Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

King Maker Pilpres 2024, Adu Strategi dan Kekuatan untuk Menampilkan Calon Pemimpin Pasca Jokowi

19 Juni 2021   20:27 Diperbarui: 19 Juni 2021   21:04 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.merdeka.com

"Wacana tiga periode kembali bergulir di balik mencuatnya Corona varian baru, para tokoh nasional sudah sedari awal menyusun strategi dan membangun kekuatan dalam pertarungan pilpres 2024".

Hasil survey LSI Deni JA mengungkapkan ada tiga tokoh yang memiliki potensi menjadi Kong maker pada pilpres 2024. Para tokoh tersebut yakni Megawati Soekarno Putri sebagai ketua umum PDI-P, Prabowo Subianto yang saat ini menjadi ketua dewan pembina partai Gerindra, dan Airlangga Hartarto sebagai ketua umum Golkar, merupakan tokoh dan sosok yang akan menjadi king maker pada pilpres 2024.

Dari hasil survey LSI Deni JA, dari pola dan sistem yang berkembang saat ini, tiga partai yang di komandani para tokoh di atas, cukup rasional untuk menjadi king maker pada pilpres 2024, meski perlu dukungan dan para tokoh paratai politik yang lain.

Deni menjelaskan, perolehan suara PDIP memperoleh kursi sebesar 128 kursi atau setara dengan 19,33%. Partai Golkar 85 kursi atau setara dengan 12,31%. Dan partai Gerindra memperoleh 78 kursi atau setara dengan 12,57%.

Perolehan kursi DPR RI tersebut merupakan modal awal sebagai kendaraan untuk mencalonkan diri sebagai calon presiden 2024.

PDI-P yang saat ini sebagai penguasa sudah memenuhi syarat untuk mengangkat dan mendorong calon presiden sendiri, meski tanpa berkoalisi dengan partai lain.

Sementara Golkar dan Gerindra yang sudah mengantongi 3/4 suara yang terwakilkan dalam jumlah kursi yang di dapatkan, juga menjadi modal dan dorongan awal untuk bisa mencalonkan calon presiden dengan kekuatan struktur perolehan kursi di DPR.

Baca juga: puncak Keinginan manusia adalah untuk mencapai eksistensi diri

Riuh dan gaduh politik sudah menggema, mereka adu kekuatan dan strategi untuk memenangkan pertarungan pilpres 2024.

Sudah bergulir isu liar yang terus didengungkan akhir-akhir ini, mulai dari kisruh rekrutmen pegawai KPK, PPN Sembako, Sampek usulan Jokowi tiga periode, merupakan fenomena politik yang menguap ke publik.

Mega, Prabowo, dan Airlangga, merupakan para tokoh yang diperkirakan akan menjadi king maker pada Pilpres 2024 yang akan datang.

Ketiganya merupakan tokoh yang memiliki kendali atas partai yang sedang di pimpinnya, meski mereka belum tentu mencalonkan diri.

Ketua umum PDI P, yang saat ini orientasinya sudah lebih pada tokoh bangsa, sehingga rasanya sudah tidak ingin mencalonkan diri kembali.

Berbeda dengan Prabowo dan Airlangga, yang tentunya masih sangat mungkin menjadi capres ataupun cawapres pada kompetisi pilpres 2024.

Walaupun pada perjalanannya sangat mungkin bagi ketiganya untuk menjadi capres dan cawapres 2024.

Sejauh ini ketua pembina Gerindra dan Ketua umum Golkar di masing-masing internal partai elektabilitasnya masih di dengungkan untuk mencalonkan diri, sehingga para pengamat pun melihat bahwa keduanya memiliki panggung yang cukup untuk bertarung pada pilpres yang akan datang.

Bagi Menhan Prabowo sepertinya tidak mungkin untuk menjadi cawapres, mengingat beliaunya sudah dua kali mencalonkan sebagai capres 2014 dan 2019.

Tentu saja bagi Prabowo Capres merupakan pilihan utama jika masih dipercaya untuk dicalonkan, atau bisa tidak sama sekali, artinya Prabowo bisa saja menjadi pemain di balik layar dengan mendorong calon kuat dari generasi di bawahnya, Seperti Anis Baswedan dan Sandiaga Uno.

Pastinya ketiga tokoh di atas merupakan king maker pada pilpres mendatang, yang sudah mulai berhitung akan strategi, kekuatan, elektabilitas, integritas, dan kapabilitas yang sudah harus di persiapkan dengan matang.

Dari ulasan dan analisa di atas, tidak semuanya benar, karena dalam politik semua yang mungkin bisa menjadi tidak mungkin, begitu pula yang tidak mungkin, bisa saja menjadi mungkin, itulah politik, yang bisa berubah kapan saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun