Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dunia Anak adalah Dunia Bermain, Jangan Pernah Merampas Kebahagiaan Mereka

22 November 2021   16:00 Diperbarui: 29 November 2021   01:55 973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak bermain dengan teman sebaya (Sumber: Shutterstock)

Sementara di sisi yang lain anak juga membutuhkan permainan tradisional untuk menciptakan keseimbangan antara perkembangan akal pikiran dan perkembangan fisiknya.

Dunia anak, dunia bermain | ilustrasi: Dokumentasi pribadi
Dunia anak, dunia bermain | ilustrasi: Dokumentasi pribadi

Dunia anak adalah dunia bermain, apakah seluruh waktunya anak hanya untuk digunakan bermain? Tentu saja tidaklah demikian adanya.

Orang tua harus berusaha untuk mengatur waktu mereka tanpa kekerasan

Sudah bukan zamannya mendidik, mengarahkan dan membimbing anak dengan cara-cara yang tradisional, sehingga terkesan kita menjadi orang tua yang diktator dan egois.

Prinsip dasarnya dunia anak adalah dunia bermain, tetapi orang tua ataupun pendidik jangan sampai lupa akan waktu, karena tidak semua waktu bisa digunakan untuk bermain.

Ada waktunya belajar sampai waktunya bersekolah dan bersosial, sehingga anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik.

Jangan pernah melakukan kekerasan pada anak baik secara fisik maupun mental, agar anak tumbuh dan berkembang tidak menjadi manusia pendendam. Di samping itu pula. anak yang dididik dengan cara tradisional dan kekerasan hanya akan menyebabkan tumpulnya otak mereka.

Ajari anak untuk hidup disiplin

Pentingnya kedisiplinan bagi anak ini haruslah dimulai dari orang tua ataupun pendidik yang bisa memberikan contoh dan suri tauladan bagi anak-anaknya.

Mengajari disiplin itu memang tidak mudah, karena kita sendiri terkadang juga tidak disiplin karena seringnya bernalar lateral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun