenalan. Bawa keluarga, tetangga untuk mendukung Mas Oji-Zaini.
Coba kita bandingkan dengan baliho pasangan Ibu Tiwi-Pak Sudono yang penuh dengan tulisan keberhasilan. Lalu Baliho Bu Tiwi dengan Camat, dengan Lurah. Tak efektif. Orang kurang perhatian.Â
Bu Tiwi dalam spanduk  pencegahan covid-19 lainnya yang runyam, sudah pasti orang sulit membaca. Sulit memahami. Karena tidak paham isi pesan dalam baliho, orang tidak tertarik meskipun baliho  sudah dipasang dibanyak sudut kota, sudut desa-desa. ***