Mazhab diartikan jalan pikiran atau metode yang ditempuh oleh seorang imam mujtahid dalam menetapkan dan memutuskan suatu hukum berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits. Sederhananya, mazhab juga disebut pendapat, pandangan, aliran, ajaran, paham dan doktrin.Â
Secara universal, mazhab tidak hanya terjadi pada disiplin fikih seperti yang sudah kita kenal yaitu mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafi'i dan mazhab Hanbali yang keempatnya termasuk ke dalam mujtahid mustaqil yaitu seorang mujtahid yang mempunyai metode istinbat dan menerapkannya dalam membentuk hukum fikih.Â
Dalam fikih, masih banyak mazhab-mazhab lain selain keempat imam mazhab tersebut, seperti mazhab al-Auza'i, mazhab Dzahiriyyah, mazhab Tsauri dan lain sebagainya. Pada disiplin ilmu kalam, terdapat mazhab atau aliran seperti Khawarij, Syiah, Muktazilah, Asy'ariyyah dan lain sebagainya.Â
Dalam disiplin Tasawuf, terdapat mazhab falsafi dan mazhab akhlaki. Namun, tulisan singkat ini hanya mengambil keempat imam mazhab dalam fikih terutama keteladanannya yang patut ditiru bagi seorang penuntut ilmu.
Perkembangan Empat Imam Mazhab dan Metode Istinbath Hukum
Sebuah mazhab walaupun sudah wafat imamnya tidak akan mati keberadaannya, estafet ajaran akan diteruskan melalui karyanya, muridnya dan dukungan dari pemerintah. Menurut Harun Nasution dalam karyanya "Islam ditinjau dari berbagai aspeknya jilid II" mazhab Hanafi banyak dianut di Turki, Suria, Afganistan, Turkistan dan India.Â
Sedangkan mazhab Maliki banyak dianut di Hejaz, Maroko, Tunis, Tripoli, Mesir Selatan, Sudan, Bahrain dan Kuwait. Sementara mazhab Syafi'i banyak dianut di daerah pedesaan Mesir, Palestina, Suria, Lebanon, Irak, Hejaz, India, Indonesia, dan juga di Persia dan Yaman. Dan mazhab Hanbali berkembang di Irak, Mesir, Suria, Palestina, dan Arabia.
Ketika menggali hukum, keempat imam mazhab berbeda metode istinbath hukum yang dipakainya. Imam Hanafi dalam menetapkan hukum berdasarkan Al-Qur'an, Sunnah, Fatwa Sahabat, Qiyas, Istihsan, Ijma' dan 'Urf. Sedangkan imam Maliki berdasarkan Al-Qur'an, Sunnah Rasul, Sunnah Sahabat, tradisi masyarakat Madinah, Qiyas dan al-Maslahah al-Mursalah. Sementara imam Syafi'i berdasarkan Al-Qur'an, Sunnah, Ijmak, Qiyas dan Istidlal. Dan imam Hanbali berdasarkan Al-Qur'an, Hadits shahih, fatwa para sahabat, hadis mursal dan qiyas.
Keteladanan Empat Imam Mazhab Fikih
Abu Hanifah sosok berparas elok, berpenampilan rapih sehingga indah dilihat dan menyukai memakai wangi-wangian. Dirinya dipenuhi perangai baik, ia dikenal sosok yang rendah hati dan tidak banyak bicara mengenai hal-hal yang sia-sia. Syekh Ahmad Farid dalam karyanya Min A'lam as-Salaf, dikatakan bahwa Abu Hanifah sosok imam yang melakukan shalat isya' dan subuh dengan satu wudhu selama 40 tahun. Beliau selalu menghidupkan malamnya dengan melakukan shalat serta berdoa penuh harap kepada Allah, karena itu beliau dipanggil nama al-Watid yakni orang yang kuat lantaran banyaknya shalat yang dilakukannya. Sebagaimana perkataan dari Yahya bin Abdul Hamid al-Himmani yang juga dari ayahnya, ia berkata bahwa dia pernah menemani Abu Hanifah selama 6 bulan dan dia belum pernah melihat Abu Hanifah shalat subuh kecuali dengan wudhu shalat isya dan Abu Hanifah selalu menyudahi shalat malamnya menjelang waktu sahur. Surah yang selalu dibaca pada shalat malam ialah Q.S Al-Qamar: 46 dengan penuh tangisan dan selalu merasa rendah diri serta takut kepada Allah. Beliau juga dikenal sosok yang paling wara di tanah kelahirannya yaitu Kufah. Selain tekun beribadah, beliau juga sosok yang sederhana. Dikatakan oleh Ummu Walad bahwa Abu Hanifah belum pernah tidur menggunakan bantal di atas tempat tidurnya dan beliau tidur pada waktu antara dzuhur dengan asar pada musim panas dan agak sore atau awal malam di musim dingin.
Sedangkan Imam Malik sosok yang dikenal tawadhu dan apa adanya. Jika dihadapkan pertanyaan, kalau memang beliau tidak tahu maka bilang tidak tahu. Baginya, perisan orang alim adalah berani mengatakan 'Aku tidak mengetahui'. Pernah beliau diberikan 48 masalah, 32 permasalahan tersebut dijawab 'Aku tidak mengetahui'. Beliau tidak pernah memaksakan menjawab kalau memang tidak tahu padahal beliau seorang imam mazhab, berbeda dengan saat ini kebanyakan orang-orang tidak ingin dipermalukan karena ketidaktahuannya sehingga memaksakan menjawab permasalahan dengan kebodohannya. Dalam nasihatnya, beliau berkata menyebarkan ilmu merupakan kebaikan utama dan seorang penuntut ilmu harus tenang, tentram dan takut.
Sementara Imam Syafi'i merupakan sosok yang cerdas, bukti kecerdasannya ialah umur 7 tahun sudah mampu membaca, menulis dan menghafal Al-Qur'an dan pada umur 20 tahun sudah menghafal karya gurunya yaitu Al-Muwatta Imam Malik. Menurut Bahr bin Nashr, imam Syafi'i ialah sosok yang paling wara dan bagus melantunkan bacaan Qur'annya. Tak hanya itu, al-Husain al-Karabisi berkata bahwa aku bermalam bersama Syafi'i selama 80 malam, dia selalu shalat sepertiga malam dan membaca 80 ayat serta berdoa bagi dirinya dan orang-orang mukmin. Ar-Rabi' bin Sulaiman menggambarkan sosok imam Syafi'i yang teratur dan pandai mengatur waktu, imam Syafi'i membagi waktu malamnya menjadi tiga bagian, pertama digunakan untuk belajar/menulis, kedua dipakai untuk beribadah dan yang ketiga untuk beristirahat.
Terakhir, imam Hanbali yang juga dikenal wara, beliau meninggalkan keluarganya dan hanya membawa 1 dirham dalam mencari ilmu. imam Hanbali selalu bersikap lemah lembut dan sopan terhadap orang yang tidak dikenal, juga sosok yang tidak pendendam, tidak berperangai kasar, tidak terlalu campur tangan urusan dunia dan lebih banyak diam.
Setelah diketahui keteladanan dari empat imam mazhab fikih, poin penting yang dapat dipetik ialah tekun dalam ibadah dan belajar, hiasilah diri kita dengan akhlak baik, gunakan waktu untuk hal-hal yang mendatangkan manfaat dan berbicaralah sesuai porsinya. Semua itu mesti ada dalam diri seorang penuntut ilmu.
Berikut ini sebagian mutiara hikmah dari keempat imam mazhab fikih yang dapat membangkitkan semangat menuntut ilmu (Wahyudi, 2022):
Telah mati para penyimpan harta dan tersisalah para pemilik ilmu, walaupun diri mereka telah tiada, tetapi pribadi mereka tetap ada dalam hati manusia, -Abu Hanifah
Praktikkan apa yang telah engkau pelajari, karena teori tanpa praktik seperti tubuh tanpa jiwa, -Abu Hanifah
Dahulukan mencari ilmu saat engkau masih muda, ketika hati dan perasaanmu masih kosong dari kesibukan lain. Lalu setelah itu, carilah harta hingga ia terkumpul padamu. Jika engkau sudah mempunyai harta, maka bolehlah engkau memikirkan untuk segera menikah, -Abu Hanifah
Sesungguhnya ilmu adalah daging dan darahmu, dan pada hari kiamat kelak, kamu akan ditanya tentangnya. Maka, perhatikanlah dari siapa kamu mengambilnya, -Malik bin Anas
Bukan ilmu yang harus datang kepadamu, melainkan kamulah yang seharusnya datang menjemput ilmu, -Malik bin Anas
Tidak seorang pun yang memiliki pengetahuan harus berhenti mencari pengetahuan, -Malik bin Anas
Ilmu tidak akan dapat diraih kecuali dengan ketabahan, -Imam Syafi'i
Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman. Maka, tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang, -Imam Syafi'i
Manusia lebih membutuhkan ilmu dibanding makan dan minum. Sebab, dalam sehari, seseorang hanya membutuhkan makan minum satu atau dua kali saja. Sementara, ia membutuhkan ilmu dalam setiap helaan nafasnya, -Ahmad bin Hanbal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H