Ketiganya merupakan tokoh yang memiliki kendali atas partai yang sedang di pimpinnya, meski mereka belum tentu mencalonkan diri.
Ketua umum PDI P, yang saat ini orientasinya sudah lebih pada tokoh bangsa, sehingga rasanya sudah tidak ingin mencalonkan diri kembali.
Berbeda dengan Prabowo dan Airlangga, yang tentunya masih sangat mungkin menjadi capres ataupun cawapres pada kompetisi pilpres 2024.
Walaupun pada perjalanannya sangat mungkin bagi ketiganya untuk menjadi capres dan cawapres 2024.
Sejauh ini ketua pembina Gerindra dan Ketua umum Golkar di masing-masing internal partai elektabilitasnya masih di dengungkan untuk mencalonkan diri, sehingga para pengamat pun melihat bahwa keduanya memiliki panggung yang cukup untuk bertarung pada pilpres yang akan datang.
Bagi Menhan Prabowo sepertinya tidak mungkin untuk menjadi cawapres, mengingat beliaunya sudah dua kali mencalonkan sebagai capres 2014 dan 2019.
Tentu saja bagi Prabowo Capres merupakan pilihan utama jika masih dipercaya untuk dicalonkan, atau bisa tidak sama sekali, artinya Prabowo bisa saja menjadi pemain di balik layar dengan mendorong calon kuat dari generasi di bawahnya, Seperti Anis Baswedan dan Sandiaga Uno.
Pastinya ketiga tokoh di atas merupakan king maker pada pilpres mendatang, yang sudah mulai berhitung akan strategi, kekuatan, elektabilitas, integritas, dan kapabilitas yang sudah harus di persiapkan dengan matang.
Dari ulasan dan analisa di atas, tidak semuanya benar, karena dalam politik semua yang mungkin bisa menjadi tidak mungkin, begitu pula yang tidak mungkin, bisa saja menjadi mungkin, itulah politik, yang bisa berubah kapan saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H