Merasa kembali normal
Kompetisi olahraga merupakan bagian nyata dalam kehidupan penggemarnya. Menonton secara langsung ataupun hanya melihat cuplikan pertandingan melalui televisi dan internet serta media sosial merupakan salah satu kegembiraan bagi penikmat sepakbola.Â
Setelah sekian lama terhenti, kembalinya olahraga sebagai tontonan memberikan semacam perasaan kembali ke keadaan normal. Penggemar akan merasa kehidupan telah kembali seperti sebelum adanya pandemi. Khusus bagi Liga 1, sore hari dan malam hari pada hari-hari pertandingan akan kembali menjadi waktu yang ditunggu nongkrong di depan TV.
Bagi penggemar yang terdampak langsung dengan pandemi, terutama pekerjaannya, menonton kembali pertandingan olahraga bisa jadi akan menjadi cara untuk melarikan diri --- meski hanya sebentar --- dari isolasi, kecemasan, dan stres hidup dalam pandemi. Olahraga akan menjadi semacam penenang sementara dari tekanan kehidupan sosial semasa pandemi.
Secara tidak langsung, menonton olahraga juga memberikan persuasi bahwa olahraga adalah hal yang penting bagi kesehatan kita, etrlebih selama pandemi. Besar kemungkinan ruang-ruang sosial (lapangan bola, futsal atau perkebunan dan persawahan kosong) akan kembali ramai saat sore hari.Â
Anak-anak, orang muda sampai dewasa akan kembali ingin meniru aksi-aksi yang mereka dapatkan dalam pertandingan di TV. Teriakan GOOOLLL sungguh melegakan bagi siapapun penggemar sepakbola di dunia ini.
Terikat dan terhubung kembali
Obrolan santai baik secara langsung maupun melalui medsos akan melibatkan kembali perbincangan sepakbola. Di kantor, di warung kopi, di rumah ataupun secara online akan kembali diwarnai dengan bola. Tentunya melibatkan humor dan perasaan gembira selama kompetisi.
Olahraga secara tidak langsung juga menghubungkan kita pada komunitas tertentu. Aremania, Bonekmania, Jakmania, Bobotoh dan lainnya merupakan ikatan psikologis antar pendukung bola. Kita memiliki identitas sosial yang sama, merasa Biru, Merah, Hijau, Orange dan lain sebagainya. Merasa berada di suatu tempat meskipun berjauhan.Â
Orang Padang akan merasa pulang kampong saat menonton Semen Padang. Orang Papua, Surabaya, Jakarta, Makassar dan lainnya yang sedang dalam perantauan selalu merindukan tim asal daerahnya bertanding dan merasakan untuk sesaat mereka tengah berada di kampong halamannya.