Meski ada resiko Garuda muda kita, "Jika menang ia di puja Bagai Dewa, namun ketika kalah bak sampah yang terhina" begitulah suara netijen "yang maha benar".
Disinilah beban psikologis Garuda muda kita, bahwa semuanya berharap Skuad U 19 ini menjadi juara pada piala AFF 2022, apalagi di kandang sendiri.
Shin Tae-Yong dan hujatan para netijenÂ
Yang namanya netijen dan para supporter memang sangatlah galak, bahkan lebih galak dari striker yang harus adu betis dilapangan hijau.
Jika U 19 membawa kemenangan dan tembus menjadi sang juara, tidak hanya para pemain saja yang di puja-puja, namun pelatihnya seakan di dewakan.
Berita diberbagai media akan sesak oleh pemberitaan kemenangan, dan para tokoh politik pun mulai dari tingkat daerah sampai pusat akan mencari panggung untuk mencitrakan dirinya di depan publik.
Namun ketika takdir kekalahan, akan muncul pula beragam spekulasi yang cenderung menyalahkan banyak pihak, tidak hanya pelatih dan para pemain saja, namun pemerintah pun akan terkena imbas dari kekalahan tersebut, begitulah beban Garuda muda kita saat ini, sungguh kasian sekali.
Jika U 19, "belum mampu membawa pulang piala AFF 2022, bagaimana laris Shin Tae-Yong, sebagai pelatih Skuad timnas Indonesia?Â
Pertanyaan sekaligus pernyataan diatas menjadi sebuah anekdot bahwa "Garuda muda kita, tentunya harus menjadi juara, sehingga menjadi buah bibir manis bagi para netijen".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H