Bisa jadi Mull Shadr belum begitu dikenal karena memang hidup pada wilayah kefilsafatan yang notabene nya belum banyak yang menjamah. Berbanding terbalik dengan Charles Darwin yang seketika terkenal karena memang zamannya belum ada penemuan dalam buah teori yang mampu menjelaskan proses munculnya spesies di alam semesta ini.Â
Sama-sama memiliki teori yang menjelaskan kemunculan alam semesta sehingga sejumlah pemikir muslim modernis menyamakan Al-Harakah Al-Jawhariyah dengan keturunan modifikasi darwinian disamping itu juga ada yang tidak sepakat dengan penyamaan tersebut.
Mendialogkan: Melihat Persamaan dan Perbedaan
Sebagaimana pada pendahuluan di awal, tulisan ini ingin memperlihatkan adanya perbedaan dan persamaan melalui studi komparasi Mull Shadr dengan Charles Darwin. Berdasarkan latar belakang keduanya, bisa saja dikatakan berbeda.Â
Mull Shadr seorang failasuf, sementara Charles Darwin seorang saintis. Namun bukan berarti tidak bisa dibandingkan, karena sama-sama mempunyai teori kemunculan alam semesta dan segala yang ada didalamnya memungkinkan adanya relasi kesamaan maupun perbedaan.Â
Titik kesamaan pada kedua tokoh tersebut melalui kedua teorinya ialah sama-sama mengupayakan adanya penjelasan logis dan meyakinkan secara argumentatif kepada masyarakat sebagai suatu diskursus keilmuan. Al-Harakah Al-Jawhariyah meruntuhkan dalil sebelumnya jika substansi itu sudah fixed sedangkan adanya teori keturunan modifikasi Darwinian mencuat diskusi sengit dengan pandangan kreasionis. Jadi, kedua tokoh tersebut berhasil menghidupkan kembali diskursus keilmuan pada bidangnya masing-masing.
Kesamaan berikutnya, kedua tokoh tersebut melalui teorinya sama-sama meniscayakan adanya perubahan secara evolutif. Mull Shadr menyebut substansi karena dapat berdiri sendiri maka ia mampu merubah dari yang potensial kepada aktual. Sementara Darwin pun berpandangan adanya perubahan pada suatu keturunan atau spesies yang ia sebut modifikasi yang landasannya variasi seperti ukuran, kepribadian, warna kulit dan lain sebagainya. Keduanya sama-sama tidak menentang keberadaan adanya Tuhan.Â
Darwin yang oleh sebagian disebut atheis karena tidak memerlukan Tuhan dalam teorinya ternyata keliru. Karena faktor sosiologisnya dimana Masyarakat kala itu menginginkan adanya penjelasan yang logis dan runtut maka ia rumuskan melalui teorinya yang pada mulanya alam semesta ini bersifat non-acak alias teratur dan tidak timbul dengan sendirinya.Â
Saat spesies muncul maka spesies tersebut mesti beradaptasi dengan alam semesta ini. Penjelasan tadi secara implisit mengandaikan keberadaan Tuhan yang dalam sains disebut prinsip kecerdasan hanya saja memang teori evolusi tidak memerlukan penjelasan adanya keberadaan Tuhan sebab evolusi berkutat pada perubahan laju suatu spesies yang melahirkan seleksi alamiah.Â
Pun sama dengan Mull Shadr yang tidak menentang keberadaan Tuhan dimana ia yang terpengaruh oleh aliran iluminasionis membuat peran Tuhan dimunculkan sebagai cahaya yang memancar. Setiap wujud setelahnya mempunyai secercah cahaya yang memungkinnya untuk kembali mendekat pada Sang Cahaya tersebut.
Adapun perbedaannya dalam proses evolusi tersebut, evolusi menurut Mull Shadr tak hanya terjadi pada aksiden tetapi juga substansi. Justru perubahan aksiden dimulai pada perubahan substansinya. Lain hal bagi Darwin jika evolusi hanya terjadi pada aksiden. Sebab jika evolusi terjadi pada substansi maka tak akan terjadi evolusi dan konsekuensinya ialah tidak ada persaingan kehidupan. Perbedaan selain itu ialah siapa sosok yang bertanggung jawab dalam kedua teori tersebut. Mull Shadr menyandarkan teorinya pada Tuhan sebagai Cahaya yang melimpahkan intensitas cahaya-Nya pada wujud setelahnya dan setiap wujud diberi tanda pencahayaan sebagai simbol untuk naik pada Cahaya tersebut.Â