Mohon tunggu...
Akhmad Mustaqim
Akhmad Mustaqim Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa, penikmat kata, pekerja, dan selalu berusaha menjadi manusia bermanfaat.

Hobi membaca merangkai kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kartini, Literasi, dan Sebab Abadinya

9 Januari 2022   13:36 Diperbarui: 9 Januari 2022   13:41 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menurut Soe Hok Gie dalam pendapat yang seringkali dijadikan kata-kata di sosial media, kurang lebih sebagai berikut: seorang perempuan yang hanya sibuk berbandan, siap-siaplah Dia akan di bawah bayang laki-laki. Begitulah mungkin definisi sederhana perempuan untuk tetap berperan dalam hidup, serta bisa saling berkontribusi dengan hidup keluarganya yang telah disepakati.

Praktik Literasi Kartini

Kartini pada masanya dapat dikatakan sosok yang melek literasi. Suka membaca dan menulis dikarenakan ada lingkungan yang mendukungnya. Hal paling sederhana memiliki akses bacaan serta orang-orang yang dekat dengannya, seperti Sosrokartono kakak dari Kartini selalu mendukung dan menyediakan bacaan buku kepadanya. Sehingga ia terbentuk sebagai sosok perempuan yang manja melainkan bisa menulis dan bergerak di ranah-ranah sosial, demi kepentingan masyarakat. Tradisi baca tulis yang dilakukannya itu menjadi cermin pada praktiknya sehingga terbentuk lingkungan sehat.

Lingkungan literasi: merupakan lingkungan yang sehat. Kenapa demikian, karena semangat belajar membaca dan menulis salah satu keterampilan yang dapat membuat kita bisa cekat, cakap, dan berpikir kritis. Begitulah kurang lebih kerja literasi di dalam diri. Merawat pikiran dengan bacaan yang menghasilkan pengalaman tentu sesuatu yang berharga hidup, seperti itulah sosok Kartini bisa memiliki pola pikir, tindakan, dan menulis dengan baik. Karena lingkungan telah membentuknya.

Pengertian literasi adalah seorang yang mempunyai keterampilan membaca dan menulis lalu mampu menyelesaikan masalah. Melakukan praktik literasi secara baik. Membaca dan menulis. Ia membaca banyak dan mengasah dengan keterampilan menulis akan jadi seorang yang lebih peka, daripada yang tidak menulis dan membaca.

Sepak terjang hidupnya Mendirikan Sekolah. Peran tersebut menjadi ciri hidup produktif di masa yang bisa dikatakan masih keterbatasan mengenai akses. Pada masa itu seorang perempuan yang memiliki peran, yaitu sosok yang senantiasa berusaha menyatakan kegelisahan pribadi namun juga sama dengan penderitaan orang lain. Sehingga Kartini menyalurkan pemikirannya dengan mengirimkan ke JH Abendanon untuk meminta bantuan membangun sekolah khusus perempuan. Kembali mengutip penelitian Hapsari, sekolah perempuan pertama yang didirikan di Jombang, Semarang itu merupakan sekolah swasta perempuan pertama yang menerima subsidi pemerintah Belanda. Sebelum resmi berdiri, Sekolah Kartini menerima tidak kurang dari f23.000 untuk membangun sarana dan prasarana sekolah.

Pada masa sekarang yang harus diambil dan diteladani dari sosok Kartini adalah semangat literasi, semangat etos berjuang sebagai perempuan, dan praktik-praktik konkrit mengenai pendidikan. Melakukan sesuai konteks zaman. Bahwa semangat muda zaman sekarang mengenai perempuan tidak hanya merayakan dengan sosial media; buat story whatsapp, instagram, dan twitter dll. Tapi semangat literasi yang seharusnya digaungkan dan bisa diimplementasikan. Karena dampak dari ketekunan literasi mampu menjadikan manusia punya keahlian menerima dan penguasaan informasi, membentuk intelektual, dan membangun jiwa kritis yang menawarkan solusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun