Kurikulum Merdeka dan istilah Merdeka Belajar menjadi perhatian bagi dunia pendidikan saat ini. Kurikulum Merdeka merupakan sebuah konsep pendidikan yang diusulkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 2020 sebagai sebuah bagian upaya untuk merombak sistem pendidikan nasional. Konsep Kurikulum Merdeka bertujuan untuk mengubah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pendekatan yang berpihak pada murid.Â
Kurikulum Merdeka itu berawal ketika ide Pemerintah dalam menyerukan reformasi dalam dunia pendidikan yang ingin berfokus pada keterampilan dan kompetensi yang relevan dengan dunia kerja dan perkembangan teknologi. Sehingga di tahun 2019, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia membentuk sebuah tim ahli yang bertugas merancang konsep Kurikulum Merdeka.
Perkenalan saya dengan Kurikulum Merdeka dimulai  saat menjalani Pendidikan Profesi Guru (PPG) Pra Jabatan tahun 2022 gelombang pertama. Dimana, program tersebut bertujuan membentuk calon seorang Guru yang profesional, beradab, adaptif, kreatif dan kompetitif.
Saat mendapatkan jadwal perkuliahan, perhatian saya tertuju pada salah satu mata kuliah yaitu pembelajaran berdiferensiasi. Sebuah istilah baru yang asing bagi saya. Saat mengawali perkuliahan dengan materi ini, pikiran saya terus bertanya-tanya, apa tujuan mata kuliah tersebut bagi calon guru seperti saya nantinya.
Saat menerima materi tentang pembelajaran berdiferensiasi saya mendapat kesempatan menerapkannya dalam praktik pengalaman lapangan (PPL) di sekolah yang sudah ditetapkan. Betapa bersyukurnya saya, melalui pembelajaran berdiferensiasi alur Kurikulum Merdeka dapat dengan mudah dipahami dan diterapkan dengan baik.
Lalu, apa itu pembelajaran berdiferensiasi? Berdasarkan referensi modul pembelajaran PPG Pra Jabatan 2022 Kemendikbudristek RI melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, pembelajaran berdiferensiasi yaitu strategi pembelajaran yang menyesuaikan pengajaran dengan kebutuhan belajar dan gaya belajar siswa. Kombinasi kedua konsep ini dapat membantu mewujudkan pendidikan yang lebih efektif dan menyenangkan bagi siswa.
Saya sendiri menyadari saat melakukan praktik pengalaman di sekolah, pendidikan hari ini memang harus lebih adaptif dengan kebutuhan belajar peserta didik di kelas. Kondisi dan minat belajar mereka juga beragam.Â
Hal tersebut memang secara alamiah terjadi, oleh sebab itu dengan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru seperti saya dituntut untuk bisa memusatkan perhatian kepada peserta didik dan memenuhi kebutuhan belajar mereka. Dengan begitu, peserta didik dapat dengan mudah mengerti dan tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal.
Bagaimana Penerapan Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka?
Segala peningkatan kompetensi Guru dan alur dari sistem pendidikan selalu akan bermuara pada tujuan utama yaitu menjadikan peserta didik Indonesia memiliki nilai-nilai Pelajar Pancasila yang luhur yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebhinekaan global, gotong royong, kreatif, bernalar kritis serta mandiri.
Berkesempatan bertemu siswa-siswi dalam praktik pengalaman mengajar menjadi hal yang tidak pernah saya lupakan. Berikut pengalaman penerapan pembelajaran berdiferensiasi yang telah diterapkan di sekolah pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP).
Saat masuk ke dalam kelas, mula-mula saya terlebih dahulu melakukan tes diagnostik. Dalam istilah lain disebut juga dengan asesmen diagnostik. Hal ini bertujuan untuk melihat kemampuan, minat dan gaya belajar siswa sebelum benar-benar memasuki sebuah pokok materi pelajaran tertentu.Â
Biasanya saya memanfaatkan fasilitas situs online yang gratis, seperti google form untuk membuat sebuah tes diagnostik baik berupa angket dan sebagainya. Saya sendiri menggunakan instrumen sederhana berupa angket agar lebih mudah mendapatkan data karakteristik siswa di kelas yang akan saya ajar.
Saat saya menerapkan strategi ini, di kelas yang menjadi lokasi praktik mengajar memiliki karakteristik gaya belajar yang cenderung lebih banyak visual. Meskipun di sisi lain, ada beberapa siswa punya gaya belajar mendengarkan (auditory). Lalu apa yang saya lakukan setelah mendapatkan beberapa data tersebut?
Selanjutnya, hal yang saya lakukan adalah membuat sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk satu topik pertemuan kebetulan pada saat pendidikan ini mata pelajaran yang saya ampu yaitu pendidikan Bahasa Inggris. Di dalam Kurikulum Merdeka kini istilah RPP jarang sekali di dengar, kami sebagai mahasiswa PPG suka menyebutnya dengan Modul Ajar. Hasil tes diagnostik yang sudah dilakukan sebelumnya, menjadi dasar saya dalam merancang sebuah RPP/Modul Ajar yang menarik.
Dalam praktiknya, saya menggunakan model pembelajaran berbasis masalah atau bahasa kerennya problem based learning dengan metode pembelajaran tanya jawab dan diskusi kelompok. Di dalam perencanaan pembelajaran juga saya sudah memasukkan beberapa konten dan bahan ajar yang sesuai minat dan gaya belajar mereka.Â
Dalam hal ini, saya merancang media ajar berupa power point slide hingga video pembelajaran yang wajib ada setiap masuk ke kelas. Beserta fasilitas pendukung seperti bluetooth speaker dan LCD proyektor untuk menampilkan video dan gambar. Mengapa hal ini menjadi wajib? Sebab saya sudah mempelajari gaya dan minat belajar siswa di kelas tersebut sangat menyukai gaya belajar yang audio-visual.
Memulai pembelajaran saya selalu menanyakan kondisi dan kesiapan belajar mereka serta setiap kali pertemuan saya selalu menyiapkan sebuah games ice breaking sederhana di kelas untuk membuat suasana semakin terasa nyaman belajar. Sebab, tak jarang banyak siswa yang mengantuk saat pembelajaran karena tidak sesuai dengan ekspektasi yang mereka harapkan.
Saat masuk ke dalam materi inti, saya membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil berdasarkan minat belajar mereka. Beberapa diantaranya saya siapkan sebuah tayangan video yang akan memantik pertanyaan kritis mereka tentu berkaitan dengan pokok bahasan yang dipelajari. Beberapa yang lain hanya cukup mendengarkan suara dari sebuah video pembelajaran. Dengan begitu car a belajar mereka terfasilitasi dengan baik.Â
Bagaimana cara mengukur keberhasilan belajar siswa dengan Kurikulum Merdeka ini?
Ada banyak cara penilaian atau asesmen yang dapat kita lakukan untuk mengukur seberapa maksimal capaian pembelajaran yang sudah kita rancang dalam RPP/Modul Ajar.Â
Diantaranya yang sudah saya lakukan yaitu adalah dengan memberikan kesempatan mereka membuat beraneka macam produk hasil belajar dengan gaya yang disukai oleh mereka sebagai siswa.Â
Beberapa siswa menginginkan presentasi langsung di depan kelas secara berkelompok, ada yang mengerjakan soal pilihan ganda ada pula yang mengirim tugas berupa mind map sederhana. Seluruh produk hasil belajar mereka wajib saya terima sebagai bentuk apresiasi belajar mereka.
Kesimpulannya, berikut adalah beberapa cara penerapan pembelajaran berdiferensiasi yang menjadi bagian dari Merdeka Belajar:
- Pemetaan Kebutuhan Individu: Guru harus memahami kebutuhan belajar masing-masing siswa dengan menganalisis hasil tes, observasi, dan konsultasi dengan siswa.
- Pengelompokan Siswa: Guru dapat mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan, minat, atau gaya belajar. Setiap kelompok diberikan materi dan tugas yang sesuai dengan kemampuan mereka.
- Materi Pembelajaran Yang Berbeda: Guru dapat memberikan materi pembelajaran yang berbeda-beda tergantung pada kebutuhan dan kemampuan siswa.
- Pendekatan Pembelajaran yang Berbeda: Guru dapat menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran seperti diskusi kelompok, proyek, tugas mandiri, penelitian mandiri, dan lain-lain yang dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa yang berbeda.
- Penggunaan Teknologi: Guru dapat memanfaatkan teknologi seperti video, audio, dan perangkat lunak pembelajaran untuk memberikan materi pembelajaran yang berbeda dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
- Pemberian Tugas Yang Berbeda: Guru dapat memberikan tugas yang berbeda-beda tergantung pada kemampuan dan minat siswa.
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dapat membantu siswa merasa lebih terlibat dalam proses pembelajaran, meningkatkan motivasi dan percaya diri, serta membantu mereka mencapai potensi belajar mereka secara maksimal.
Dari berbagai perencanaan, proses hingga produk hasil belajar siswa, pada bagian akhir sebagai guru dan siswa secara bersama-sama melakukan sebuah refleksi pembelajaran. Hal ini menjadi bagian yang tidak kalah penting agar proses belajar hari ini merupakan perbaikan bagi pembelajaran selanjutnya secara berkelanjutan.Â
Dengan begitu siswa bersama guru menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam Kurikulum Merdeka ini. Guru terus meningkatkan kompetensinya dan siswa merasa diakomodir kebutuhan yang diinginkan dalam proses belajar. Sehingga implementasi Kurikulum Merdeka dapat berjalan dengan pembelajaran berdiferensiasi yang pada akhirnya menciptakan profil Pelajar Pancasila yang berkarakter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H