Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Penulis - Menulis Untuk Indonesia Yang Lebih Baik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Bukan Pekerja Kantoran

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dari Olah Sampah Bisa Gerakkan UMKM

9 Juli 2020   11:33 Diperbarui: 9 Juli 2020   13:22 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ternak ayam joper (dokpri )

Sampah,  sepanjang kehidupan manusia akan terus menjadi masalah. Namun bila dikelola baik,   sampah juga bisa menjadi sumber penghidupan. Berbagai daya upaya dilakukan  pemerintah dan masyarakat agar sampah tidak menjadi limbah kotor yang harus dihindari.

Sampah di satu sisi menjadi limbah yang berbau busuk, kotor dan berserakan. Pada  sisi lain sampah masih dapat dimanfaatkan untuk produk daur ulang dan pembuatan pupuk organik. Bahkan sampah dapat dimaksimalkan menjadi lahan bisnis bila diintegrasikan dengan industri peternakan, perikanan, bisa menggerakkan bisnis UMKM.

Berawal dari cerita buruk ABK kapal membuang sampah ke laut yang viral beberapa tahun silam,  PT. PELNI (Persero) sebagai BUMN transportasi laut bertekad mengani sampah secara baik. Perseroan yang berdiri pada 28 April 1952 ini merintis tata kelola sampah secara terintegrasi. Untuk mewujudkanya PELNI bekerjasama dengan mitranya Generasi Muda Cendekia (GMC) membangun dua Rumah Kelola Sampah (RKS) di luar Jawa.

Pembangunan RKS dimulai dari daerah yang jumlah kapal singgahnya tidak banyak, hal ini untuk menghindari risiko kegagalan. Berpegang pada prinsip kehati-hatian perseroan merintis pembangunan RKS Kampung Barokah di Desa Barokah, Batulicin, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

Dalam kurun satu tahun RKS ini memberikan kontribusi dan manfaat yang besar. RKS  dapat mengatasi sampah dari kapal PELNI dan sampah dari masyarakat. Tahun berikutnya dibangun RKS di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat. RKS di Bima diberi nama RKS Kampung Malayu. RKS ini telah dan akn terus  berkontribusi nyata bagi masyarakat.

Karena manfaatnya yang besar, PELNI akan membangun lagi di kota-kota lain. Diutamakan di tempat kapal PELNI singgah  dan membuang sampah. RKS ketiga  rencananya akan dibangun di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara.

Integrasi TPA-TPS-Ternak- Rumah Makan Gerakkan UMKM 

Hasil dari tempat pembuangan akhir (TPA) sampah adalah sampah dibibuang begitu saja dan sampah akan menggunung membusuk. Sampah di TPA diambil pemulung. Mereka  memilih sampah yang bisa dijual  untuk daur ulang. Sedangkan  sampah organik dibiarkan tanpa diolah.

Soto ayam kampung (dokpri)
Soto ayam kampung (dokpri)
Sementara di RKS PELNI sampah organik dan non organik bisa dimanfaatkan. Sampah daur ulang dijual. Sampah non organic yang tidak laku dijual dibuat pernak pernik kerajinan dan  sampah organik diolah  menjadi pupuk kompos.

RKS sebagai tampat olah sampah organik menjadi pupuk masih dapat dimaksimalkan dengan menjadikan RKS tempat usaha lanjutan sebelum diolah menjadi pupuk, sampah akan mengalami proses pembusukan yang masih bisa dimanfaatkan untuk budi daya Magot.

Proses pembusukan sampah organik secara alami diproses oleh lalat BSF (black Soldier Fly) lalat tentara hitam akan bertelor dan akan menjadi belatung atau ulat BSF. Ulatnya besar-besar dibanding ulat lalat hijau. Ulat BSF tidak berpotensi penyakit, namun memiliki kandungan protein yang tinggi, sehingga ulat Magot ini dapat dimanfaatkan  menjadi pakan suplemen bagi ikan, ayam dan itik.

Ikan, ayam dan itik yang diberi pakan magot terbukti lebih sehat dan bertumbuh. Sehingga dapat meningkatkan produksi ternak. Untuk mengoptimalkan RKS perlu dilengkapi usaha peternakan yang tidak jauh dari lokasi. Hasil ternak juga pemasaranya  diintegrasikan dengan UMKM, dan rumah makan.

Pengembangan RKS Secara Masif

Dari rintisan KRS yang  diinisiasi PELNI, hal tersebut dapat dikembangkan secara massif di setiap kabupaten/kota, kecamatan atau desa. Terlebih ada dana desa, ada  sawah bengkok yang dapat dimanfaatkan Pemda ntuk membangun RKS-Kolam-Ternak. Hasilnya untuk mensuplai rumah makan, UMKM.

Peluang bisnis olah sampah perlu menjadi agenda Kementerian BUMN, Kementerian Koperasi, pemerintah daerah dan dukungan BUMN untuk mempercepat proses terwujudnya olah sampah yang baik. olah sampah bernilai ekonomi.

Untuk memberikan gambaran bisnis olah sampah, berikut bisnis olah sampah dari hulu ke hilir yang dapat meningkatkan nilai ekonomi bagi masyarakat;

Beternak Itik Petelor 

Beternak itik bisa menjadi alternatif. Pelihara itik dewasa yang sudah  siap bertelor. Taruhlah pelihara 100 ekor. Hasil telor itik dapat untuk membeli pakan ayam, lele dan pakan itik itu sendiri.

Untuk menyiasati pakan yang menyita banyak uang, gunakan pakan pabrikan hanya campuran dengan komposisi 30 persen saja. Pakan diolah dari dedak, loyang (bekas nasi yang dijemur), bisa sayuran, magot menjadi menu harian bagi ternak.

Dengan komposisi makanan racikan, ayam dan bebek napsu makanya tinggi sehingga akan mendorong perkembangan badanya tumbuh lebih cepat. Sedangkan telor bebek dengan dikasih magot prosesntase bertelornya tinggi, bila 100 ekor bisa  rata-rata antara 80-90 butir, sekitar 90 % dari populasi.

Hasil telor itik dapat untuk membeli dedak, sampah sisa sayur, pakan pabrikan, pelet dan lainnya. Usaha ini bisa mengorbankan hasil telor bebek untuk  membiayai semua kebutuhan pakan ternak, ikan dan pekerja. Sehingga ketika panen ayam dan lele, sudah menjadi keuntungan murni.

Beternak Ayam Jawa Super

Makin bertambahnya produksi magot dapat mendukung beternak ayam. Bisa pilih ayam jawa super (Japer). Beli 1000 setiap periode, bisa sebulan, dua minggu atau bahkan setiap minggu agar panenya lebih sering. Sejak dari DOC sampai konsumsi masa panen ayam Joper sekitar 2 bulan dengan berat antara 8 ons hingga 1 kg dengan harga berkisar Rp40 ribu.

Beternak Ikan Lele

Siapkan juga untuk membangun kolam ikan. Bisa 5 atau 10 kolam, tergantung luas lahan. Ikan lele bisa menjadi pilihan untuk menyiasati kebutuhan air untuk musim hujan dan musim kemarau. Dengan memilih lele yang tidak memerlukan air mengalir terus-menerus, pada musim kemarau dimana biasanya kekurangan air, kebutuhan air dapat dipasok dari dari sumur. Sehingga meskipun musim kemarau produksi ikan masih tetap berjalan.

Siklus panen lele bisa dua kolam atau lebih tergantung jumlah kolam. Bila masing-masing kolam diisi 5000 ikan dengan  diberikan pakan yang  bagus, setiap kolam dapat  menghasilkan keuntungan  setidaknya Rp2,5 juta perkolam. Ikan bisa untuk mensuplai UMKM.

Tumbuhkan Bisnis UMKM  

Hal yang menjadi permasalahan adalan pemasaran hasil produksi, baik telor itik, lele maupun ayam Joper. Untuk menjamin pasar, kita bisa bergandeng tangan dengan UMKM. Dengan mengintegrasikan  penyaluran telor bebek kepada pengrajin telor asin, UMKM.

Sedangkan pemasaran ayam dapat  diintegrasikan dengan bisnis rumah makan, ayam goreng, ayam bakar dan ayam rica-rica. Dipasarkan kepada berbagai produk olahan  ikan dan ayam oleh UMKM.

Demikian juga usaha lele, bisa  dipasarkan melalui pedagang ikan segar, atau UMKM pecel ayam. Pemasaran seluruh produk dapat disalurkan dengan mudah dengan harga bagus, sehingga usaha ini perlu  dimaksimalkan oleh Pemda sebagai garda depan pelayanan masyarakat. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun