Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Desa Wisata I: Antara Kebutuhan, Potensi dan Pengelolaan

7 Juli 2015   09:53 Diperbarui: 7 Juli 2015   09:53 1439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentang komponen inti desa wisata

Sebuah desa dikatakan layak sebagai destinasi wisata jika minimal memiliki tiga komponen utama yang saling berkaitan. Komponen tersebut terkait daya tarik/ atraksi, paket wisata dan juga fasilitas.

Daya tarik desa wisata merupakan komponen pertama dan menjadi pondasi desa wisata. Persepsi tentang pariwisata biasanya menghambat pengelola desa wisata untuk menentukan potensi daya tarik desanya. Kebanyakan pemerintah desa atau pengelola desa masih berpatokan bahwa tempat wisata adalah hal yang indah dan harus dipenuhi fasilitas yang mumpuni (seperti kasus pertama yang saya temui diatas). Persepsi tentang objek wisata modern tersebut menghalangi ide pengembangan desa wisata. Biasanya persepsi tersebut membentuk tembok besar, tinggi nan kokoh bernama “susahnya mencari dana”.

Kalau mau berkata jujur, desa wisata merupakan destinasi khusus. Artinya dia bukan destinasi wisata untuk semua kalangan masyarakat seperti objek wisata modern, melainkan lebih pada jenis wisata nostalgia dan edukasi yang rata-rata menyasar pada kelompok masyarakat dari perkotaan dan anak-anak. Saya katakan sebagai wisata nostalgia karena sebagian besar pangsa pasarnya adalah mereka yang dulunya adalah masyarakat desa yang sekarang terjebak dalam kehidupan kota. Bagi mereka, melihat dan merasakan kembali suasana kehidupan desa adalah hal yang kembali menjadikan hidup menjadi lebih segar (refresh) dan lebih kreatif-produktif (recreat). Mereka akan lebih memilih bau sapi (wisata desa agrarian) atau bau amis ikan (wisata desa pesisir) saat bangun pagi daripada aromaterapi dan parfum hotel. Mereka juga akan lebih memilih suara laut atau angin persawahan daripada suara musik di objek wisata modern.

Kenapa saya katakan juga sebagai wisata edukasi? Ini lebih berkaitan dengan keberlanjutan pengetahuan tentang pedesaan dan kehidupannya yang susah untuk didapatkan dalam pendidikan formal perkotaan. Kalaupun diberikan pengetahuan tentang pedesaan, orang tidak akan pernah tahu sebenarnya jika mereka tidak singgah dan merasakannya langsung. Pengetahuan dan pengalaman langsung inilah yang ditawarkan desa wisata pada masyarakat modern, terutama anak-anak dan mereka yang belum pernah mengenal secara langsung kehidupan desa, termasuk para turis mancanegara. Saya misalkan anda adalah seorang desa yang telah berhasil hidup di kota, apakah anda akan begitu saja mencabut akar sejarah anda pada anak-cucu anda? Atau apakah sebaliknya, anda akan dengan sangat bangga menunjukkan pada mereka bahwa anda berasal dari desa yang penuh dengan eksotisme dan kebersahajaan. Kalau iya, dimanakah anda akan membawa anak-anak anda? Yup, desa wisata adalah jawabannya.

Tentang anak-anak perkotaan yang selalu hidup dalam tembok rumah-sekolah dan juga tembok virtual internet-game. Apakah menurut anda sekali waktu mereka membutuhkan untuk mandi di sungai, memancing di sungai/laut, mencari makan untuk ternak, menggembalakannya dan memberikan makanan langsung pada ternak, memerah susu di pagi hari atau sekedar bermain gasing, gobag sodor, egrang, laying-layang. Kalau iya, dimanakah anda akan membawa anak-anak anda? Yup, desa wisata adalah jawabannya.

Desa wisata adalah sebuah kebutuhan bagi masyarakat modern perkotaan. Potensi historis serta edukasinya bagi sebagian orang jauh lebih bermakna untuk mengisi waktu liburan daripada hingar-bingar objek wisata perkotaan. Inilah yang disebut potensi, inilah yang disebut ciri khas. Jika jenis pedesaan itu beragam, maka semua desa memiliki potensinya sendiri untuk menjadi destinasi wisata. berbeda dengan objek wisata modern yang membutuhkan make-up untuk disebut layak, desa wisata justru dicari karena dia natural tanpa sentuhan, bersahaja dalam kejujuran.

 

Tulisan ini belum selesai, akan saya lanjutkan kemudian…terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun