Seperti yang pernah diungkapkan oleh Siti Aisyah RA kana khuluquhul qur'an. Cara-cara tersebut pernah dipakai oleh penyebar Islam di Nusantara, dengan mengakulturasikan budaya sesuai nilai-nilai Islam. Jadi aneh jika ada orang alergi dengan istilah Islam Nusantara, karena sebutan tersebut mengacu pada akulturasi budaya setempat dengan nilai-nilai Islam dalam Al-Qur'an.
Terkait akhir-akhir ini di negara tercinta sedang ramai tentang bendera dengan lafal tauhid, beliau berpesan agar kita harusnya bersikap objektif melihat hal tersebut. Jangan malah membangun opini demi kepentingan kelompok.Â
"Kalau sekarang ada yang berani bersu'udzon (berburuk sangka) kepada Kanjeng Nabi dengan mengakatan menulis kalimat tauhid di bendera, saya khawatir kalian akan semakin kurang ajar dengan dengan menyebut Kanjeng Nabi nyablon bendera" kelakar beliau menanggapi salah satu pendakwah yang membangun opini bahwa bendera kontroversial adalah warisan Rasul.
Pungkasnya, jangan kagetan. Karena arus informasi begitu deras, anda belum tau sedang hanyut dalam arus yang mengarah kemana. Hari ini teriak, besok tidak mengakui teriakannya. Kalau sudah begitu kan repot.
Aslinya masih banyak pelajaran yang diberikan kurang lebih dua jam oleh Gus Mus. Kalau penasaran ikuti forum-forum serupa di daerah masing-masing ya. PERINGATAN: Mengaji dengan Kyai sepuh seperti Gus Mus dan lainnya dapat menyebabkan HATI LEMBUT, SELALU TERSENYUM dan tidak gampang NGAMUKAN. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H