Di sisi lain, Kecamatan Halong menonjol dengan jumlah tanaman "Progresif" yang paling banyak, termasuk cabai besar dan labu siam, menjadikannya model yang baik untuk kecamatan lainnya. Temuan ini mengindikasikan perlunya intervensi dan dukungan untuk meningkatkan pemahaman petani mengenai teknik budidaya dan varietas yang sukses. Focusing pada tanaman yang memiliki potensi baik dapat membantu meningkatkan hasil pertanian secara keseluruhan dan memberikan manfaat lebih bagi perekonomian lokal. Program pelatihan dan dukungan yang berkelanjutan sangat dianjurkan untuk mendorong pertumbuhan positif di seluruh kecamatan.
Analisis pertumbuhan tanaman biorfamaka menunjukkan bahwa sebagian besar varietas seperti jahe, laos/lengkua, kencur, kunyit, dan serai berada dalam kategori "Progresif." Ini mencerminkan potensi yang baik untuk budidaya tanaman rempah dan obat-obatan di daerah ini. Namun, banyak tanaman lainnya, termasuk jeruk nipis, kapu laga, lempuyang, lidah buaya, mahkota dewa, mengkudu, temui reng, temu kunci, temulawak, dan sambiloto, mengalami pertumbuhan "Lamban."
Kondisi ini menunjukkan perlunya intervensi untuk meningkatkan hasil dari tanaman yang lamban. Berbagai faktor, seperti teknik budidaya, akses ke pasar, dan dukungan pertanian, mungkin berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yang lebih lamban ini. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi tantangan dan menyediakan pelatihan bagi petani agar dapat mendorong pertumbuhan yang lebih baik untuk semua varietas. Dengan memfokuskan upaya pada peningkatan produktivitas tanaman yang lamban, diharapkan hasil pertanian dapat meningkat secara keseluruhan.
Analisis pertumbuhan buah-buahan menunjukkan bahwa sebagian besar varietas, termasuk mangga, durian, jeruk siam, pisang, pepaya, salak, dan anggur, berkembang dengan status "Progresif." Ini menunjukkan potensi yang baik untuk budidaya buah-buahan tersebut, yang dapat menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi petani.
Namun, terdapat beberapa varietas yang menunjukkan status "Lamban," antara lain alpukat, apel, belimbing, buah naga, duku/langsat, jambu air, jambu biji, jeruk pamelo, jeruk lemon, lengkeng, manggis, nanas, nangka, rambutan, sawo, sirsak, sukun, dan jeruk. Keterlambatan pertumbuhan pada varietas-varietas ini menyiratkan adanya tantangan yang harus diatasi, seperti kurangnya perawatan, pemupukan tidak memadai, atau ketidakcocokan varietas dengan kondisi lingkungan.
Untuk meningkatkan hasil dari varietas buah yang lamban ini, perlu dilakukan evaluasi terhadap praktik budidaya yang ada dan pemberian pelatihan kepada petani. Fokus pada meningkatkan manajemen pertanian, serta penerapan teknik budidaya yang lebih baik, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan positif dan memaksimalkan potensi hasil buah-buahan di lapangan.
Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa:
Kelapa Sawit dan Kelapa memiliki potensi yang baik dan progresif, dengan dukungan di hampir semua kecamatan, sehingga dapat dijadikan andalan untuk pengembangan ekonomi lokal.