Sumber : www.jefferlusuperclub.com
Pepatah mengatakan “Uang bukanlah segalanya, tetapi segalanya butuh uang”.
Dalam rotasi kehidupan ini, uang dan penggunaan uang acapkali tidak terkontrol akibat kebutuhan dan nafsu yang menggelora dalam jiwa untuk membeli sesuatu dan melakukan transaksi dari konsumen ke produsen menjadi kebiasaan lumrah, namun alangkah lebih baiknya bahwa segala sesuatu dilakukan dengan sadar dan disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga harus ada skala prioritas.
Penulis sadar bahwa, kami bukanlah ahlinya dalam management keuangan, namun mau tidak mau, suka dan tidak suka, bahwa management keuangan sangat penting dalam kehidupan kita, sebagai upaya pembenahan secara terus menerus.
Berkaitan dengan management keuangan, terlebih dahulu kita harus memahami secara mendasar, apa sih sebenarnya management itu? Atau bahasa gampanya mengelola keuangan. Menurut beberapa tokoh tentang pengelolaan keuangan adalah sebagai berikut:
Bambang Riyanto, Pengertian Management Keuangan adalah semua aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dan berhubungan dngan upaya memperoleh dana yang dibutuhkan dengan adanya biaya yang seminimal mungkin dan syarat menguntungkan.
Liehman, Management keuangan adalah upaya penyediaan uang dan menggunakan dana tersebut untuk mendapatkan aset.
James Van Home, ia mengatakan bahwa management keuangan semua aktivitas berhungan langsung dengan perolehan pendanaan serta pengelolaan aset secara menyeluruh.
Suad Husnan adalah management terhadap semua fungsi keuangan.
(Sumber :www.artikelsiana.com)
Terlepas dari beberapa pendapat dari tokoh management di atas, bahwa hidup ini tidak akan pernah lepas dari Perencanaan, Penganggaran, Pemeriksaan, Pengelolaan, Pengendalian, Pencaharian, dan Penyimpanan atau di singkat dengan P7, Sehingga pendapatan dan pengeluaran menjadi terkontrol dan terkendali.
Secara prinsipil tentang management keuangan baik dalam skala mikro maupun skala makro, tentunya harus mengacu kepada : Consistensy (Konsisten), Akuntability (Akuntabilitas), Transparancy (Transaparan), Viability (kelangsungan Hidup), Integrity (integritas), dan Accounting Standards (Standar Akuntansi). Apa sebenarnya makna dari prinsip-prinsip pengeloaan di atas, mari kita ikuti ulasannya di bawah ini.
Consistensy (Konsisten)
Dalam setiap organisasi, baik dalam skala mikro, dalam rumah tangga misalnya, bahwa konsisten atau tidak berubah dalam proses pengelolaan keuangan, merupakan salah satu prinsip yang harus di gunakan, kalaupun terjadi sesuatu yang cukup signifikan, maka perlu melakukan penyesuaian terhadap situasi dan kondisi yang terjadi. Hal tersebut harus dilakukan untuk menjaga amanah atau kepercayaan, dan untuk meminimalisir praktek-praktek manipulasi, baik yang dilakukan oleh atasan atau pun bawahan kalau dalam perusahaan, atau bisa saja di lakukan oleh suami atau seorang istri dalam sebuah keluarga.
Akuntability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah suatu pertanggung jawaban atas apa yang telah dilakukan, baik dalam skala makro maupun mikro. Pertanggung jawaban ini merupakan bentuk moral yang harus dijaga, sehingga para pihak tahu bentuk-bentuk pengeluaran dan pemakaian uang. Artinya disini konsepsinya adalah menjaga amanah yang dipercayakan kepada seseorang untuk mengelolanya, jika dalam sebuah perusahaan berbentuk Investasi, sehingga harus melaporkan dengan sejelas-jelasnya.
Transparancy (Transparan / Terbuka)
Transparansi yang dimaksud disini adalah Management terbuka, berkaitan dengan proses pengelolaan keuangan, sehingga orang yang berkepentingan memahami bentuk-bentuk pengelolaan sekaligus pelaporan tentang keuangan itu sendiri.
Viability (kelangsungan Hiudp)
Pentingnya mengelola keuangan, karena sangat erat kaitannya dengan keberlangsungan hidup manusia, Jika suatu perusahaan tidak sehat berkaitan dengan pengelolaan, perencanaan, konsep, strategi, maka akan berdampak terhada karyawan yang menaruh harapan besar terhadap suatu perusahaan. Di Indonesia sudah cukup banyak perusahaan yang kolep, akibat sistem keuangan yang tidak sehat, sehingga harus mengurangi karyawan atau PHK.
Integrity (Integitas)
Segala sesuatu haruslah diserahkan kepada ahlinya, begitu pula dengan manusia, jika seorang pendidik, maka jangan pula disuruh untuk menjadi nahkoda Kereta Api, sangat tidak nyambung dengan basic keilmuannya. Terpenting dalam suatu perusahaan atau kehidupan sehari-hari, dibutuhkannya integritas seseorang untuk menjadi pengendali, terutama dalam hal keuangan, sehingga bertindak atau melakukan sesuatu efektif-efisien, disinilah bentuk-bentuk profesionalisme itu harus di uji.
Accounting Standards (Standar Akuntansi)
Jika kita bergerak dalam dunia usaha, maka Accounting Standards (Standar Akuntansi) merupakan bagian terpenting. Sehingga usaha yang akan kita lakukan akan terus mengalami kemajuan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku, dengan tujuan memudahkan pelaporan keuangan dengan mudah dipahami, dimengerti, sehingga akan memudahkan proses evaluasi dan proyeksi bagi usahan yang akan dan sedang dilakukan.
Apa yang dimaksud dengan Mengelola Keuangan Berbasis Kesadaran Transedental?
Terlepas salah-benar, baik-buruk, sejatinya manusia harus terus melakukan usaha, upaya dan berdoa, supaya hidup menjadi berkah, mendapatkan rizki barokah, dan tidak lupa untuk bersedekah.
Hakekatnya cukup sederdana apa yang harus kita pahami tentang bagaimana mengelola keuangan berbasis kesadaran transedental, bahwasanya secara teoritik sudah cukup banyak ilmu, terutama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist, Karena penulis Muslim, maka dua pusaka tersebut yang harus menjadi pedoman atau penunjuk jalan dalam hidup.
Dalam prakteknya mengelola keuangan itu tidaklah semudah membalikkan tangan, atau tidak semudah para motivator menyampaikan teori-teori tentang pengelolaan keuangan. Mengapa demikian? karena dalam prakteknya, kita selalu dihadapkan pada situasi yang berbeda-beda. Contoh misalnya kebijakan pemerintah, menaikkan harga BBM dengan besaran Rp. 500, maka hal itu akan berdampak terhadap sistem ekonomi, dalam hal ini sandang dan pangan.
Kemudian yang dimaksud dengan Mengelola Keuangan Berbasis Kesadaran Transendendental adalah membuat dan menjalankan sistem keuangan, sesuai dengan anjuran Al-qur’an dan Al-hadist. Bahwasanya ajaran Islam bahwa rizki yang diberikan Tuhan kepada kita, maka sesungguhnya disitu mengandung hak-hak orang lain, disinilah kemudian Islam mengajarkan kepada ummatnya untuk melakukan Shodaqoh, Zakat Fitrah, Zakat Mal, Zakat Profesi, Infaq, dan seterusnya dengan tujuan berbagi dengan kaum Dhuafa, fakir miskin, dan anak-anak Yatim. Disinilah Islam mengajarkan untuk saling membahagiakan satu sama lain atau saling asah, asih, dan saling asuh antar ummat manusia tanpa membeda-bedakan, jenis, suku, ras, keyakinan, dan adat istiadat, karena sesungguhnya Islam sebagai suatu keyakinan yang dibawa oleh Nabi sang Pamungkas yakni Muhammad SAW, sebagai rahmat bagi seluruh alam atau rahmatan lilalamin.
Oleh karena itu, bahagia itu adalah berbagi atau membahagiakan saudara, sanak family, atau masyarakat secara umum, sehingga menjadi orang yang dermawan jauh lebih baik, ketimbang orang yang kikir, karena orang kikir sesungguhnya hatinya adalah fakir.
Dengan demikian Islam telah mengajarkan bahwa pentingnya membangun kesalehan Individual, yakni kesalehan yang bersifat transcendental, dan membangun kesalehan social, yakni kesalehan horizontal yang berhubungan dengan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Oleh karenanya, jika banyak terjadi kesalahan didalamnya, murni adalah kesalahan penulis, mohon dimaafkan dan dikritik secara konstruktif, dan jika ada yang benar, semoga menjadi manfaat, sebagai bentuk upaya menebar cinta kasih kepada sesama manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H