"Itu dia anakmu, Bu Siswati. Gagah kan? Kami sudah ceritakan tentang siapa dia sebenarnya, dan dia mau menerima semua yang telah terjadi. Jadi sudah cukup lama dia mengetahuinya. Bahkan, setahun lalu kami ke desa sana untuk menemuimu, tapi ternyata kamu sudah tidak ada lagi jejaknya. Orang-orang kampung yang kami tanyai, semua menjawab tidak tahu keberadaanmu," ucap Pak Rahim. "Arya, anakku, ini ibu kandungmu yang sebenarnya...."
Kejadian selanjutnya sangatlah mengharukan. Anak muda yang gagah itu, yang bernama Arya, memeluk ibu kandungnya dengan erat dan penuh rasa sayang. Bu Siswati terus menitikkan airmata sedih campur bahagia. Inilah pertemuan yang sangat dia rindukan.
Arya sambil terus memeluk Bu Siswati, ibu kandungnya, berkata kepada Pak Rahim dan Bu Tati.
"Papa dan Mama, tanah ini tidak usah dijual. Aku ingin buatkan rumah minimalis untuk Ibuku di sini," kata Arya kepada Pak Rahim dan Bu Tati.
"Terserahmu deh, Arya. Papa dan Mama rasa, itu memang lebih baik," ucap Bu Tati, tersenyum.
Pak Rahim mengangguk. Setuju. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H