Mohon tunggu...
Akhmad Faozan
Akhmad Faozan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar di Universitas Mercu Buana 41121110072 Teknik Civil

41121110072 Teknik Civil PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DAN ETIK UMB Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Membedakan Antara Fortune Vs Virtue

27 Januari 2025   14:32 Diperbarui: 27 Januari 2025   14:32 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.thecollector.com/virtu-and-fortuna-according-to-niccolo-machiavelli/

Membedakan Antara Fortuna vs Virtue untuk Menjadi Sarjana Unggul dan Profesional

Dalam dunia modern yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian, bagaimana seseorang dapat mencapai keunggulan, baik sebagai sarjana maupun profesional? Salah satu pendekatan yang relevan untuk menjawab pertanyaan ini adalah filosofi Stoicisme. Stoicisme adalah ajaran filsafat yang berasal dari Yunani kuno dan menekankan pentingnya membedakan antara apa yang dapat kita kendalikan (virtue) dan apa yang tidak (fortuna). Dengan memahami konsep ini, individu dapat membangun mentalitas yang tangguh dan fokus pada tindakan yang benar. Artikel ini akan membahas mengapa penting untuk memahami konsep Fortuna dan Virtue, mengapa hal ini relevan bagi mahasiswa dan profesional, serta bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mengapa Memahami Fortuna dan Virtue Penting?

Fortuna, dalam konteks Stoicisme, merujuk pada segala sesuatu di luar kendali kita. Ini mencakup peristiwa acak, nasib baik atau buruk, dan situasi eksternal seperti ekonomi, cuaca, atau keputusan orang lain. Dalam kehidupan sebagai mahasiswa, Fortuna dapat berupa nilai ujian yang dipengaruhi kebijakan dosen, jadwal kuliah yang berubah, atau bahkan persaingan antar teman sekelas. Sebagai profesional, Fortuna muncul dalam bentuk perubahan pasar, keputusan atasan, atau kondisi makroekonomi.

Ketika seseorang terlalu fokus pada Fortuna, mereka rentan terhadap stres, frustrasi, dan kekecewaan. Misalnya, seorang mahasiswa yang mengharapkan nilai A di semua mata kuliah mungkin merasa hancur ketika realitas tidak sesuai harapan. Namun, Stoicisme mengajarkan bahwa terlalu memikirkan hal-hal di luar kendali kita adalah kontraproduktif.

 Virtue adalah aspek-aspek yang sepenuhnya berada di bawah kendali kita, seperti tindakan, pikiran, dan sikap. Dalam Stoicisme, Virtue mencakup kebijaksanaan, keberanian, pengendalian diri, dan keadilan. Fokus pada Virtue berarti mengarahkan perhatian pada apa yang dapat kita lakukan dengan baik, terlepas dari hasil akhirnya. Sebagai mahasiswa, ini berarti berusaha maksimal dalam belajar, mengelola waktu dengan baik, dan menjaga integritas akademik. Sebagai profesional, Virtue terwujud dalam etos kerja, pengambilan keputusan yang bijak, dan komitmen terhadap nilai-nilai moral.

Mentalitas Tangguh di Tengah Tekanan

Mahasiswa sering kali menghadapi tekanan untuk meraih prestasi akademik, mendapatkan pekerjaan impian, atau memenuhi ekspektasi keluarga. Demikian pula, profesional menghadapi target kerja, tekanan deadline, dan persaingan industri. Dengan memahami konsep Fortuna dan Virtue, individu dapat memisahkan apa yang layak untuk dikhawatirkan dan apa yang tidak. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang gagal dalam sebuah ujian tidak perlu meratapi kegagalannya, tetapi dapat fokus pada perbaikan untuk ujian berikutnya.

Fokus pada Proses, Bukan Hasil

Dalam dunia yang sering kali memprioritaskan hasil, Stoicisme mengajarkan pentingnya memprioritaskan proses. Bagi mahasiswa, ini berarti lebih memusatkan perhatian pada bagaimana mereka belajar daripada sekadar mengejar nilai. Sebagai profesional, ini berarti berusaha sebaik mungkin dalam pekerjaan tanpa terobsesi pada pengakuan atau promosi. Ketika individu fokus pada Virtue, mereka akan menemukan kepuasan intrinsik dari usaha mereka, terlepas dari hasil akhirnya.

https://www.indonesiana.id/read/154366/lebih-baik-process-oriented-atau-result-oriented
https://www.indonesiana.id/read/154366/lebih-baik-process-oriented-atau-result-oriented

Stres sering kali berasal dari keinginan untuk mengendalikan hal-hal yang sebenarnya di luar kendali kita. Dengan menerima Fortuna sebagai bagian dari kehidupan dan fokus pada Virtue, individu dapat mengurangi tekanan emosional. Seorang mahasiswa yang menerima bahwa nilai akhir bukan satu-satunya ukuran keberhasilan akan lebih mampu menikmati proses belajar. Begitu pula, seorang profesional yang fokus pada kualitas kerja daripada persaingan tidak sehat akan merasa lebih damai.

Bagaimana Menerapkan Stoicisme dalam Kehidupan Sehari-Hari?

1. Membuat Daftar Fortuna dan Virtue

Langkah pertama untuk menerapkan Stoicisme adalah mengenali apa yang berada di bawah kendali kita (Virtue) dan apa yang tidak (Fortuna). Luangkan waktu untuk membuat dua daftar: satu untuk hal-hal yang Anda kendalikan dan satu lagi untuk hal-hal yang tidak.

2. Latih Disiplin Diri

Disiplin diri adalah inti dari Virtue. Sebagai mahasiswa, ini berarti memiliki jadwal belajar yang konsisten, menghindari prokrastinasi, dan menjaga integritas dalam tugas. Sebagai profesional, ini berarti bekerja secara efisien, memenuhi tenggat waktu, dan menghindari distraksi.

3. Gunakan Visualisasi Negatif

Dalam Stoicisme, visualisasi negatif adalah teknik untuk membayangkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Tujuannya bukan untuk menjadi pesimis, tetapi untuk mempersiapkan diri menghadapi realitas. Sebagai contoh, seorang mahasiswa dapat membayangkan kemungkinan gagal dalam ujian dan kemudian merencanakan langkah-langkah yang dapat diambil untuk bangkit kembali.

4. Refleksi Harian

Luangkan waktu setiap malam untuk merenungkan hari yang telah berlalu. Tanyakan pada diri sendiri: Apakah saya sudah fokus pada Virtue hari ini? Apakah saya membuang energi pada Fortuna? Dengan refleksi ini, Anda dapat terus memperbaiki diri dan menjaga fokus pada hal-hal yang benar-benar penting.

5. Praktik Syukur

Rasa syukur membantu menggeser fokus dari apa yang hilang (Fortuna) ke apa yang kita miliki (Virtue). Sebagai mahasiswa, syukuri kesempatan untuk belajar dan bertumbuh. Sebagai profesional, syukuri pekerjaan Anda dan peluang untuk berkontribusi.

Daftar Pustaka

Aurelius, Marcus. Meditations. Translated by Gregory Hays, Modern Library, 2002.

Epictetus. The Discourses of Epictetus. Translated by George Long, CreateSpace Independent Publishing Platform, 2017.

Holiday, Ryan. The Daily Stoic: 366 Meditations on Wisdom, Perseverance, and the Art of Living. Portfolio, 2016.

Irvine, William B. A Guide to the Good Life: The Ancient Art of Stoic Joy. Oxford University Press, 2009.

Pigliucci, Massimo. How to Be a Stoic: Using Ancient Philosophy to Live a Modern Life. Basic Books, 2017.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun