Banyak orang dewasa berjuang dengan kesulitan konsentrasi dan mudah sekali terganggu oleh stimulus kecil, tanpa menganggap ADHD sebagai sumbernya
Beberapakali teman sekantor mengungkapkan bahwa dia merasa terganggu dengan suara keyboard yang saya gunakan. Kebetulan tipe keyboard-nya adalah jenis lama, yang mengeluarkan suara saat digunakan.Â
Awalnya saya mengabaikan itu, bahkan membumbuinya dengan kejenakaan. Masak iya, hanya mendengar suara 'tak tik tok' saja terganggu. Namun, rasanya itu tidak membantunya dan tidak mengubah apapun.
Memahami Disleksia Pada Dewasa
Saat saya bertanya, teman tersebut menyatakan bahwa dia seorang disleksia (dislexia), lebih tepatnya pernah diidentifikasi disleksia saat kanak-kanak.
Disleksia merupakan salah satu gangguan belajar (learning disabilities/LD) yang umum dan familiar. Gangguan ini secara umum juga dikenal sebagai gangguan ketidakmampuan membaca (reading disability) yang melibatkan masalah membaca, menulis, atau mengeja kata, karena mempengaruhi area otak yang penting untuk produksi ucapan, artikulasi, dan menghubungkan suara ke huruf.
Di Indonesia, disleksia secara umum hanya dikenal sebagai gangguan belajar pada anak-anak, padahal nyatanya gangguan ini berlaku untuk segala usia.Â
Di Amerika, disleksia diperkirakan menjangkiti 5-10% populasi. Marcy Paterson seorang terapis dan penulis buku The Dyslexia Guide for Adults menyatakan gejala disleksia memang tampak lebih mudah dikenali pada anak-anak, dibandingkan dewasa.Â
Kesulitan mendengar, mengartikulasikan suara yang berlanjut pada kesulitan membedakan huruf tertentu, mengeja huruf, kata membaca dan menuliskannya adalah tanda umum disleksia pada anak.Â
Namun orang dewasa berbeda, menurutnya disleksia orang dewasa lebih condong pada masalah-masalah pada komunikasi secara tulisan.
Kesalahpahaman Tentang Disleksia
Sebuah penelitian besar yang dipublikasikan di jurnal Fontiers in Psychology menyatakan bahwa persepsi masyarakat Amerika tentang disleksia hanya berkisar tentang anak-anak yang melihat huruf terbalik atau dari belakang.Â
Itulah penting mengapa menguidentifikasi secara tepat disleksia akan membantu anak-anak ataupun orang dewasa dengan disleksia dapat melaksanakan fungsi hidupnya dengan lebih baik.
Kesulitan membaca dan mengeja mungkin merupakan gejala utama disleksia pada anak-anak, tetapi sedikit lebih rumit dengan orang dewasa yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menemukan cara untuk mengkompensasi defisit ini.Â
Sebuah penelitian terhadap orang dewasa dengan disleksia dalam Journal of Psychology & Psychotherapy menemukan kemarahan dan kebencian terhadap guru masa kecil mereka masih teringat jelas, ini berimplikasi rasa ketidakadilan terhadap sistem pendidikan.Â
Alih-alih mendapatkan pertolongan, mereka merasa kurangnya perhatian terhadap kesulitan yang mereka derita. Berikut adalah masalah umum yang ditemukan pada orang dewasa dengan disleksia:
- Memiliki ingatan yang kuat dengan masalah perjuangannya saat sekolah, terutama membaca dan mengeja
- Mengalami kelelahan yang ekstrim saat membaca dengan keras
- Menghindari membaca untuk kesenangan
- Merasa sangat tidak nyaman saat membacakan sesuatu yang ringan, seperti dongeng kepada anak-anak
- Kesulitan membuat catatan rapat dan mengatur waktu
- Memiliki kosa kata lisan lebih kecil dari kosa kata mendengarkan (artinya mendengar lebih banyak, namun tidak mampu mengulang kembali)
- Mampu mengingat wajah dengan baik, namun mengalami kesulitan mengingat nama
- Salah bicara, atau salah mengucapkan kata-kata tanpa disadari
- Mungkin memiliki ingatan yang sangat baik tentang peristiwa yang dialami atau tidak diingat sama sekali
- Kesulitan mengingat instruksi verbal atau petunjuk multi-langkah
- Berhasil dalam situasi dan profesi yang mengandalkan komunikasi verbal dan pembangunan hubungan
- Kepercayaan diri yang buruk. Bisa jadi disertai kecemasan dan depresi.
Melihat gejala-gejala umum disleksia pada orang dewasa, sepertinya masalah teman saya bukan pada disleksia, tapi lebih pada sensitivitasnya pada hal-hal yang sepertinya sepele namun dapat mengganggu rentang rentang perhatiannya.Â
Temen saya mampu membaca dan konsentrasi, namun dalam kondisi yang 'menurutnya' tenang.
Hipersensitivitas dan Masalah Fokus ADHD
Sama seperti disleksia, tidak banyak orang yang menyadari bahwa gangguan perhatian dan disertai hiperaktivitas (attention deficit hyperactivity disorder/ADHD) juga dialami oleh orang dewasa.Â
ADHD muncul secara berbeda pada orang dewasa daripada pada anak-anak, dan bisa lebih sulit untuk didiagnosis di masa dewasa juga. Sementara hiperaktif (aktivitas berlebih) adalah indikator utama ADHD masa kanak-kanak, pada orang dewasa indikator tersebut cenderung tidak terlihat.Â
Orang dewasa dengan ADHD biasanya berjuang dengan gejala seperti kesulitan memperhatikan, impulsif dan gelisah.Â
Harold N. Levinson, dalam buku berjudul New Insights into ADD/ADHD mencatat bahwa gejala seperti kurangnya organisasi, keterampilan mendengarkan yang buruk, mudah teralihkan, dan kegagalan untuk menindaklanjuti tugas sering dianggap sebagai perilaku khas anak, sehingga sering terlewatkan saat masih kanak-kanak. Saat dewasa, mereka terus saja berjuang dengan gangguan-gangguan tersebut.
Gejala lain dari ADHD pada orang dewasa seperti dicatat dalam buku Return to Work in Mild Cognitive Disorders adalah perilaku seperti perencanaan yang buruk dan manajemen waktu, masalah multitasking, pelupa, toleransi frustrasi yang rendah dan sering terjadi perubahan suasana hati. Oleh karena itu, banyak terjadi kesalahan diagnosis ADHD dewasa dengan kecemasan atau bahkan dengan depresi.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnla Eur Child Adolesc Psychiatry menyebutkan bahwa masalah fokus adalah hal utama yang paling menonjol pada orang dewasa dengan ADHD. Meskipun tampak seperti kontradiktif, kan memang ADHD gak bisa fokus?Â
Jangan salah, seseorang dengan ADHD memang melakukan perjuangan berat untuk tetap pada fokusnya saat mengerjakan tugas yang menurut mereka membosankan.Â
Namun, pada sisi lain, saat mereka bertemu tugas yang mereka minati, mereka bisa jadi akan lupa makan dan mandi.Â
Tingkat dopamine rendah pada orang ADHD membuat mereka kehabisan bahan bakar (motivasi) untuk mendorong dirinya melalui tugas-tugas yang tidak menarik, meskipun itu terlihat sangat mudah bagi orang lain.
Secara umum, penelitian menyebut beberapa hal yang dianggap tugas sulit bagi ADHD dewasa, diantaranya:
- Tugas sederhana namun lama, seperti membaca buku.
- Tugas dengan konsekuensi di depan seperti mempelajari keterampilan baru atau mempersiapkan acara jauh di masa depan.
- Tugas yang berulang atau dapat diprediksi, seperti tugas administrasi kantor, dan sebagian besar pekerjaan rumah tangga.
Hal-hal tersebut menjadi sulit karena seseorang dengan ADHD memiliki reaksi emosional yang kuat terhadap hal-hal yang tampaknya kecil bagi orang lain.Â
ADHD memiliki sensitivitas yang begitu tinggi pada hal-hal kecil seperti sentuhan, suara, cahaya, bahkan label pada pakaian.Â
Banyak orang dewasa berjuang dengan gejala-gejala ini tanpa menganggap ADHD sebagai sumbernya, yang seringkali dapat mengakibatkan masalah dengan kepercayaan diri yang mengarah pada kecemasan dan depresi. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H