Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Miris! Bocah SD Meninggal Dunia, Akibat Bullying Teman Sebayanya

22 Juli 2022   18:04 Diperbarui: 22 Juli 2022   18:09 1749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak SDN di Tasik Malaya, Jawa Barat akhirnya Meninggal Dunia, akibat Bullying yang di lakukan oleh teman sekolahnya, Sumber : jabarekspres.com

"Kabar tak sedap kembali menyeruak di platform media sosial, dimana anak sekolah dasar yang meninggal dunia, akibat bully temen-temennya, menyebabkan si anak depresi, susah makan, tidur pun tak nyaman, sebab di paksa memperkosa kucing dan di video oleh temennya, lalu video tersebut diunggah ke media sosial dan viral, yang menyebabkan mental dari si anak tersebut mengalami gangguan dan depresi, hingga si anak sakit dan dinyatakan meninggal dunia"

Perilaku tidak manusiawi masih kerap menghantui, bahkan bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pada bocah yang masih duduk di sekolah Dasar.

Peristiwa yang sangat memilukan dalam dunia pendidikan kita, dimana anak sekolah dasar, berperilaku tidak manusiawi yang menyebabkan teman sebayanya sampai meninggal dunia, tentu hal tersebut fenomena yang tidak lazim dalam dunia pendidikan kita.

jika sebelumnya terjadi kekerasan pada anak di  sekolah menengah pertama (SMP), yang membuat si korban mengalami luka lebam di sekujur badan, kini peristiwa meninggalnya bocah SD terjadi di Jawa Barat, tepatnya di kecamatan Singaparnaz Tasikmalaya, Jawa Barat.

Baca Juga : Kekerasan di Sekolah Masih Kerap Terjadi! Bagaimana Langkah Antisipatifnya?

Bocah kelas 5 SD berinisial F,11, di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, dipaksa teman-temannya menyetubuhi kucing sembari direkam menggunakan ponsel.

Rekaman video melalui ponsel tersebut, lantas di unggah ke media sosial hingga menjadi viral dan menjadi perbincangan warga net.

Perilaku tidak manusiawi tersebut jelas dipertontonkan secara nyata, dan pelakunya juga masih bocil yang sungguh cukup disayangkan oleh para pihak.

Tahun ajaran baru dengan konsep yang indah dan penerapan kurikulum merdeka, justru "terkesan tidak merdeka" sebab masih ada saja kasus bullying yang membuat hati cukup terenyuh.

Baca juga : 7 Cara Melatih Fokus Anak untuk Giat Belajar Tanpa Harus Memaksanya

Bocah Sekolah dasar yang berinisial F masih baru duduk di bangku kelas 5, F harus meregang nyawa pada Minggu (18/07/22) saat dalam proses perawatan dirumah sakit.

Dikutip dari laman kompas.com, Sepekan sebelum meninggal dunia, rekaman itu menyebar dan (dia) di-bully teman-temannya semakin menjadi-jadi. Anak saya jadi malu, tak mau makan minum, melamun terus sampai dibawa ke rumah sakit dan meninggal saat perawatan," jelas ibu kandung F, T (39), saat dihubungi, Rabu (20/7).

Peristiwa bullying ini merupakan perbuatan tidak manusiawi, apalagi bagi anak yang masih sangat polos yang dipaksa memperkosa kucing dan di rekam dengan handphone, jelas merupakan perilaku tidak manusiawi dan harus di proses untuk memberikan efek jera.

Tentu peristiwa tersebut menjadi perhatian semua elemen, baik oleh pemerintah, sekolah maupun orang tua.

Masih di kutip dari media yang sama, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Daerah Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinanto mengungkapkan identitas para pelaku yang sudah diketahui berjumlah empat orang.

"Tapi diduga ada 4 orang dan identitasnya sudah diketahui. Seorang di antaranya usianya lebih dari korban, sudah SMP," 

Kejadian bullying pada anak SD yang dipaksa menyetubuhi kucing menjadi fenomena yang tidak lazim dalam dunia pendidikan kita, bahkan hal tersebut perlu dikupas sampai tuntas, agar tidak terjadi lagi peristiwa serupa.

Bagaimana sikap Komisi Perlindungan Anak terhadap peristiwa tersebut ?

Sebelum meninggal dunia, bocah SD, berinisial F tersebut sempat bercerita pada ibunya soal kronologi peristiwa pemaksaan terhadap dirinya untuk menyetubuhi seekor kucing sambil direkam dengan ponsel.

Hasil rekaman video si anak korban bullying dengan durasi 50 detik tersebut menyebar dengan cepat melalu pesan WhatsApp dan grup di media sosial lainnya hingga menjadi viral.

Dari kejadian itulah mental anak yang masih duduk dikelas 5 SD tersebut, jatuh tersungkur hingga si anak susah untuk makan, minum, sering melamun yang membuat mental dan kesehatannya melemah, dan dibawa kerumah sakit untuk perawatan, namun sayang si bocah tak tertolong dan akhirnya meninggal dunia.

Sudah diketahui dari beberapa sumber bahwa pembully bocah SD tersebut tidak hanya teman sebayanya, bahkan ada anak yang sudah di bangku SMP, sehingga tindakan tegas pada pelaku tentu harus dilakukan, agar menjadi efek jera dan tidak terjadi lagi dalam dunia pendidikan kita.

Pemerintah, Penyelenggara dan pengelola pendidikan serta Orang Tua Siswa harus berpartisipasi melakukan kontrol terhadap masing-masing putra-putrinya 

Pada era digitalisasi ini, melakukan kontrol sudah tidak perlu repot lagi, bahkan seluruh kegiatan anak yang di titipkan disekolah bisa dipantau dari jarak jauh, meski orang tuanya sambil bekerja.

Apalagi saat ini mendikbudristek sudah menganggarkan lebih dari 100 triliun, pendanaan untuk digitalisasi sekolah, maka hal tersebut harus betul-betul di manfaatkan secara efektif dan efisien.

Baca juga : Implementasi Kurikulum Merdeka di Tengah Merebaknya Arus Informasi dan Tekhnologi.


Jangan sampai kemudian dengan adanya kecanggihan tekhnologi informasi dalam dunia pendidikan tidak termanfaatkan dengan sebaik mungkin.

Dengan mudahnya akses Informasi dan tekhnologi, semestinya peristiwa tersebut bisa diantisipasi sedini mungkin, dan penyelenggara dan pengelola pendidikan serta guru kelas harus memahami karakter masing-masing anak didiknya.

Jika anak didik ada perubahan sikap, jelas secara pesikologis memiliki masalah, terlepas apakah masalah hasil bawaan dari rumahnya, atau masalah yang muncul di lingkungan sekolah.

Sehingga para guru terutama guru kelas sudah harus menyadari akan perubahan sikap dari masing-masing anak, sehingga guru bisa mencari tahu akar masalahnya yang kemudian dicarikan solusinya.

Ibarat nasi sudah jadi bubur, peristiwa bullying yang membuat bocah SD mengalami depresi karena videonya di tonton oleh ratusan bahkan ribuan orang, sehingga menyebabkan si bocah tak tertolong dan meninggal dunia, tentu semua menjadi pelajaran bagi kita semua, baik oleh pemerintah, pengelola pendidikan, maupun wali siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun