Sebelum bercerita jauh, saya memperkenalkan diri. Lalu mereka menuturkan kondisi jalan tembus Tlahab Lor-Siwarak yang tak pernah tembus. Setelah dirasa cukup, masjid yang dilengkapi TPQ Â bercat hijau ala NU memberikan banyak kenangan. Jamaah yang banyak dan tempat generasi muda menuntut ilmu Agama Islam, Â berdiri. Sebagai muslim lega.
Pas balik ada suara motor maraung keras. Lalu motor itu saya stop. Dua anak menjelang usia remaja kuntanya dengan logat Purbalingga "Koa arep manjat? Melu ya," kataku semangat sambil memutar motor.
Dua calon pemimpin bangsa mendahului di depan. Motornya montang-manting, selip. Pengemudinya turun, dan didorong pemboncengnya, kompak  bak pasangan calon bupati. Sampailah motor itu ke atas bukit.
Kami melanjutkan perjalanan terjal. Di kiri jurang, pemandangan hijau, indah dengan mayoritas tanaman nanas, pohon kayu manis, pisang dan pohon albasia ini menggoda penulis untuk berhenti sejenak. Menengadah ke atas, kawat-kawat baja terhubung dari sebuah pos peluncur dan pos turun. Mungkin dulu Pak Tasdi sudah merintis wisata pemandangan alam. Sayang terhenti sebelum selesai. Berapa milyar uang rakyat sia-sia terbuang?Â
Selepas bertemu seorang warga yang dulu mendukung Tasdi menjadi Bupati, penulis kembali ke jok motor lalu jalan. Tak jauh, tembo-tembok warna putih sudah Nampak. Makin dekat kompleks wisata Golaga sudah disampingnya. Sampai di Golaga. Penulis tak masuk hanya berhenti di depan warung-warung tak tertata rapih. ***