"Dalam setiap kelompok masyarakat, keberadaan kiai kampung cukup berpengaruh. Keberadaannya tidak hanya memberikan edukasi terhadap anak-anak, namun perannya juga membina mental dan karakter masyarakat untuk menjalani keyakinannya dengan baik"
Kiai kampung sangat identik dengan guru ngaji, yakni seorang guru yang mengajarkan cara membaca al Qur'an sesuai dengan hukum tajwidnya, meski tidak sedikit pula hanya berdasarkan keinginan yang besar dan keikhlasannya meski tahu sedikit mengajarkan anak dengan semampunya.
Itulah kiai kampung hanya berharap anak-anak bisa belajar dan membaca Al Qur'an dengan fasih dan baik.
Dalam konstek ini, tidak sedikit pula terjadi pergolakan yang luar biasa terhadap keberadaan kiai kampung, meski mengajar tanpa bayaran, orang iri hati dan fitnah yang diarahkan kerap datang bertubi-tubi sebagai sebuah ujian yang harus di hadapi.
Sejatinya kiai kampung bukanlah profesi yang menjadi suatu pilihan, tetapi semuanya adalah amanah yang harus di jalankan.
Amanah itu datang dari masyarakat sekitar, dan juga sebuah takdir yang di amanahkan oleh Tuhan yang maha kuasa. Maka menjalankan amanah Tuhan meski terasa berat dengan berbagai macam ujian, tentulah ada hikmah dan pelajaran sebagai koreksi dan evaluasi diri.
Kiai kampung hanya berpegang pada keyakinan hatinya yang besar, tanpa harus dibayar mereka rela mengajarkan nilai-nilai dalam Al Qur'an yang harapannya suatu saat bisa menjadi karakter yang akan membentuk masing-masing kepribadian anak setelah mereka dewasa nanti.
Apa sebenarnya hakekat dari seseorang yang menjadi kiai kampung ?Â
Kiai kampung sebagai penjaga nilai-nilai spritual
Sebagai orang yang berpengaruh keberadaannya kerapkali diusik, supaya berhenti mengajarkan membaca Al Qur'an dengan baik dan benar.
Rasa iri dan dengki kerapkali memusuhi keberadaan kiai kampung, sehingga seperti pertarungan dalam dunia putih dan hitam.
Hitam ataupun putih laksana baik dan buruk yang tak akan pernah menyatu. Keduanya akan saling berhadapan, tetapi hal itu bukan soal kalah dan menang, tetapi dimana ada kebaikan, disitu pula muncul keburukan sebagai sebuah penyeimbang, ibarat iblis dan malaikat yang memiliki peran dan fingsinya masing-masing.
Kiai kampung juga seorang manusia yang keberadaannya juga tidak lepas dari kesalahan, artinya bahwa kiai kampung itu bukanlah orang yang suci, hanya saja mereka punya niat untuk terus membenahi akhlak anak didik dan masyarakat sekitarnya, meski keberadaannya kerap dipandang sebelah mata.
Kiai Kampung mendidik anak didik dengan hati
Sebagai manusia biasa, kiai kampung itu pada hakekatnya sama saja dengan manusia pada umumnya, namun perbedaannya sebagai sebuah profesi yang diamanahkan oleh Tuhan yang maha kuasa, kiai kampung hanya berusaha menundukkan dirinya sendiri.
Hal yang paling besar dan berat dalam diri manusia itu memang kemampuan diri untuk melawan dan menundukkan ego dalam pikiran dan hati, sehingga antara hati, pikiran, dan tindakan kerap tidak terjadi harmonisasi.
Disinilah pentingnya kesadaran Transedental dalam diri, bahwa segala sesuatu itu tidak selalu bisa kita kendalikan, sebab diluar sana sudah ada yang mengendalikan, termasuk jalan hidup kita sendiri.
Kelembutan hati, pikiran, dan tindakan menjadi salah satu syarat yang harus dimiliki oleh kiai kampung, sebab mereka mendidik anak didik tentulah dengan kebaikan hati, kejernihan pikiran, dan tindakan yang pastinya akan menjadi contoh bagi anak didiknya.
Kiai kampung dan kesadaran TransedentalÂ
Manusia sebagai makhluk ciptaanNya, tentu saja harus menyadari bahwa setiap masing-masing manusia memiliki peran dan fungsinya masing-masing, begitupun dengan kiai kampung yang setiap harinya mendidik anak dan mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada masyarakat.
Ada dua hal penting yangbperk disadari, keberadaan manusia sebagai seorang Kholifah dimuka bumi ini.
Pertama manusia diutus sebagai pemimpin, tentu dalam pengertian yang luas ada banyak pemimpin dengan berbagai latar belakang dan profesi yang digelutinya.
Begitu pun dengan kiai kampung, yang juga diamanahkan untuk menjadi seorang pemimpin dalam golongan yang paling kecil, sehingga keberadaannya kerap tidak kelihatan.
Sebagai seorang Kholifah dimuka bumi ini, Kiai kampung juga memiliki peran dan fungsi yang cukup berat, karena keberadaan mereka menjadi salah satu ujung tombak membenahi akhlak anak didik dan masyarakat sekitarnya.
Kedua kiai kampung disamping memiliki hubungan secara horizontal, juga memiliki hubungan secara vertikal.Â
Secara horizontal bahwa sebagai manusia biasa kiai kampung hidup ditengah-tengah masyarakat yang saling membutuhkan, disinilah kemudian kemampuan kiai kampung untuk membangun kesalehan sosial yang akan terbaca dan akan selalu dikenang pada akhirnya.
Sementara secara vertikal Kiai kampung perlu menyadari bahwa segala apa yang dilakukan tidak lepas dari amanah yang di berikan oleh Tuhan yang maha kuasa, sehingga takdirnya menjadi seorang kiai kampung, bukanlah profesi yang dianggap sebelah mata, sebab amanah itu haruslah dijalankan dengan baik dan dengan ketulusan hati untuk mencapai Ridho Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H