Tidak hanya di tengah masyarakat, di dunia kerja pun hal itu juga kerap terjadi, pasalnya HTS ini di sandarkan atas dasar suka sama suka dan rasa kenyamanan saja.
Dengan dasar suka tanpa ada jalinan dan komitmen yang jelas, maka HTS ini merupakan hubungan yang rapuh.
Maka tidak heran kemudian, jika HTS ini menjadikan suatu hubungan dalam rangka mencari kebahagiaan semata, tanpa ada kejelasan untuk mengarungi hidup yang lebih serius lagi.
Jika HTS sudah terjadi, tentu untuk saling mengenalkan pada kedua orang tua masing-masing pasangan, amatlah sulit, bahkan hal itu nyaris tak akan pernah terjadi.
2. Tidak Pernah Membahas masalah komitmenÂ
Pasangan yang terjebak pada HTS, sangat jarang sekali membahas masalah komitmen dan arah hidup yang hendak di capai.
Masalah komitmen seperti sesuatu yang menakutkan, sehingga ketika berbicara komitmen, pasti salah satu pihak akan cenderung menghindarinya.
Membahas masalah komitmen, seperti sesuatu yang tabu, bahkan ada kecenderungan ketika salah satu pihak membahasnya, kerapkali dialihkan pada pembahasan yang lain, sehingga membahas komitmen untuk jenjang dan arah hidup yang lebih jelas lagi nyaris tak pernah terjadi.
Baca Juga :Â Kisah Kasih di Pulau Dewata, Pelajaran dari Nur Khamid dan Alexandria RobinsonÂ
Sementara disisi yang lain, setiap pasangan menginginkan suatu hubungan berlanjut pada jenjang yang lebih serius lagi.
Jika anda terjebak pada HTS ini, maka akan cukup sulit untuk membahas komitmen, tentang arah sebuah hubungan pada jenjang yang lebih serius, maka suatu hubungan cukup di HTS saja, yang penting sama-sama bahagia, begitulah kira-kita HTS itu terjadi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!