"Aparat keamanan yang tergabung dalam satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan dinas Perhubungan, telah melakukan sidak dan larangan terhadap para remaja asal Sudirman, Citayam, Bojong Gede, dan Depok itu untuk unjuk kebolehan di ruang publik yang menamakan kegiatan tersebut populis dengan sebutan "Citayam Fashion Week/Citayam Fashion Street"
Citayam Fashion Week yang dipopulerkan oleh para remaja di Dukuh Atas, Jakarta Pusat menuai reaksi yang beragam, mulai dari yang positif sampai pada yang negatif.
CWF Viral dan menjadi magnet tersendiri, sehingga para pejabat, tokoh politik, dan artis papan atas pun tak ingin ketinggalan terhadap adanya momen yang viral tersebut.
Viralnya para remaja CWF yang tidak lepas dari Bonge, Kurma, Roy dan Jeje tersebut digadang-gadang layaknya fashion seperti di negeri Sakura yang disebut dengan Harajuku. Fashion yang setiap tahun digelar di ruang publik.
Citayam Fashion Week ini dengan begitu cepatnya menyebar melalui media sosial Tik Tok, sehingga fenomena tersebut mulai digandrungi para remaja di berbagai daerah untuk unjuk kebolehan di ruang publik.
Menjadi magnet yang luar biasa, sehingga Citayam Fashion Week (CFW) hendak dipatenkan oleh beberapa perusahaan untuk diberi label, bahkan CFW sudah didaftakan ke HAKI dan Kemenkumham sebagai sebuah karya seni dan hiburan.
Baca Juga :Â Bukan Fashion, Bukan Pula Monopoli, Cinta Laura Hadir Ke Citayam untuk Pungut SampahÂ
Meski pada akhirnya pendaftaran CFW tersebut kembali dicabut sebab ada banyak netizen yang tidak setuju jika CFW diambil alih dan ditunggangi sebagai sebuah karya yang lahir bukan dari rahim para remaja yang mempopulerkannya.
Perlukah Citayam Fashion Week Diselamatkan?
Citayam Fashion Week, sebagai sebuah ajang yang menyenangkan bagi para remaja maupun para penikmat seni, sehingga tidak heran jika Dukuh Atas jalan Sudirman tersebut seakan menjadi magnet yang memukau dan banyak dikunjungi.
Persoalan pun semakin meluas, mulai dari adanya parkir liar, membuat jalan macet di tengah tingginya aktivitas warga yang berlalu lalang, sampai terjadinya kerumunan yang saat ini perlu diantisipasi. Sebab kondisi saat ini Indonesia masih dalam kondisi Pandemi gelombang ke 4.
Aparat pun tak tinggal diam dengan fenomena rongrongan para remaja SCBD yang mengundang banyak penonton melalui aksi fashion yang digelar di ruang publik, tepatnya di jalan penyeberangan para pejalan kaki.
Pertanyaan sederhananya pasca dibubarkan dan ada larangan dari para aparat untuk unjuk kebolehan di ruang publik, akankah CFW perlu diselamatkan sebagai ajang dan tempat ekspresi para remaja?
Baca Juga :Â "Citayam Fashion Week" dan dua gubernur yang numpang viral
Tentu saja CFW tersebut adalah kegiatan positif yang menampilkan fashion yang lahir dari ide kreatif para remaja, namun problemnya adalah ketika para remaja tersebut menggunakan ruang publik sebagai ajang unjuk kebolehan yang pastinya ada larangan sebab menggangu terhadap kepentingan umum.
Pemerintah DKI Jakarta melalui Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria memberikan opsi untuk dijadikan tempat fashion bagi para remaja yang saat ini dikenal dengan remaja SCBD.
Dikutip dari laman Antranews.com, lokasi yang ditawarkan oleh pemerintah DKI Jakarta tersebut di antaranya Plaza Selatan Monumen Nasional (Monas) yang cukup luas dan ada tribun untuk penonton duduk.
Kemudian, opsi kedua di Taman Lapangan Banteng, selanjutnya di Taman Ismail Marzuki (TIM), Senayan, Kemayoran, pusat perbelanjaan Sarinah dan Kota Tua, yang lokasi cukup luas dan masih dalam proses perbaikan yang diperkirakan pada September 2022 akan selesai.
Tentu pemerintah daerah harus melihat dengan jelas aspek positif dan negatifnya mengenai apa yang di kerjakan oleh para remaja SCBD tersebut.
Alternatif tempat yang diusulkan oleh pemerintah daerah bisa menjadi solusi atas peragaan para remaja yang ingin menunjukkan kebolehannya, karena hal tersebut adalah potensi bagus bagi perkembangan fashion yang masuk ke ranah hiburan.
Terlepas adanya pro dan kontra, tapi yang pasti bentuk kreativitas remaja SCBD tersebut menjadi fenomenal dan sedang digandrungi oleh para remaja. Tidak hanya remaja SCBD namun remaja di beberapa daerah pun mulai menunjukkan kebolehannya menampilkan fashion yang bernilai estetik.
Remaja SCBD perlu diorganisir dengan baik
Terlepas banyaknya pendapat pro dan kontra atas fenomena CFW, bahwasanya para remaja yang tergabung dalam kelompok SCBD tersebut merupakan warga Jakarta yang perlu diayomi dan diperhatikan. Di mana anak-anak remaja yang rata-rata berlatar belakang dari keluarga sederhana itu juga menginginkan tampil untuk menunjukkan eksistensinya, terutama dalam dunia mode.
Tentang merk CFW yang hendak dipatenkan oleh PT. Tiger Entertainmen milik artis Baim Wong dan istrinya Paula Verhoeven tersebut, kita semua tidak tahu tujuan dari keduanya. Yang jelas ada nilai bisnis yang bisa menghasilkan banyak cuan dari fenomena CFW tersebut.
Saat ini pemerintah daerah khususnya, mengenai CFW yang fenomenal tersebut harus bergerak cepat mengorganisir para remaja yang masih membutuhkan edukasi dan bimbingan untuk kepentingan mereka sendiri, sehingga mereka lebih terarah dan tidak hanya populer dadakan, dapat beberapa bulan kemudian redup dan menghilang bagai ditelan bumi.
Itulah beberapa usulan dari penulis, sehingga para remaja yang tergabung di SCBD tersebut tidak liar, dan kebutuhan unjuk kebolehan bisa diakomodir dengan sebaik mungkin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H