Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengenal dan Manakar Dosis Optimisme untuk Solskjaer

31 Desember 2018   15:02 Diperbarui: 31 Desember 2018   15:41 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diadopsi dari independent.co.uk

Senyuman yang senantiasa mengembang di raut wajah Solskjaer menurut Mostrm berbeda dengan keberaniannya merubah filosofi dan paradigma bermain pemainnya. Di saat pesepakbola Norwegia menjunjung tinggi "Drillo Football" --yang berasal dari filosofi Egil 'Drillo' Olsen saat melatih timnas Norwegia pada tahun 90an- Solskjaer malah merubahnya dengan radikal. Ya, gaya Drillo Football yang mengandalkan bola mati, serangan cepat dan kekuatan fisik dirombak total dengan terus bergerak, mengumpan dan mengandalkan kecerdikan berpikir taktikal.

Hal kedua yang menurut Mostrm sangat mengesankan dari Solskjaer adalah kecerdikannya dalam berkomunikasi dengan siapapun. Sebagai manager, dia disebut sangat mengenal seluk beluk semua orang yang bekerja untuk klub, mulai dari pemain, asisten pelatih, sampai pekerja rumput stadion. Mostrm menyebut Solskjaer ingin semua orang yang bekerja untuk klub merasa memiliki klub. Dengan begitu, suasana menjadi nyaman dan ramah. Molde bagi Mostrm saat itu adalah rumah kedua yang membahagiakan setiap orang yang bekerja disana.

Soal ketiga masih tentang komunikasi, namun ini khusus dengan pemain-pemain yang sedang tidak dalam penampilan terbaik. "He is a master at pushing the right buttons to get the reaction he wants" begitu kata Mostrm menggambarkan kecerdikan komunikasi mantan managernya tersebut. Setiap pemain memiliki kepribadian tersendiri, sehingga membutuhkan pendekatan berbeda untuk membuat pemain menampilkan performa teraiknya. Inilah yang disebut pushing the right buttons, menekan tombol dengan tepat. Ada pemain yang butuh teriakan bahkan tritmen pengering rambut ala mahaguru Sir Fergie, ada juga pemain yang membutuhkan dialog dari hati ke hati. Semuanya diperhatikan Solskjaer dengan detil dan penuh pertimbangan.

Terkait kegagalan Solskjaer pada saat menangani Cardiff City, Mostrm menyebut tidak fair jika hal tersebut digunakan untuk memprediksi Solskjaer di MU. Mengapa? Karena wewenang, kualitas tim dan juga momentum saat itu sangat berbeda dengan sekarang.

Okelah kalau begitu. Bagi Manchunian, silahkan hembuskan optimisme di tahun 2019, namun jangan berlebihan seperti sebagian pendukung pak Jokowi Liverpool.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun