Mohon tunggu...
Akhmad Rudi Masrukhin
Akhmad Rudi Masrukhin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Bimbingan dan Konseling - Universitas Al-Falah As-Sunniyah Kencong Jember

Menyukai buku, menulis, dan jalan-jalan keluarga. Penulis buku "Strategi Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa; Panduan Praktis Bagi Guru dan Orang tua" (Klik Media, 2022)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tahun Ajaran Baru: Mengenal Gaya Belajar Siswa, Guru Wajib Tahu!

5 Agustus 2023   12:45 Diperbarui: 5 Agustus 2023   12:59 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jember, --Dalam Islam, kita dianjurkan untuk belajar mengenali diri sendiri. Sebagai mana sabda Rasulullah SAW “Man arafa nafsahu faqad arafa Rabbahu,”. Yang artinya, Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya. Puncak dari segala pengetahuan itu berlabuh pada Rabbnya (ketuhananan). Memang tidak mudah. Namun, proses pencapaian ini benar akan membuahkan wujud pribadi yang luar biasa. Diawali dari pembangunan mindset sebagai 'abdun (hamba) dengan segenap kemampuan, tugas, dan kewajiban yang kemudian melahirkan akhlak sebagai cerminan.

Kendati proses mendapatkan ilmu itu melalui berbagai jalan, diantara: wahyu, penalaran akal, pengalaman, ataupun proses belajar, bukan berarti jatuh hanya pada wujud aksi pemindahan materi pelajaran dari buku atau media belajar lain ke dalam belanga otak. Namun lebih pada membangun pemikiran (mindset) yang kemudian melahirkan perilaku dan keterampilan berdasar potensi yang tersimpan dalam dirinya. 

Setiap individu tercipta dengan segenap fitrah yang tersemat dalam diri. Fitrah yang dimaksud bukanlah wujud kekosongan, namun wujud benih potensi yang telah dianugerahkan  oleh Sang Maha Pemelihara sebagai modalitas pengembangan diri guna mengarungi tantangan hidup di dunia fana ini.

Di negara kita, Sekolah Dasar atau yang sederajat merupakan wadah pendidikan yang menampung anak-anak usia rata-rata 7 - 12 tahun.. Sebuah fase transisi dari usia kanak-kanak awal (2-6 tahun) ke masa kanak-kanak akhir (6-13 tahun). Para ahli menyebutnya perpindahan dari fase eksplorasi ataupun masa bertanya (question age) menuju fase intelektual.  Erikson menamainya masa sense of accomplishment. Dimana masa ini, anak merasa siap untuk menerima tuntutan yang dapat timbul dari orang lain dan melaksanakan atau menyelesaikan tuntutan itu.  Pada masa ini dianggap penting. Karena sangat menentukan  keberhasilan anak dalam menempuh tugas perkembangan pada fase berikutnya.

Havighurst, ahli Psikologi Perkembangan mendefinisikan tugas perkembangan sebagai tugas yang muncul pada periode perkembangan tertentu, yang keberhasilan atau kegagalan pengembangannya membawa dampak pada perkembangan anak lebih lanjut. Jika tugas perkembangan berhasil dikembangkan, akan menimbulkan kebahagiaan pada anak, karena anak lebih diterima, dihargai oleh kelompok sosialnya, dan anak sendiri, lebih nyaman dengan dirinya sendiri. 

Pengetahuan guru dan orang tua terkait tugas perkembangan anak, menjadi dasar dalam memberikan layanan dan pola asuh. Karana menjadi layanan dasar sebelum melakukan giat pembelajaran, guru perlu menyelaraskan rasa empati, sosial-emosional, dan juga gaya belajar. Sehingga dalam lingkungan belajar akan terbangun iklim pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan tentu menyenangkan sebagaimana prinsip Tandur dalam Quantum LearningTumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.

Dok. SD Nahdlatul Ulama 01 Bagorejo Gumukmas Jember
Dok. SD Nahdlatul Ulama 01 Bagorejo Gumukmas Jember

Lantas, apakah gaya belajar itu ?

Gaya belajar adalah salah satu bagian dari fitrah manusia. Memetakan gaya belajar anak berarti menyongsong kesiapan belajar. Hal ini sangat penting, karena gaya belajar merupakan satu-satunya modalitas belajar, yaitu cara informasi masuk ke dalam otak melalui indra yang kita miliki. Pada saat informasi tersebut akan ditangkap oleh indra, maka bagaimana informasi tersebut disampaikan (modalitas) berpengaruh pada kecepatan otak menangkap informasi dan kekuatan otak menyimpan informasi tersebut dalam ingatan atau memori. 

Dikutip dari Bobbi DePorter, President of the Quantum Learning Network (QLN)  membagi tiga modalitas, antara lain:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun