Skenario Sang jenderal gagal total, setelah penyidik dari timsus, yang menggandeng Komnas HAM, LPSK melakukan penyelidikan dan menemukan banyak fakta yang berbeda dari laporan sebelumnya, sehingga kebohongan sang Jenderal sangat jauh dari fakta yang sebenarnya.
Apa saja kebohongan Irjen Ferdi Sambo dalam kasus kematian Brigadir J, berikut 5 fakta kebohongan sang Jendral yang telah menghabisi ajudannya.
1. Kepulangan dari Magelang Ke JakartaÂ
Seperti laporan di awal Irjen Ferdi Sambo yang lebih dulu sampai dirumah Dinasnya, yang kemudian disusul oleh rombongan Putri Candrawati, Brigadir J dan Barada E, serta yang lainnya.
Tetapi fakta tersebut tidaklah demikian, sebab ada temuan baru yang disampaikan oleh Komnas HAM, bahwa Sambo lebih dulu sampai di Jakarta sebelum tragedi Naas tersebut terjadi.
Dikutip dari laman kompas.com, "Awalnya kan kita kira sama harinya. Tapi ternyata setelah kita telusuri, kita dapat bukti yang lebih baru. Bukti terbaru itu menunjukkan pulangnya (Sambo) satu hari sebelumnya dengan pesawat," kata Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik saat ditemui di kantornya, Kamis (4/8/2022).
Menurut Komnas HAM temuan itu didapatkan pada (7/7) sehari sebelum terjadinya eksekusi terhadap Brigadir J.
Tidak seperti yang diskenariokan, seolah - olah rombongan itu bersama dari Magelang ke Jakarta, namun fakta lain menunjukkan bahwa Ferdi Sambo pulang lebih dahulu, sehari sebelumnya.
2. Adanya Baku TembakÂ
Skenario Baku tembak antara Barada E dan Brigadir J, juga tidak bisa dibuktikan, pasalnya Barada E yang menjadi tersangka eksekusi Brigadir J, tidak mengalami luka atau lecet sedikitpun.
Namun, fakta sebenarnya, tidak terjadi baku tembak di rumah Sambo. Peristiwa sesungguhnya ialah penembakan Bharada E terhadap Brigadir J atas perintah jenderal bintang dua itu.