Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dalam Ruang yang Kosong Ada "Cemas dan Mental" Kosong Pendidikan Kita

25 September 2021   12:15 Diperbarui: 4 Oktober 2021   10:31 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Ruang kelas kosong selama pandemi berlangsung. (sumber: pixabay via kompas.com)

"Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di beberapa daerah kembali harus mengalami penundaan, sebab PTM terbatas itu menjadi kluster baru penyebaran covid 19"

Meski sudah mengalami penurunan pandemi covid 19, tidak lantas virus ini hilang begitu saja dari permukaan bumi ini, faktanya masih saja terjadi anak-anak yang mengikuti PTM terbatas harus terpapar virus yang mematikan tersebut.

Dengan adanya anak yang masih terpapar virus yang membahayakan tersebut, menjadikan instansi sekolah di beberapa daerah terutama di kota-kota besar seperti Jawa Barat dan DKI Jakarta harus kembali menunda pelaksanaan PTM terbatas demi keselamatan semuanya.

Ruang yang kosong itu harus kembali kosong, sebab kekosongannya menjadi kluster baru yang membuat instansi sekolah cemas akan keselamatan semuanya, guru atau pendidik, wali siswa, maupun anak didik itu sendiri.

Lagi-lagi sekolah menjadi ruang yang kosong dan ditinggalkan penghuninya, sebab ada penghuni baru yang hendak menyerang jiwa.

Membuat kepala sekolah, guru, orang tua dan anak didik menjadi cemas, dan tidak habis pikir diruang yang kosong itu justru masih ada penghuninya yang bisa menyerang siapa saja secara membabi buta.

Ruang belajar sepi dan kosong 

Beberapa pekan yang lalu, orang tua, guru, maupun anak didik sudah mulai beraktifitas new normal di beberapa instansi sekolah dengan tetap mengikuti aturan dan pedoman prokes yang telah di wajibkan oleh pemerintah.

Tetapi dalam konstek realnya, justru pendidikan kita masih belum sepenuhnya aman untuk menggelar PTM terbatas, sebab beberapa kasus siswa yang terpapar virus masih saja terjadi. 

Mendikbud Ristek yang memang memberikan alternatif pembelajaran dengan dua Model yakni PTM terbatas dan PJJ, maka orang tua pun harus kembali lagi mengawal putra - putrinya untuk belajar di rumah saja.

Ada rasa cemas, dan mental mulai blank 

Sampai kapan peserta didik harus terus menerus belajar online? Sementara pembelajaran daring yang banyak dinilai belum maksimal dalam proses belajar mengajar, sementara kebutuhan untuk belajar tatap muka sudah menjadi suatu keharusan untuk dilaksanakan.

Kecemasan para pihak di berbagai daerah yang sekolahnya menjadi kluster baru menjadi problem dalam sistem pembelajaran dan pendidikan kita hari ini.

Kondisi yang dilematis ini, menjadi suatu problem tersendiri untuk sesegera mungkin di selesaikan, mengingat kebutuhan peserta didik dengan belajar langsung sudah menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi.

Sehingga peserta didik kita yang merupakan generasi penerus, akhirnya hanya menjadi generasi kosong, sebagai sebuah indikator kegagalan produk yang diciptakan oleh pendidik kita sendiri.

Cukup Ruang kelas saja yang kosong, Kecemasan dan mental peserta didik tidak boleh kosong 

Meski mengalami penundaan PTM terbatas di beberapa daerah karena ditengarai masih ada peserta didik yang terpapar covid 19, tidak lantas menjadikan sistem pembelajaran kita harus terhenti umtuk mencerdaskan anak bangsa.

Selain PTM terbatas guru, peserta didik, maupun wali siswa harus terus saling mendorong anak-anak penerus bangsa ini menjadi generasi yang berguna dan bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat secara umum.

Lantas pembelajaran daring atau online, masih menjadi pembelajaran alternatif untuk menggali seluruh potensi peserta didik dengan saling belajar meski belajar melalui gawai.

Orang tua, peserta didik, maupun pendidik tidak perlu merasa cemas yang berlebihan dengan proses penundaan proses belajar mengajar, dan jangan biarkan mental, potensi, pembelajaran, barapan, dan cita-cita peserta didik tidaklah boleh kosong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun