Sifat tamak dan serakah inilah yang merupakan pemicu dari terjadinya tindak pidana korupsi.
Para pejabat kita yang sudah berbaju orange dan mendekam di balik jeruji, bukan berarti tidak cukup gaji mereka untuk kebutuhan sehari-hari, bahkan sudah melebihi dari penghasilan masyarakat umum.
Namun mengapa masih banyak dari mereka yang terus melakukan tindakan yang membuat negara kita merugi ?
Ada anggapan bahwa Negeri kita adalah ladang yang paling empuk untuk melakukan korupsi, apalagi jika korupsi itu dilakukan secara terselubung dan sistematis, sehingga tindak kejahatan korupsi pun di lakukan dengan cara mempermainkan aturan main.
Ketika kejahatan Korupsi sudah menjadi kebiasaanÂ
Korupsi masih menjadi bayang-bayang menakutkan di negeri kita, pasalnya pelaku dari korpsi itu (koruptor) merupakan oknum pejabat yang mempermainkan sistem.
Sehingga tidak heran, banyaknya para pejabat yang terjaring Orerasi Tangkap Tangan (OTT), sehingga membuat nasib sial bagi mereka.
Bahkan pejabat yang melakukan tindak pidana korupsi ini, bukan hanya kehilangan jabatannya, tetapi moralnya pun di depan publik akan jatuh tersungkur, sehingga untuk memulihkannya sungguh amatlah sulit.
Tidak heran jika kemudian para koruptor yang sudah menjalani masa tahanannya lebih memilih jalan sunyi yang jauh dari hiruk pikuk dan perang saraf antar pejabat.
Momentum peringatan hari anti korupsi sedunia ini, tentu menjadi sebuah renungan bagi kita, bahwa para pelaku tindak pidana korupsi itu bukan sekedar menyengsarakan negara secara khusus, namun juga menyengsarakan rakyat pada umumnya.
Dengan demikian apapun bentuknya yang namanya korupsi tidaklah bisa dibenarkan, meski dalihnya cukup rasional.