AHY memang terpilih dan ada dikantong Anies Baswedan, namun sosok eks Gubernur DKI Jakarta itu bukan satu-satunya penentu, sebab beliau harus menyampaikan terlebih dahulu baik untuk tim 8 yang dikomandani oleh Sudirman Said, maupun kepada para ketua partai pengusung.
Utusan partai Demokrat hendak memastikan bahwa Anies Baswedan memilih AHY untuk menjadi Bacawapresnya.
Dengan spontanitas surat itu pun ditulis melalui tangan, namun apalah daya nama AHY yang di suguhkan pada para ketua umum partai, terutama kepada NasDem tidak menolah AHY, namun jangan terburu-buru untuk deklarasi.
Sebab AHY menjadi opsi terakhir, Jika tidak ada opsi-opsi lainnya.
Nama AHY memang dipaksakan betul oleh Demokrat untuk menjadi pendamping Anies Baswedan, sementara Surya Paloh dan Partai Keadilan Sejahtera masih berada di posisi opsi.
Bisa menerima AHY, atau menolak AHY dengan cara yang halus,.pada akhirnya terjawab sudah bahwa ada takdir politik yang tidak bisa dihindari.
AHY terlalu berharap, sebab bisa berujung kekecewaanÂ
Harapan besar AHY dan Demokrat bisa memiliki posisi sebagai bakal Cawapres mendampingi Anies Baswedan.
Sedari awal koalisi, nama AHY sebagai salah satu calon terkuat yang akan mendampingi Anies Berlayar dalam kontestasi pemilu 2024.
Anies Pun demikian, sebagai bakal calon presiden, sudah terlanjur menawarkan AHY sebagai Bacawapresnya, meski AHY sendiri dalam posisi buah simalakama.
Nama AHY ketika diajukan kepada para ketua umum partai tidak tertolak, dan juga tidak diterima, sehingga untuk mendapatkan kepastian, AHY dan Demokrat pun bermanuver.