"Fenomena kekerasan di sekolah pada dasarnya bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan, kekerasan disekolah baik yang bersifat fisik maupun psikis masih menjadi hantu yang kerap menakutkan bagi anak didik maupun bagi orang tua"
Kembalinya peserta didik mengikuti proses pembelajaran tatap muka, pasca pandemi covid 19 ini menjadi semangat baru, apalagi bagi peserta didik baru, dengan sekolah baru, lingkungan baru, dan pastinya teman baru.
Namun berbeda dengan peserta didik baru yang ada di daerah Jambi, dimana anak didik yang baru justru di adu domba oleh kakak kelasnya, sehingga terjadi perkelahian antar pelajar.
Di kutip dari laman kompas.com, kekerasan yang terjadi di Jambi tersebut adalah peserta didik baru dengan Inisial AK (12) yang menjadi korbannya.
AK yang merupakan peserta didik baru tersebut di adu domba oleh kakak kelasnya, sehingg menyebabkan luka lebam, di sekujur tubuhnya.
Kekerasan di sekolah ini mungkin saja masih banyak yang lainnya dan tidak terekspose ke media, sebab ada kejadian kekerasan yang di selesaikan secara adat.
Menurut hemat kami terjadinya kekerasan di sekolah pada tahun ajaran baru 2022/2023 ini, sebab kembalinya proses pembelajaran tatap muka, dimana anak didik yang semula jarang ketemu secara fisik, dengan kembali diberlakukannya pembelajaran tatap muka ini, kontak sosial sekaligus gesekan antar teman merupakan salah satu pemicunya.
Sungguh sangat disayangkan masih terjadi kekerasan disekolah antar pelajar, bahkan menyebabkan luka serius ini, sehingga instansi sekolah ataupun pemerintah segera melakukan langkah antisipatif, dan kekerasan di sekolah bisa ditekan dengan sedemikian rupa.
Fenomena kekerasan di sekolah ini memang tidak bisa kita pungkiri adalah anak-anak yang baru menginjak remaja dan yang menginjak dewasa, antara anak SMP ataupun anak SMA.
Sudah bisa di amati anak-anak yang masih duduk di bangku SMP atau pun SMA kerap membuat ulah, bahkan kerap melakukan tawuran antar pelajar, tentunya ada banyak faktor yang melatarbelakanginya.