Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Psikologi Predator Seksual

24 Desember 2021   15:14 Diperbarui: 27 Desember 2021   11:43 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kekerasan seksual | Sumber: Shutterstock

Mereka sepenuhnya menyadari konsekuensi potensial dari tindakannya, terbongkar dan ditangkap. 

Mereka memiliki kemampuan luar biasa untuk mengabaikan kesadaran tersebut, sambil mempertahankan rasa tak terkalahkan. 

Mereka menghilangkan pertimbangan hati nurani untuk berperilaku sesuka mereka tanpa memperhatikan kerusakan emosional, fisik, atau lainnya yang mungkin mereka timbulkan. 

Ketika akhirnya tindaknnya terbongkar, penyesalan utama mereka adalah tertangkap. Hanya sedikit saja penyesalan bagi korban. 

Sebaliknya, mereka menganggap diri mereka sebagai korban karena konsekuensi tidak menyenangkan yang harus mereka hadapi, seperti perundungan di media, media sosial dan lainnya.

Menyiapkan Masa Depan

Fakta telah membuka mata kita, bahwa kejahatan seksual bisa terjadi di manapun, dilakukan oleh siapapun. Selain kewajiban kita akan korban (pengesahan UU-PKS) kita tidak boleh lengah dan menyiapkan lingkungan yang lebih ramah di masa depan. 

Kita bisa memulai dari pondasi pendidikan. Pendidikan harus melihat anak-anak secara setara dalam hal potensi. 

Jangan hanya menyiapkan anak-anak kita untuk antisipasi sebagai korban, siapkan juga mereka untuk mengantisipasi dirinya agar tidak menjadi pelaku.

Riset menunjukkan bahwa pelecehan seksual bukan hanya lahir dari gagalnya manusia mengendalikan hasrat seksualnya dalam jalur moral. Namun juga bagaimana manusia mengendalikan hasrat mereka untuk mengeksploitasi saat memiliki kekuasaan. 

Sebuah tindakan yang bisa saja diputuskan pelaku hanya dalam beberapa detik saja. Ia adalah sebuah pengambilan keputusan. Bisa jadi, ia lahir dari tempat yang sama dengan hal-hal sederhana lainnya seperti memutuskan untuk membuang sampah pada tempatnya, tidak mengebut saat di jalan raya, menghadiri acara tepat waktu, membeli barang sesuai kebutuhan atau banyak hal sederhana lainnya dalam keseharian kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun