Mohon tunggu...
Akhmadi Swadesa
Akhmadi Swadesa Mohon Tunggu... Seniman - Pengarang

Menulis saja. 24.05.24

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Hutan di Belakang Rumah

27 Juli 2024   17:03 Diperbarui: 7 Agustus 2024   08:37 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Ilustrasi sumber: pixabay.com


     "Mari ikuti Abah," ajak Burhan sambil berjalan ke arah jendela di bagian belakang rumah yang menghadap ke hutan.


     Burhan segera membuka kunci selot daun jendela, dan menyibakkan daun jendela itu lebar-lebar sehingga nampaklah pepohonan di belakang rumah. Di atas pohon asam putar yang berbuah lebat namun masih muda dan kecil-kecil, nampaklah sepasang orang utan bergelayutan sambil terus mengeluarkan suara gerutuan mirip orang marah. Orang utan itu terdiri dari jantan dan betina. Binatang lucu itu memandang ke arah Burhan, Jarodeh dan Nanang, seolah bertanya: "Di mana kalian sembunyikan anak kami? Kembalikan dia kepada kami!" Mulut mereka monyong-monyongkan. Mereka-lah yang tadi melempari atap rumah itu dengan asam putar muda.


     "Nah, sudah tahu kan, siapa yang melempari atap rumah kita," ucap Burhan tertawa. "Orang utan itu tahu kau yang mengambil anaknya, dan mereka minta dikembalikan," lanjut Burhan, menatap kepada Nanang, anaknya.


     "Jadi harus kita kembalikan sekarang anak orang utan itu, Bah?" tanya Nanang.


    "Ya, sekarang. Harus sekarang."


     Burhan, Jarodeh, Nanang turun dari rumah kolong yang tinggi. Lantas menjemput anak orang utan dari kandangnya di samping rumah. Nanang menggendong anak orang utan itu sambil membekali sesisir kecil pisang moli yang masak ranum. Mereka lalu berjalan ke belakang rumah.


     Dari atas pohon asam putar terdengar suara riuh dari induk orang utan. Mereka nampak girang menyaksikan anak mereka dalam gendongan si Nanang.


     "Ayo, Nang. Segera kau lepaskan anak orang utan itu. Dia tahu, yang di atas pohon asam putar adalah bapak dan ibunya," kata Burhan, tersenyum.


     "Daaahh!" teriak Nanang dan Jarodeh, mamanya, berbarengan seraya melambaikan tangan, ketika melihat anak orang utan itu menguik pelan, lantas berlari cepat sambil mendekap sesisir kecil pisang moli ke tubuhnya.


      Nanang, beserta abah dan mamanya bertepuk tangan sambil tertawa-tawa, manakala menyaksikan anak orang utan itu sudah berada di atas dahan pohon asam putar, dan didekap dengan sayang oleh induknya. Dan sesaat kemudian, ketiga orang utan itu lenyap dari pandangan mata karena sudah kembali masuk ke dalam hutan belantara yang lebat, sunyi dan damai. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun