Mohon tunggu...
Akhmad Mustaqim
Akhmad Mustaqim Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa, penikmat kata, pekerja, dan selalu berusaha menjadi manusia bermanfaat.

Hobi membaca merangkai kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kartini, Literasi, dan Sebab Abadinya

9 Januari 2022   13:36 Diperbarui: 9 Januari 2022   13:41 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 Ibu kita Kartini

Putri sejati

Putri Indonesia

Harum namanya

Ibu kita Kartini

Pendekar bangsa

Pendekar kaumnya

Untuk merdeka

Wahai ibu kita Kartini

Putri yang mulia

Sungguh besar cita-citanya

Bagi Indonesia....

Cuplikan lagi di atas ini mengingatkanku, pada masa kecul yang sangat kental dengan lantunan lagu tersebut. Dulu dipikiran ternging-ngiang, bahkan kadang bertanya-tanya siapa Si Raden Ajeng Kartini begitu dibanggakan sosok perempuan itu di Indonesia. Bahkan setiap bulan April selalu ada perayaannya.

Kartini selalu diberi apresiasi setiap tahunnya, walaupun jazadnya sudah tiada, Dikarenakan menginspirasi dengan kerja kemanusiaannya mengenai hak perempuan, hak pendidikan, dan hak tradisi yang memberi batas pada perempuan di Jawa. Gagasan yang dikenal dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang bahwa penyisihan peran perempuan dalam kebudayaan dan pendidikan.

Adalah Kartini, dijadikan panutan bagi para perempuan progresif Indonesia. Padahal masih banyak perempuan lainnya seperti Cut Nyak Dien, Raden Sartika, Ibu guru dan Ibu kita. Eksistensinya selalu digaungkan setiap tahun, pada Hari Kartini yang selalu dirayakan setiap tanggal 21, April 1964 pada saat itu Presiden Bung Karno menetapan R.A Kartini sebagai pahlawan Nasional.

Kartini tidak akan pernah terhapus dari sejarah Indonesia. Selain dinobatkan sebagai seorang pahlawan perempuan, rekam jejak dalam sejarah membuktikan, kalau semasa hidupnya selalu berjuang dan menghasilkan suatu karya yang berhasil bisa mengubah hidup manusia, khususnya bagi para perempuan dulu, sekarang, dan masa depan, dan seperti selalu relevan di lintas zaman.

Semasa kecil banyak sekali pahit hidup dirasakan; mulai dari umur 12 tahun yang sudah menerima pingitan. Bagi seorang perempuan berumur segitu masih enak-enaknya menikmati hidup bersama keluarga dan teman-teman bermain bebas. Namun tidak dengannya. Selain karena sebagai seorang anak dari Bupati Jepara, sehingga ada batas-batas sosial yang seperti penjara. Namun lepas dari itu semua, namun semangat menggali pengetahuan dan pengalaman sangat mengherankan terhadap perempuan pada masa itu, saat dipikirkan pada masa dewasa ini.

Sosok Kartini, masa dewasaannya tidak dapat diukur dari umur, melainkan mengenai kekuatan dan gemar literasi yang menjadi jalan hidupnya. Dengan literasi akan lebih menjadikan kita tambah dewasa dalam pikir. Begitupun Kartini memiliki pandangan tentang hidup yang visioner dialirkan ke dalam tulisan. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelfontwikkeling (Pengengbangan diri) dan Zelf-onderricht, (otodidak) Zelf- vertrouwen (Pengembangan kepercayaan diri) dan Zelf-werkzaamheden (Pengembangan Efikasi diri selain juga Solidaritas) dan juga Solidariteit (Solidaritas). Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (Yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (Peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (Cinta tanah air).

Kartini lahir di Raden Adjeng Kartini lahir di Jepara, Hindia Belanda, 21 April 1879-- meninggal di Rembang, Hindia Belanda, 17 September 1904 pada umur 25 tahun atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini Ia adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan Pribumi-Nusantara.

Sosok Kartini, memang bukan seorang perempuan pada umumnya. Idealnya, Ia seorang perempuan memiliki pemikiran visioner sejak masih muda. Biasanya perempuan umur 12-20 tahun masih sibuk dengan banyaknya bermain. Berbeda dengan Kartini, sudah melakukan praktik-praktik intelektual yang memberi inspirasi kepada para perempuan dan semua orang yang butuh pemikirannya.

Setiap pemikiran, pembicaraan, dan tindakan tidak dapat dipungkiri dapat dipengaruhi oleh lingkungan, serta jalan hidup yang selalu dilakukan secara terus-menerus sehingga jadi kebiasaan, tanpa disadari. Kartini hidup berdampingan dengan seorang dengan banyak masalah sehingga menjadikan diri seorang tangguh berpengalaman. Pemikiran akan terbentuk dengan sendirinya, lalu hidup semestinya sesuai jalan hidup, sesuai dengan pilihan hati. Tidak hanya bisa merasakan tapi juga bisa menyelesaikannya bahkan mengatasi masalah yang dihadapi oleh perempuan masa itu.

Kartini merupakan sosok seorang yang peduli dengan pendidikan. Mulai dari gagasan yang tertuang dalam kumpulan surat 'Habis Gelap Terbitlah Terang' dalam bahasa Belanda Door Duisternis tot Licht Bahkan secara tidak langsung, dedikasinya tentang perempuan yang ideal memiliki kemampuan mengasah pengetahuan dengan praktik riil -perempuan harus lebih tinggi pendidikan daripada lelaki, karena perempuan akan lebih dekat dengan anak-anaknya kelak. Logikanya, seorang anak dididik oleh seorang perempuan berpendidikan tidak akan tumbuh anak tersebut dengan hidup, yang pada umumnya akan memiliki nilai lebih- sehingga dapat tumbuh karena dirawat oleh ibu (perempuan) yang ideal. Menyuarakan pentingnya pendidikan bagi perempuan sederhana dari pola yang dibangun olehnya.

Menurut Soe Hok Gie dalam pendapat yang seringkali dijadikan kata-kata di sosial media, kurang lebih sebagai berikut: seorang perempuan yang hanya sibuk berbandan, siap-siaplah Dia akan di bawah bayang laki-laki. Begitulah mungkin definisi sederhana perempuan untuk tetap berperan dalam hidup, serta bisa saling berkontribusi dengan hidup keluarganya yang telah disepakati.

Praktik Literasi Kartini

Kartini pada masanya dapat dikatakan sosok yang melek literasi. Suka membaca dan menulis dikarenakan ada lingkungan yang mendukungnya. Hal paling sederhana memiliki akses bacaan serta orang-orang yang dekat dengannya, seperti Sosrokartono kakak dari Kartini selalu mendukung dan menyediakan bacaan buku kepadanya. Sehingga ia terbentuk sebagai sosok perempuan yang manja melainkan bisa menulis dan bergerak di ranah-ranah sosial, demi kepentingan masyarakat. Tradisi baca tulis yang dilakukannya itu menjadi cermin pada praktiknya sehingga terbentuk lingkungan sehat.

Lingkungan literasi: merupakan lingkungan yang sehat. Kenapa demikian, karena semangat belajar membaca dan menulis salah satu keterampilan yang dapat membuat kita bisa cekat, cakap, dan berpikir kritis. Begitulah kurang lebih kerja literasi di dalam diri. Merawat pikiran dengan bacaan yang menghasilkan pengalaman tentu sesuatu yang berharga hidup, seperti itulah sosok Kartini bisa memiliki pola pikir, tindakan, dan menulis dengan baik. Karena lingkungan telah membentuknya.

Pengertian literasi adalah seorang yang mempunyai keterampilan membaca dan menulis lalu mampu menyelesaikan masalah. Melakukan praktik literasi secara baik. Membaca dan menulis. Ia membaca banyak dan mengasah dengan keterampilan menulis akan jadi seorang yang lebih peka, daripada yang tidak menulis dan membaca.

Sepak terjang hidupnya Mendirikan Sekolah. Peran tersebut menjadi ciri hidup produktif di masa yang bisa dikatakan masih keterbatasan mengenai akses. Pada masa itu seorang perempuan yang memiliki peran, yaitu sosok yang senantiasa berusaha menyatakan kegelisahan pribadi namun juga sama dengan penderitaan orang lain. Sehingga Kartini menyalurkan pemikirannya dengan mengirimkan ke JH Abendanon untuk meminta bantuan membangun sekolah khusus perempuan. Kembali mengutip penelitian Hapsari, sekolah perempuan pertama yang didirikan di Jombang, Semarang itu merupakan sekolah swasta perempuan pertama yang menerima subsidi pemerintah Belanda. Sebelum resmi berdiri, Sekolah Kartini menerima tidak kurang dari f23.000 untuk membangun sarana dan prasarana sekolah.

Pada masa sekarang yang harus diambil dan diteladani dari sosok Kartini adalah semangat literasi, semangat etos berjuang sebagai perempuan, dan praktik-praktik konkrit mengenai pendidikan. Melakukan sesuai konteks zaman. Bahwa semangat muda zaman sekarang mengenai perempuan tidak hanya merayakan dengan sosial media; buat story whatsapp, instagram, dan twitter dll. Tapi semangat literasi yang seharusnya digaungkan dan bisa diimplementasikan. Karena dampak dari ketekunan literasi mampu menjadikan manusia punya keahlian menerima dan penguasaan informasi, membentuk intelektual, dan membangun jiwa kritis yang menawarkan solusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun