Buzzer yang kerap dikenal sebagai paradok yang memproduksi berbagai konten ini sudah pernah dilakukan penelitian pada tahun 2019 yang lalu oleh University of Oxpord yang mengulas tentang beberapa hal termasuk soal bagaimana kerjanya.
Dikutip dari laman kompas.com, Penelitian ini berjudul “The Global Disinformation Order 2019 Global Inventory of Organised Social Media Manipulation”.
Dalam penelitian itu, yang disebut sebagai buzzer adalah pasukan siber. Buzzer artinya instrumen pemerintah atau aktor partai politik yang bertugas memanipulasi opini publik secara online.
Maka secara sederhananya Buzzer merupakan suatu kelompok aktor yang sengaja dipasang baik oleh pemerintah maupun oleh para elite politik yang bertugas memanipulasi opini publik. Jelasnya bahwa Buzzer merupakan kelompok pencipta atau produksi opini, untuk mengarahkan dukungan pada calon tertentu atau hendak menjatuhkan dengan mencoba untuk memanipulasi opini menjadi produksi Hoax yang dibungkus dalam bingkai pembenaran.
Seperti apa kerja Buzzer menciptakan sebuah opini yang kecenderungannya memanipulasi?
Masih dikutip dari sumber yang sama, secara lengkap tim Buzzer ini bekerja sebagai berikut :
- Penciptaan disinformasi atau media yang dimanipulasi.
- Pelaporan konten atau akun secara massal.
- Strategi berbasis data.
- Trolling, doxing atau gangguan.
- Memperkuat konten dan media online.
Buzzer diberbagai negara di belahan dunia memang dipekerjakan penuh waktu untuk mengelola sebuah opini, terutama untuk kepentingan dan tujuan politik dan kekuasaan untuk memuluskan strategi dan rencana dalam opini publik yang terus dikembangkan.
Buzzer menjadi bagian pencipta hoax dan propaganda
Dalam penelitian yang dilakukan oleh University of oxsford pada tahun 2019 yang berjudul berjudul “The Global Disinformation Order 2019 Global Inventory of Organised Social Media Manipulation”.
Setidaknya ada 70 negara yang menjadi tempat penelitian terhadap adanya buzzer dan kerja Buzzer untuk memanipulasi opini. Dari 70 negara tersebut salah satunya adalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki Buzzer untuk memanipulasi opini seperti konten, meme, tulisan, dan lain sebagainya.
Masih dikutip dari laman kompas.com, Penciptaan disinformasi atau media yang dimanipulasi adalah strategi komunikasi yang paling umum. Di 52 dari 70 negara yang diperiksa, pasukan siber secara aktif membuat konten seperti meme, video, situs web berita palsu, atau media yang dimanipulasi untuk menyesatkan pengguna.