Kemudian, sesuai peraturan sekolah kalau ada yang terlambat maka dihukum tidak boleh masuk kelas pada jam pelajaran pertama, dan baru boleh masuk kelas pada jam pelajaran kedua. Begitulah Nayna yang kini harus berdiri di depan gerbang sekolah menunggu jam pelajaran selesai dan Mang Kasnap, penjaga gerbang sekolah jadi akrab menemaninya selama hukumannya berlangsung.
Ia hebat penuh semangat karena meskipun selalu terlambat datang ke sekolah dan sering tidak mengikuti jam pelajaran pertama, tapi ia dapat mengejar ketertinggalan pelajaran dengan meminjam catatan pada Yanti, teman sebangkunya, sehingga ia tetap mendapat prestasi terbaik.
Waktu terasa berjalan cepat, meski jarum jam tetap dengan putaran sama melalui detik demi detik menuju menit hingga sampai jam pelajaran usai.
Teng, teng, teng…!
Begitu bel pergantian jam pelajaran berdentang, Nayna langsung bersorak dalam hati sampai tak sadar kegembiraan terdengar oleh Mang Kasnap, sang penjaga gerbang, yang menemani selama dirinya mendapat hukuman.
Mang Kasnap tampak geleng-geleng kepala sambil membuka gerbang bagi Nayna yang sudah diperbolehkan masuk.
“Terima kasih, Mang, ucap Nayna ramah pada sang penjaga gersang dengan senyumnya tetap terkembang seperti indahnya bunga-bunga mekar di taman sekolah, betapa ia tak marah pada Mang Kasnap karena itu sudah tugasnya menahan anak yang datang terlambat di depan gerbang sebagai hukumannya.
“Sama-sama, Neng, Mang Kasnap membalasnya dengan lebih ramah lagi sehingga tampak cabe pada giginya.
“Mau mengirimnya, Mang?Nayna menyindir Mang Kasnap penuh canda.
Mang Kasnap tahu betul sindiran seperti itu sehingga cepat-cepat dibersihkan giginya sehingga sampai dapat cuilan cabe menghiasi giginya barulah berkata: “Ah, Eneng Nayna, bisa aja candanya.
Tapi Nayna sudah jauh memasuki sekolah, tentu saja berjalan buru-buru, takut kedatanganya kalah cepat dengan guru pelajaran berikutnya. Dan memang, begitu dirinya dapat masuk, sedetik kemudian masuk guru jam pelajaran kedua, betapa lega rasanya.