Tentu dibalik menjamurnya para relawan yang sudah mulai mendekalarsikan pada jagoannya, pastinya akan terjadi gesekan yang sangat dimungkinkan akan terjadi kerawanan sosial antar kelompok pendukung atau para relawan.
Inilah yang kemudian akan menyebabkan terjadinya polarisasi antar pendukung yang terus melakukan propaganda dengan mengunggulkan jagoannya, dan menyerang lawan politik yang menjadi kompetitor dari jagoannya.
Para Relawan dan bangunan politik Fanatisme buta
Para jagoan politik yang akan berkontestasi pada pilpres 2024 memang masih belum bisa dipastikan, sebab pada kandidat Baik capres maupun Cawapres masih belum secara resmi terdaftar pada Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Namun geliat para relawan yang sudah pasang kuda-kuda untuk mendorong Jagoannya sudah semakin menguat, dan hal tersebut menjadi fenomena tersendiri menjelang pilpres 2024.
Aparat penegak hukum dan penjaga ketertiban sudah mulai ekstra untuk memberikan layanan keamanan bagi masyarakat, karena tidak bisa kita pungkiri indikasi cheos atau kerawanan sosial sudah mulai nampak menjelang pemilu tahun 2024.
Masing-masing relawan para elite dan tokoh politik dinegeri ini, sudah menancapkan pilihan dan dukungannya pada masing-masing tokoh yang hendak melaju menjadi Calon Presiden 2024.
Disinilah akan terjadi yang namanya bangunan politik Fanatisme yang kecenderungan buta dengan melakukan berbagai cara, asal jagoannya bisa menang.
Fanatisme buta inilah yang memiliki kecenderungan akan merusak sistem demi memuluskan jagoannya melenggang untuk menjadi RI 1.
Bahkan kerawanan sosial yang ditimbulkan bisa lebih dari satu periode akibat jagoannya harus kalah ataupun mengalah dalam kontestasi politik.
Fanatisme boleh, namun jangan sampai buta, sehingga akan menciptakan dinamika yang tidak sehat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!