Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan adalah pendekatan yang berusaha menyeimbangkan antara kebutuhan organisasi dan etika. Ini adalah model kepemimpinan yang tidak hanya fokus pada hasil, tetapi juga pada bagaimana hasil tersebut dicapai dan dampaknya terhadap semua pihak yang terlibat.
2. Feeling (Perasaan):
Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin melibatkan aspek emosional yang mendalam karena keputusan ini tidak hanya didasarkan pada logika atau data, tetapi juga pada keyakinan moral dan etika. Berikut adalah uraian perasaan yang  muncul dalam proses ini:
Rasa Tanggung Jawab:
  - Sebagai pemimpin, ada perasaan tanggung jawab yang besar saat membuat keputusan yang akan mempengaruhi banyak orang. Kesadaran bahwa keputusan ini harus mencerminkan nilai-nilai kebajikan seperti keadilan dan kejujuran dapat menimbulkan rasa kewajiban untuk membuat pilihan yang benar dan adil, meskipun mungkin sulit atau tidak populer.
Empati dan Kepedulian:
  - Saat mempertimbangkan dampak keputusan terhadap orang lain, perasaan empati dan kepedulian muncul dengan kuat. Pemimpin mungkin merasakan simpati terhadap mereka yang akan terdampak oleh keputusan tersebut, baik dalam hal kesejahteraan fisik, emosional, atau sosial. Ini dapat mendorong pemimpin untuk mempertimbangkan solusi yang paling manusiawi dan mendukung.
Kebanggaan dan Kepuasan:
  - Ketika keputusan yang diambil didasarkan pada nilai-nilai kebajikan, ada perasaan bangga dan puas. Pemimpin merasa puas karena mereka tahu bahwa mereka telah membuat keputusan yang benar secara moral, yang tidak hanya bermanfaat bagi organisasi tetapi juga memperkuat integritas mereka sebagai pemimpin.
Keraguan dan Kekhawatiran:
  - Meskipun ada keyakinan dalam nilai-nilai kebajikan, perasaan ragu atau khawatir mungkin muncul. Pemimpin mungkin khawatir tentang konsekuensi dari keputusan tersebut, terutama jika keputusan tersebut bertentangan dengan tekanan eksternal atau jika hasilnya tidak segera terlihat. Ada ketakutan akan penolakan atau kritik, namun dorongan untuk berpegang pada prinsip tetap kuat.