"Di dunia ini tidak ada ceritanya ada orang menjual kebahagian, andai saja ada yang menjualnya, mungkin sang pedagang akan kewalahan menerima dan melayani pembeli, karena memang kebahagian tidaklah untuk diperjual belikan, namun bahagia bisa di bagi antar sesama".
Sebagai makhluk sosial yang tidak lepas dari kepentingan dan kebutuhan, selalu berpikir dan beraktivitas sehari-hari dengan mencari nafkah untuk di bagi pada sanak keluarga dalam rangka mencukupi kebutuhan sehari-hari, karena dengan hidup berkecukupan setidaknya menjadikan keluarga harmonis dan bahagia.
Karakter dan kepribadian seseorang memang sangatlah berbeda, ada yang sudah berkecukupan namun enggan untuk berbagi, ada yang hidupnya serba pas-pasan namun ia senang berbagi, ada pula orang yang sangat kaya malah sangat senang sekali berbagi.
Kebahagian itu soal rasa senang yang bergelora dalam hati, dimana rasa senang itu karena dipengaruhi oleh sesuatu yang membuat kita senang.
Hakekatnya orang yang senang berbagi satu sama lain, tidak lain supaya dirinya bahagia, dimana melihat orang lain bahagia, kita pun juga demikian dengan cara saling mengasihi dan berbagi satu sama lain.
Dalam agama Islam ada banyak konsep berbagi ini, mulai dari zakat, shodaqoh, santunan, dan lain sebagainya, sebagai upaya meringankan beban saudara-saudara kita yang membutuhkan, seperti kaum dhuafa, fakir, miskin, dan anak yatim.
Konsepsi dan narasi yang hendak di bangun disini adalah "bahagia memang tidak bisa di beli, namun bisa di bagi", sebagai upaya membangun kesadaran diri sebagai hamba Allah di muka bumi, memang berbagi sangatlah di anjurkan untuk meringankan beban kaum yang lebih lemah. Karena berbagi dengan niat yang tulus merupakan kebahagiaan tersendiri bagi orang yang berbagi itu, tanpa harus meminta balas Budi ataupun imbalan.
Kesadaran diri dalam berbagi ini yang perlu kita luruskan, sehingga bahagia itu akan tercipta tanpa harus di terjemahkan dengan kata-kata, karena bahasa pun tiada mampu melukiskan bahagia dengan hati yang tulus.
Beberapa hal yang perlu kita luruskan dalam konsep berbagi.
1. Niat dengan hati ikhlas untuk menolongÂ
Dalam kehidupan sosial masyarakat, namun ketika berbagi tanpa ada niat yang tulus dan ikhlas, di khawatirkan ada udang dibalik rempeyek, artinya konsep berbaginya masih tanpa di dasari dengan ketulusan hati.
Di media sosial sangat banyak para pegiat sosial, mulai dari berbagi sembako pada warga miskin, kasih uang dengan di dahului drama untuk menciptakan keharuan pada sang penerima, ngopeni Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ), dan masih banyak lainnya yang memang sengaja di buat konten, entah tujuan dan niatnya seperti apa, penulis juga kurang paham, tapi yang jelas cukup menarik menjadi sebuah tontonan dan tuntunan.
2. Berbagi Semata-mata Mengharap Ridho IlahiÂ
Berbagi bahagia adalah soal rasa dalam hati, niat yang tulus dan ikhlas merupakan kunci untuk mendapatkan rasa bahagia, dan janganlah berharap sesuatu apapun ketika kita berbagi, cukup ridho Ilahi kita cari.
Berbagi karena ada niat yang lain, atau yang lagi viral saat ini karena pencitraan, maka yang di dapatkan bukan lagi pahala dan bahagia, yang ada hanyalah kecewa karena timbal balik tidaklah tercapai.
3. Ulurkan tangan kananmu sekiranya tangan kiri tidak melihatnyaÂ
Lagi-lagi meluruskan niat dan menjaga hati itu sangatlah penting, karena memang tidak sedikit orang berbagi tangan kanan memberi sembako/uang, tangan yang kiri malah Selfi, entah apa yang ada dalam pikiran dan hati orang yang demikian, yang kerapkali menjadikan warga miskin sebagai objek pencitraan.
Disamping hal di atas, ketika berbagi jangan pernah bergunjing atau bahasa sederhana jangan di siarkan pada khalayak umum yang terkadang membuat hati itu riya' atau ingin di sanjung dan di puji, hal tersebut hanyalah kebahagiaan sesaat, karena hakekat kebahagiaan adalah mensyukuri atas amanah atau titipan yang berupa harta benda, karena di balik amanah itu ada hak-hak warga yang belum beruntung secara ekonomi.
4. Jangan berkata yang bisa menyakitkan perasaan orang yang di beriÂ
Berbagi itu sangat baik, namun ketika berbagi dan menyakiti perasaan orang yang di beri pembagian, justru bukan bahagia yang di dapatkan, justru malah kegaduhan yang di dapat.
Dengan berbagi tujuannya adalah meringankan beban orang yang diberi bagian, dengan begitu kita pun ikut merasakan senyum bahagia mereka.
5. Dengan Berbagi tidak perlu berharap balasanÂ
Kembali lagi pada niat hati yang tulus dan ikhlas, bahwa berbagi adalah konsep kesetaraan dalam pengembangan ekonomi, Islam sudah lebih dari 1000 tahun yang lalu sudah melaksanakan konsep tersebut, dengan tujuan semata-mata sebagai seorang hamba untuk mengabdi kepada Tuhannya.
Dari uraian diatas sesungguhnya menciptakan rasa bahagia itu cukuplah sederhana sekali. Berbagi kebahagian itu tidak selalu identik dengan harta benda atau sesuatu yang tampak secara kasat mata.
Ada beragam macam konsep berbagi itu dalam kehidupan sehari-hari, bahkan ada orang yang sudah menjadi hobi untuk selalu berbagi dengan sesama, karena dengan berbagi bahagia itu tercipta tanpa harus di undang.
Secara umum berbagi sembako sudah sangat lumrah. Tetapi berbagi tidak hanya itu saja, berbagi gagasan dan pikiran, berbagi tenaga dengan saling gotong royong yang menunjukkan kerukunan, berbagi tulisa dan motivasi, berbagi cerita dan pengalaman juga akan mengantarkan seseorang pada kebahagian itu sendiri, dengan catatan atau yang perlu di garis bawahi Jangan berbagi cinta Lo ya, karena istri tua akan sangat geram.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H