Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Penulis - Menulis Untuk Indonesia Yang Lebih Baik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Bukan Pekerja Kantoran

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Akses Baru Golaga, Jalur Eksotik Purbalingga yang Tak Pernah Sampai

18 Juli 2020   07:15 Diperbarui: 18 Juli 2020   13:26 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum bercerita jauh, saya memperkenalkan diri. Lalu mereka menuturkan kondisi jalan tembus Tlahab Lor-Siwarak yang tak pernah tembus. Setelah dirasa cukup, masjid yang dilengkapi TPQ  bercat hijau ala NU memberikan banyak kenangan. Jamaah yang banyak dan tempat generasi muda menuntut ilmu Agama Islam,  berdiri. Sebagai muslim lega.

Didorong (ftdokpri)
Didorong (ftdokpri)
Penulis melanjutkan petualanganya. Sesekali penulis menengok ke belakang, sepi, sepi sunyi. Hanya beberapa petani saja terlihhat di kebun nanas. Penulis berhenti. Jalan cor habis dan harus melewati jalan dengan batu-batu lepas. Mencoba nanjak, motor slip dan ngesot. Penulis berniat balik "Balik saja. Tak mungkin melewati jalan itu. Bahaya," kata batinku.

Pas balik ada suara motor maraung keras. Lalu motor itu saya stop. Dua anak menjelang usia remaja kuntanya dengan logat Purbalingga "Koa arep manjat? Melu ya," kataku semangat sambil memutar motor.

Dua calon pemimpin bangsa mendahului di depan. Motornya montang-manting, selip. Pengemudinya turun, dan didorong pemboncengnya, kompak  bak pasangan calon bupati. Sampailah motor itu ke atas bukit.

Tembok Golaga (ftdokpri)
Tembok Golaga (ftdokpri)
Satu pemuda masih menggui saya, dia membantu ketika saya nanjak, saya juga turun untuk menuntun motornya karena bila dinaiki motor akan selip. "Alhamdulillah akhirnya bisa melawati tanjakan pertama jalan licin," kataku mengucap syukur.

Kami melanjutkan perjalanan terjal. Di kiri jurang, pemandangan hijau, indah dengan mayoritas tanaman nanas, pohon kayu manis, pisang dan pohon albasia ini menggoda penulis untuk berhenti sejenak. Menengadah ke atas, kawat-kawat baja terhubung dari sebuah pos peluncur dan pos turun. Mungkin dulu Pak Tasdi sudah merintis wisata pemandangan alam. Sayang terhenti sebelum selesai. Berapa milyar uang rakyat sia-sia terbuang? 

Selepas bertemu seorang warga yang dulu mendukung Tasdi menjadi Bupati, penulis kembali ke jok motor lalu jalan. Tak jauh, tembo-tembok warna putih sudah Nampak. Makin dekat kompleks wisata Golaga sudah disampingnya. Sampai di Golaga. Penulis tak masuk hanya berhenti di depan warung-warung tak tertata rapih. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun