"Harapan untuk menjadi bakal Cawapres Anies Baswedan pupus sudah saat Surya Paloh, Partai NasDem dan Cak Imin berserta Partai Kebangkitan Bangsa Mendeklarasikan diri sebagai Bacapres dan Bacawapres pada Sabtu (02/09) di Hotel Yamato atau Hotel Majapahit di Surabaya"
Surat pinangan yang ditulis oleh bakal calon presiden Partai NasDem itu memang benar adanya.
Melalui surat tersebut partai Demokrat dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) Seperi mendapatkan angin surga, karena memang Partai Demokrat memaksakan AHY untuk menjadi Bakal Cawapres.
Anies Baswedan mengakui bahwa surat itu benar di buat oleh dirinya yang secara spontanitas, dan tidak menyangka surat tersebut terdokumentasi atau terpotret hingga menjadi tontonan yang menyesakkan.
Sebelum janur kuning melengkung, apapun bisa terjadi, artinya Anies dan AHY tidak berjodoh dalam kancah percaturan politik tanah air.
Lantas kemana Demokrat akan berlabuh, apakah akan membuat poros baru atau melakukan rekonsiliasi dengan PDI Perjuangan, karena partai berlambang Mercy itu memang harus mencari teman seperjuangan, sebab masih belum memenuhi syarat ambang batas presidential Threshold.
Bacapres Anies Baswedan Pun tertuduh, sebagai seorang penghianat, tidak amanah, tidak Siddiq dan hal negatif lainnya, karena Surya Paloh dan NasDem lebih memilih Cak Imin sebagai Bacawapres Anies Baswedan.
Anies Baswedan pun dalam keterangannya menyampaikan bahwa AHY tidak tertolak untuk menjadi Cawapres Anies Baswedan, namun para elite dan tokoh partai politik masih menunggu opsi lain.
Sebab nama AHY baik bagi PKS maupun bagi NasDem tidak menjadi prioritas utama, sehingga wajar jika kemudian AHY tidak terpilih dengan adanya opsi lain yang penuh dengan pertimbangan.
Surat Cinta Anies untuk AHY menjadi angin SurgaÂ
AHY memang terpilih dan ada dikantong Anies Baswedan, namun sosok eks Gubernur DKI Jakarta itu bukan satu-satunya penentu, sebab beliau harus menyampaikan terlebih dahulu baik untuk tim 8 yang dikomandani oleh Sudirman Said, maupun kepada para ketua partai pengusung.
Utusan partai Demokrat hendak memastikan bahwa Anies Baswedan memilih AHY untuk menjadi Bacawapresnya.
Dengan spontanitas surat itu pun ditulis melalui tangan, namun apalah daya nama AHY yang di suguhkan pada para ketua umum partai, terutama kepada NasDem tidak menolah AHY, namun jangan terburu-buru untuk deklarasi.
Sebab AHY menjadi opsi terakhir, Jika tidak ada opsi-opsi lainnya.
Nama AHY memang dipaksakan betul oleh Demokrat untuk menjadi pendamping Anies Baswedan, sementara Surya Paloh dan Partai Keadilan Sejahtera masih berada di posisi opsi.
Bisa menerima AHY, atau menolak AHY dengan cara yang halus,.pada akhirnya terjawab sudah bahwa ada takdir politik yang tidak bisa dihindari.
AHY terlalu berharap, sebab bisa berujung kekecewaanÂ
Harapan besar AHY dan Demokrat bisa memiliki posisi sebagai bakal Cawapres mendampingi Anies Baswedan.
Sedari awal koalisi, nama AHY sebagai salah satu calon terkuat yang akan mendampingi Anies Berlayar dalam kontestasi pemilu 2024.
Anies Pun demikian, sebagai bakal calon presiden, sudah terlanjur menawarkan AHY sebagai Bacawapresnya, meski AHY sendiri dalam posisi buah simalakama.
Nama AHY ketika diajukan kepada para ketua umum partai tidak tertolak, dan juga tidak diterima, sehingga untuk mendapatkan kepastian, AHY dan Demokrat pun bermanuver.
Salah satu manuver yang sempat di sampaikan oleh Anies Baswedan, bahwa Partai Demokrat akan segera hengkang, jika tidak segera di deklarasikan.
Fakta tersebut tentu cukup mengejutkan publik, bahwasanya harapan AHY dan elite partai Demokrat tidak bersambut mesra, yang ada hanua menjadi harapan palsu yang tak pernah menjadi nyata.
Surat cinta itu pun diterima sebagai angin surga, namun faktanya malah tsunami politik yang menimpa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI