"Tuhan memberikan nikmat yang sangat luas pada setiap hambanya, cuman problemnya banyak hamba yang kurang bersyukur atas nikmat yang diberikan, sehingga terus menerus merasa kurang, yang pada akhirnya memaksa diri pada sifat ketamakan dan keserakahan"
Mengapa budaya korupsi, kolusi, dan Nepotisme masih mengakar di negeri kita? Maka jawabannya cukup sederhana, yakni kurangnya hati dan pikiran atas nikmat yang diberikan, sehingga terus menerus merasa kekurangan, yang kemudian memaksa diri menjadi manusia yang tamak nan serakah.
Kita semua diutus kemuka bumi ini memang sebagai seorang pemimpin diamanahkan untuk mengelola hidup dan kehidupan ini. Jika kita tidak mampu menjadi seorang pemimpin dalam lingkup yan lebih luas, setidaknya kita bisa menjadi pemimpin bagi diri kita sendiri, dan pastinya untuk keluarga kita sendiri.
Karena tidak bisa kita pungkiri, bahwasanya kita hidup didunia yang sebentar ini, setidaknya bisa bermanfaat baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun untuk masyarakat luas.
Menjadi catatan dan pelajaran  kita semua, bahwasanya nikmat yang diberikan oleh Tuhan, terkadang kita masih sering mengeluh dan kurang untuk bersyukur.
Sebagai contoh yang menjadi pelajaran bagi kita semua, mengenai kasus investasi bodong Binomo, melalui konsep binari option, yang menampilkan gagah-gagahan, bahkan menampilkan hal yang kurang pantas dengan menyombongkan diri, yang tersebar di paltform media sosial, pada akhirnya apa yang terjadi ? Jeruji tahanan yang dingin menjadi tempat mereka, dalam hal ini, mohon maaf tidak perlu sebut merk, sebab mereka sudah menerima akibatnya.
Siapa yang tidak menginginkan diri menjadi orang kaya ? Tentu seluruh manusia yang masih doyan makan, sangat menginginkan harta benda dan kekayaan, namun bagaimana caranya untuk bisa kaya ? Disinilah problemnya, apakah kekayaan yang hendak dicapai melalui jalur yang baik, setengah baik, atau jalur yang buruk?
Semua jalur pasti ada konsekuensinya masing-masing yang akan berdampak pada diri kita sendiri.
Sementara orang kaya yang benar-benar seorang milyarder yang harta bendanya sudah menumpuk, bahkan untuk di makan tujuh turunan, justru tidak pernah pamer, bahkan selalu merendahkan hati, dan salutnya lagi sang milyarder tersebut selalu berbuat kebaikan, selalu menolong pada masyarakat yang lemah, dan melakukan kebaikan dengan berbuat nyata.
Dalam konstek ini juga tidak perlu sebutkan merk, siapa milyarder tersebut, namun setidaknya pembaca yang Budiman sudah paham siapa milyarder rendah hati yang selalu berbuat kebaikan dengan membangun rumah-rumah ibadah, menjaga toleransi, berbagi makanan dan harta benda, serta berbagi sepanjang waktu hidupnya.