Pada prinsipnya tidak ada anak itu "bodoh", semua anak pintar dan cerdas, tetapi problemnya pada aspek penanganan anak itu yang kerapkali gagal, bahkan bisa membuat seorang guru putus asa menghadapi anak yang memiliki karakter yang luar biasa cerdasnya.
Seorang guru satu langkah harus lebih cerdas dan cerdik dari anak didiknya, terutama guru BK, karena ditangan dingin guru BK serta kemampuan memberikan stimulasi pada anak akan tercipta perkembangan dan perubahan pada arah yang lebih baik lagi.
Keempat : Sabar dan telaten menghadapi anak didik yang memiliki beragam karakter
Tuntutan lainnya bagi seorang guru BK adalah sabar dan telaten mengahadapi setiap anak didik yang memiliki perbedaan karakter dan yang lahir dari latar belakang keluarga yang berbeda.
Seorang guru BK bukan lantas hendak membeda-bedakan perlakuan pada setiap anak, namun ada sisi yang memang harus mendapatkan perlakuan yang berbeda, karena ada problem yang berbeda pula.
Kesabaran dan ketelatenan seorang guru BK pada gilirannya pasti akan berbuah manis, apalagi anak yang dibimbing dan diarahkan itu pada gilirannya menjadi orang yang sukses berkat bimbingan dan asuhan dari seorang guru BK.
Seorang guru kerap dipanggil pahlawan tanpa tanda jasa, karena memang sudah menjadi tugas dan kewajiban bagi seorang guru untuk mendorong anak-anak asuhnya kelak menjadi orang yang bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Kelima : Guru BK harus solutif dan menjadi tempat yang nyaman bagi anak untuk mencurahkan segala isi hatinya
Seperti yang penulis ulas di awal artikel ini, bahwa setiap anak memiliki perbedaan baik dari karakteristik, potensi, kapasitas, serta latar belakang keluarga mereka.
Peserta didik di sekolah terkadang para guru melihat perbedaan dan keanehan pada seorang anak, bahkan anak didik kerap tidak fokus menghadapi proses belajar mengajarnya dari seorang guru, sehingga guru BK kembali harus turun tangan untuk mengetahui segala permasalahan yang sedang dan akan dihadapi oleh anak didik.
Maka peran guru BK yang memahami ilmu psikologi sudah mulai mengklasifikasi persoalan yang terjadi pada anak didik, sehingga mengganggu pada proses belajar mereka.