"Kami dari keluarga merasa bingung atas keterangan resmi yang dikeluarkan Mabes Polri yang mengatakan unsur sakit hati yang dimulai sejak dari Magelang hingga Sambo membunuh Yoshua,"Samuel Hutabarat dilansir via ayojakarta.com
Apakah tidak terlalu dangkal motif yang disampaikan Irjen Ferdi Sambo, melakukan aksi yang terencana dan skenario senyapnya yang terstruktur sampai menghilangkan nyawa ajudannya, yakni motifnya "karena sakit hati dan membela harkat dan martabat keluarga"
Motif yang sangat konyol dan sangat terkesan hanya sebuah alibi pembenar saja, hingga publik semakin dibuat tidak percaya atas jebakan Sambo yang semakin liar.
Tidak hanya masyarakat umum yang terjebak atas kebohongan yang dihasilkan dari desakan publik, Institusi Polri dan Kompolnas Juga merasa terjebak dan dibohongi dengan skenario Irjen Ferdi Sambo.
Mulai dari dugaan pelecehan seksual, Jeritan Putri Candrwati, Terjadinya baku tembak antara Brigadir J dan Barada E, sampai adanya perundingan untuk memberikan Uang yang cukup fantastis bagi sang eksekutor, yang melihat dan yang membantu pembersihan TKP di duren tiga.
Baca Juga :Â 5 fakta kebohongan Irjen Ferdi Sambo atas kematian Brigadir J
Sedari awal publik sudah mencoba menelisik dan menganalisa bahwa ada unsur drama yang cukup kental di balik kematian Brigadir J, dan para oknum polisi ditubuh polri mendapatkan tensi yang tinggi, hingga adanya ketidakpercayaan terhadap Polri sebagai penegak Hukum, pengayom, dan pelindung bagi masyarakat.
Sekelas Brigadir J saja, nyawanya seperti sudah tak berharga, apalagi rakyat kecil yang sangat mudah dihilangkan dengan operasi senyap, tentu membuat masyarakat seperti kehilangan kepercayaan atas Marwah Polri yang diobok-obok oleh segelintir orang saja.
Sejak tewasnya Brigadir Joshua pada Jumat (8/7) dirumah dinas Kadiv propam non aktif Irjen Ferdi Sambo yang menyita perhatian masyarakat Nusantara bahkan negara tetangga juga mengikuti akan tragedi buruk yang menimpa aparat penegak hukum hingga menewaskan Brigadir J di Duren Tiga tersebut.
Presiden Jokowi dan Jajarannya dalam hal ini Menkopolhukam Mahfud MD menginstruksikan untuk mengusut dan menyelidiki kasus kematian Brigadir J hingga tuntas dan kasus tersebut menjadi terang benderang.
Kapolri dan jajarannya dalam rentang lebih dari satu bulan melalui Tim khusus terus berupaya menguak tabir misteri kematian Brigadir J, bahkan hingga detik ini, berbagai analisa dan tabir yang sebenarnya sudah mulai ada titik terang dengan ditetapkannya 4 tersangka sekaligus sebagai proses pembunuhan berencana yang dijatuhi pasal 340 subsider 338 junto dan pasal 55-56 KUHP sebagai pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman mati, hukuman seumur hidup atau sekurang-kurangnya 20 tahun penjara.
Prahara Duren Tiga
Siapa yang tidak tercengang peristiwa pembunuhan berencana dengan begitu sadisnya, jika melihat tubuh Brigadir J yang sudah membeku, karena tubuh sang ajudan menunjukkan adanya banyak luka, tidak hanya luka tembak, namun ada luka sayatan dan luka-luka lain di sekujur tubuhnya.
Meski sudah ada skenario untuk menghilangkan jejak pembuktian, dengan berbagai kebohongan mulai dari kerusakan decoder  CCTV, skenario pelecehan seksual, baku tembak antar polisi, akhirnya satu persatu mulai terbuka lebar kebenarannya.
Menjadi saksi sejarah bahwa ada persekongkolan kejahatan di tubuh Polri yang menyeret keluarga besar Irjen Ferdi Sambo, sebagai dalang dalam tragedi kemanusiaan tersebut, menjadi kado yang sangat buruk bagi negeri ini menjelang hari kemerdekaan yang ke 77 tahun.
Baca Juga :Â Besar Kemungkinan Putri Sambo Terseret menjadi Tersangka atas kematian Brigadir Joshua !
Rekayasa dan cerita palsu Ferdi Sambo yang memunculkan banyak tanda tanya dan spekulasi liar, akhirnya menemukan kebenaranya, bahkan Barada Richard Eliezer Pudihang Lumiu yang disebut-sebut sebagai eksekutor mulai nampak ketidakbenarannya, bahkan Barada RE yang sudah ditetapkan menjadi tersangka siap menjadi Justice Collaborator atas kematian Rekannya tersebut.
Dikutip dari laman inilah.com, Barada E menyatakan "Iya (Bharada E mengaku Ferdy Sambo selaku eksekutor Utama Brigadir J)," kata Juru Bicara LPSK, Rully Novian pada Minggu (14/08) di Jakarta.
Dari pengakuan Barada E inilah, sangat memungkinkan bahwa Pembunuhan kerencana tersebut murni di lakukan oleh sang jenderal dengan melibatkan para ajudannya untuk membuat skenario, karena ada fakta yang menunjukkan bahwa jika kasus tersebut lolos dari jeratan hukum, Barada RE, RR, KM akan di beri imbalan yang fantastis.
Tidak mendapatkan uang yang di janjikan, masih menjadi tersangka dalam drama pembunuhan berencanaÂ
Seperti ketiban tangga, sudah jatuh tertimpa pula, begitulah kira-kira kata pepatah pada kasus kematian Brigadir J ini.
Tersangka sudah ditetapkan, drama kolosal sudah diungkap, cerita hoax pun sudah mulai diluruskan sebab perintah Presiden pada Kapolri janganlah di bantah, karena kematian Brigadir J bisa menghancurkan Institusi Polri dan negara ini.
Menjadi harapan besar bagi para tersangka yang sudah melakukan aksi sadisnya terhadap Brigadir J, bicaralah dengan sejujur-jujurnya, Jangan terus melakukan drama yang semakin mendalam, sebab lubang buaya untuk mengubur para penjahat negara itu masih belum penuh.
Sudah menjadi kado terburuk bagi republik ini, maka janganlah membuat cerita palsu yang terus dijadikan pembenar atas suatu tindakan yang keji, sebab masyarakat sudah bisa menilai dengan objektif siapa yang bersalah atas kematian Brigadir J ini.
Meski kita semua menyadari bahwa rahasia negara yang terkadang tidak boleh diungkap ke publik, memang harus disimpan rapat-rapat, namun dalam kasus kematian Brigadir J yang terbilang tidak wajar tersebut sudah terbuka lebar-lebar dan masyarakat sudah tahu bahwa ada mafia di tubuh Polri yang harus diungkap dan diluruskan untuk menjadikan hukum yang tegak lurus dinegeri tercinta ini.
Janganlah tebang pilih, karena diketahui Ferdi Sambo memiliki jaringan dan kekuatan di tubuh Polri yang bisa menyeret siapa saja masuk dalam gubangan Skenario yang telah terbangun itu, sehingga wajar jika Menkopolhukam mengatakan "ada banyak ranjau di tubuh Polri", jika salah melangkah maka akan meledak dan memakan korban yang beruntun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H