Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Taliban dan Hak-Hak Perempuan, Akankah Janjinya Terpenuhi setelah Berkuasa?

9 September 2021   07:06 Diperbarui: 9 September 2021   08:47 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) masih terus menyoroti Taliban pasca menaklukkan Afganistan, sesuai dengan janjinya tentang penyamarataan mengenai hak-hak perempuan, akankah hal tersebut terwujud untuk memberikan ruang yang sama atas kaum perempuan"

Janji Taliban setelah menaklukkan dan menguasai Afganistan akan memberikan ruang yang sama terhadap kaum perempuan kembali menjadi sorotan dunia, pasalnya kegelisahan para aktivis perempuan dan hajat hidup perempuan di bawah kekuasaan Taliban, masih menuai tanda tanya.

Baru-baru ini Taliban telah mengumumkan nama-nama para pejabat di intern Afganistan di bawah kendali Taliban, namun dalam struktur Jabatan tersebut nama perempuan justru tidak muncul dan terabaikan.

Dilansir dari kompas.com, Alison Davidian telah mengabaik janjinya mengenai hak-hak perempuan, bahkan menurutnya Taliban yang seharusnya menunjukkan pemerintahannya saat ini harus benar-benar menyamaratakan hak-hak perempuan dan membuat pemerintahan yang inklusive dan sejahtera.

"Tetapi setiap hari kami menerima laporan tentang kemunduran hak-hak perempuan," kata Davidian melalui konferensi pers virtual dari New York, AS, pada Rabu (8/9/2021) sebagaimana dilansir AFP.

Dalam konstek ini ada kemunduran Talinan yang tidak sesuai dengan Janjinya, dimana kerangka pemerintahannya yang tidak melibatkan kaum perempuan dan juga menjadikan perempuan merasa tidak aman hidup di bawah kekuasaan Taliban.

Salah satu hal yang terlihat secara nyata diman perempuan yang harus memakai niqob, keluar harus dengan keluarga laki-laki yang masih mahram, bahkan ada sebagian perempuan yang harus di cegat dalam perjalanan ketika hendak akan bekerja.

Pasca Afganistan dikuasai Taliban dan mantan Presiden Ashraf Gani meninggalkan negaranya, ratusan tentara AS pun akhirnya juga di tarik dari Afganistan.

Tidak hanya pasukan AS saja yang harus angkat koper dari Afganistan, sebagian masyarakat dan dan pejabat sebelumnya di masa pemerintahan Ashraf Gani pun banyak yang memilih mencari perlindungan ke negara lain.

Dunia International terus menyoroti akan hak kaum perempuan di Afganistan 

Sesuai dengan janjinya ketika di awal berkuasa, bahwa Taliban akan melindungj kaum perempuan dan memberikan ruang yang sama antara laki-laki dan perempuan akankah janjinya terwujud?

Dunia International kembali menyoroti Taliban sebagai penguasa Agmfganistan, setelah di ketahui ada kemunduran mengenai pemenuhan hak asasi kaum perempuan.

Meski janji Taliban akan memberikan ruang yang sama dalam konstek aturan Islam, namun sejauh ini kaum perempuan di Negara yang bari di kuasai tersebut masih belum menunjukkan ruang yang sama terhadap perempuan, bahkan lebih ironis lagi justru masih terjadi diskriminasi massal terhadap kaum hawa ini.

Gejolak sosial masih terus berlanjut di Afganistan dimana pemerintahan Taliban yang di sinyalir akan sama dengan pemerintahan terdahulu, dimana Taliban yang sempat berkuasa sebelum pemerintahan presiden Ashraf Ghani.

Jika pemerintahan Taliban dengan kekerasan dan Intimidasi terhadap penduduk Afganistan, masih terus dilakukan, maka sangat mungkin rakyat Afganistan akan terus melakukan perlawanan dan pertumpahan darah bisa saja akan terulang kembali.

Taliban dan pemerintahannya di Afganistan 

Taliban berkuasa di Afganistan, dan pemerintahannya masih cukup segar untuk menjadikan Afganistan negara yang sejahtera dan inklusive, itulah harapannya.

Tetapi sepertinya janji itulah hanya akan menjadi kenangan yang tak akan terealisasi, sebab warganya sudah merasa tidak aman, apalagi kaum perempuan yang di sinyalir akan mendapatkan diskriminasi.

Keterlibatan kaum perempuan dalam struktur pemerintahan di Afganistan menjadi salah satu bukti bahwa perempuan di anggap tidak memiliki peran terhadap pembangunan sebuah bangsa.

Disamping para perempuan hak-haknya sudah mulai terabaikan dan Taliban mengalami kemunduran dalam konstek pemenuhan hak yang sama terhadap kaum perempuan ini.

Dengan demikian kaum Gender harus terkungkung dan hidup di bawah tekanan yang justru akan di anggap tidak manusiawi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun